Mohon tunggu...
Donni Desyandono
Donni Desyandono Mohon Tunggu... -

Jakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Gerakan Membuat Sumur Peresapan Air yang Dapat Mencegah Banjir

1 November 2011   07:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:12 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Debit air pintu Katulampa Bogor di atas normal. Warga pinggir kali di Jakarta yang langganan banjir seperti Kampung Melayu dan Mampang siap-siap mendapat limpahan banjir dari Bogor dan Depok” Begitulah kira-kira bunyi berita yang dilansir detik dot com beberapa waktu yang lalu. Banjir merupakan permasalahan sebagian warga tidak saja di Ibukota Jakarta, bahkan terjadi pula di kota-kota lain bahkan segara maju sekalipun.

Jika kita perhatikan, sebenarnya siklus banjir ini akan selalu berulang minimal sekali dalam setahun. Ambil kasus di Jakarta saja, banjir yang melanda sebagian kota Jakarta terjadi bukan hanya karena Jakarta diguyur hujan, melainkan juga mendapat kiriman dari kota Bogor. kiriman ini benar-benar kiriman yang tidak menyenangkan dan tidak bisa ditolak, mengingat tidak mungkin kota Bogor membendung air seterusnya.

Fenomena alam ini terjadi akibat tidak seimbangnya sistem yang ada. Seimbang dalam arti bahwa pada saat musim hujan, air ditampung dalam tanah, sedangkan pada saat musim kering air tersebut dapat dimanfaatkan. Terdengar sangat simpel. Kenyataan yang terjadi saat ini air yang seharusnya diserap oleh tanah, tidak terjadi dan tumpah atau dialirkan dengan sengaja menuju tempat lain yang lebih rendah.

Banjir kiriman yang terjadi di Jakarta berawal dari daerah Puncak dan Bogor yang merupakan pegunungan atau dataran tinggi. Air hujan yang mengguyur kawasan Puncak dan Bogor yang seharusnya jatuh ke tanah dan diserap tanah melalui bantuan tanaman serta tumbuh-tumbuhan, ternyata meluncur menuju tempat yang lebih rendah, akibat adanya perkerasan tanah yang terjadi karena banyaknya pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. Akibat banyaknya bangunan yang berdiri, membuat air hujan yang datang tidak punya tempat dan kesempatan lagi untuk terserap tanah karena permukaan tanah telah diperkeras dengan semen atau tertutup bangunan di atasnya. Hal ini menghambat air yang seharusnya sebagian besar masuk ke dalam tanah sebagai penyubur tanaman dan persediaan air tanah, harus terbuang percuma menuju sungai-sungai yang bermuara di laut.

Dalam pengelolaan lingkungan yang baik, seharusnya air hujan masuk diserap tanah, dan hanya sebagian kecil saja yang tidak terserap akan lari ke dataran yang lebih rendah melalui parit dan sungai yang ada.

Dengan kondisi yang ada saat ini, solusi yang bisa dilakukan jika harus ada bangunan di atasnya, maka wajib dibuatkan sumur resapan, dimana air hujan yang jatuh menuju atap rumah atau bangunan dialirkan menuju sumur resapan yang dipersiapkan di setiap rumah atau bangunan, sisa yang tidak terserap baru akan mengalir ke sungai. Besaran volume sumur resapan yang harus dibuat, telah ditentukan oleh dinas penataan dan pengawasan bangunan (P2B) setempat. Adanya sumur resapan juga membantu pada saat terjadi musim kering, dimana persediaan air tanah masih cukup untuk dimanfaatkan bagi warga sekitar yang memiliki sumur resapan.

Apabila tidak dilakukan pengelolaan kawasan dengan baik di daerah dataran tinggi, maka sebagian besar air hujan akan ‘dinikmati’ oleh warga di dataran rendah dalam bentuk banjir seperti di alami di kota Jakarta. Apalagi permasalahan ini ditambah dengan banyaknya sampah dan adanya pendangkalan sungai maupun penggunaan bantaran sungai yang tidak semestinya.

Bayangkan apabila setiap pemilik rumah berpikiran semua air hujan atau air bekas dibuang ke parit lalu ke sungai sampai bermuara ke laut, berapa besar kubik air yang dibuang percuma yang dapat mengakibatkan bencana banjir, yang bahkan dapat merenggut nyawa, harta, atau bahkan timbul wabah penyakit. Kita bisa melihat bagaimana derasnya air dampak dari kejadian ini di sungai-sungai bahkan luber ke pemukiman.

Meskipun sekilas terlihat dampak banjir hanya dirasakan oleh penduduk yang tinggal di dataran rendah, namun merupakan tanggung jawab bagi penghuni di dataran tinggi untuk tetap menjaga keseimbangan alam dengan melakukan gerakan melakukan penyerapan air ke dalam tanah dengan membuat sumur resapan.

Oleh sebab itu penanggulangan permasalahan ini tidak saja menjadi tugas pemerintah, yang saat ini berusaha menanggulangi banjir dengan membangun kanal penanggulangan banjir di kota Jakarta, namun dimulai dari setiap penghuni dan pemilik bangunan dan rumah di manapun berada untuk memperhatikan sistem drainase, dan membuat sumur resapan di tempat masing-masing. Jika gerakan ini berjalan dengan baik, Insya Allah akan banyak air hujan yang terserap kembali ke tanah tentunya dapat mencegah bencana banjir serta dapat membawa manfaat bagi kehidupan manusia baik yang tinggal di dataran tinggi maupun rendah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun