Bulan tertutup awan. Gerimis sudah turun sejak sore. Langkah kaki kami berdua nyaris tak terdengar dimalam itu. Halus sekali . Disamarkan gerimis . Kami berjalan dengan tumit tidak dijejakkan supaya keberadaan kita tidak diketahui orang. Jam menunjukkan pukul 2:30 WIB pagi . Udara dini hari itu sangat dingin karena sorenya hujan deras sekali. Kami terus berjalan mengendap endap di belakang rumah temanku itu sendiri .
Sambil berjalan dengan pelan, pikiranku melayang menelusuri waktu. Persisnya sebulan yang lalu saat dia , teman masa kecilku datang keapartemenku, Anto namanya. Nama lengkapnya Antonio Revolutia. Nama yang diberikan oleh Bapak nya memang sangat dekat hubungannya dengan pandangan politik Bapaknya yang mau ada revolusi dinegeri ini . Aku ingat orang memanggilnya Anto Bocet. Bocet merupakan gelarnya karena waktu kecil kalau main kelereng lemparan gundunya kuat sekali sehingga membuat kelereng lawan mainnya bocet (pecah pinggirnya ) sehingga kelereng itu menjadi tidak sempurna bulatnya
Dia datang dengan muka kusut. Terlihat jelas sekali pikirannya yang semrawut. Seperti nya lautanpun tak kan mampu menampung bebannya . Aku membuatkan secangkir kopi. Dia menyulut rokok dan menghisapkan dalam sekali. Lama asapnya baru keluar. Aku membiarkan dia hanyut dalam pikiran sendiri sambil membereskan ruangan tamu apartementku . Lama baru dia membuka pembicaraan . Setelah batang rokok ke dua.
“Man, aku mau minta bantuanmu” . tanpa basa basi dia memulai percakapan tanpa melihat wajah ku .
Aku tidak menjawab karena melihat wajahnya menyiratkan kata katanya tidak mau dipotong.
“Aku pengen kamu membuntuti istriku kemanapun dia pergi tanpa ketahuan . Semua biaya yang keluar akan aku tanggung. Aku akan membayarmu Rp. 1,000,000 per hari. Bersih. Besok aku akan mengirimkan email data data tentang dia, pekerjaannya, jadwal perjalanan dinasnya dan siapa teman temannya. Aku harap tidak lebih dari sebulan aku sudah mendapatkan informasi lengkap”. Dia berhenti mengambil nafas. Menderu . Tekanan suaranya makin lama makin tinggi tadi.
Aku diam. Gaya bicaranya seperti boss besar tidak membuatku tersinggung. Sebagai pengusaha garmen yang sukses , aku menganggap wajar dia bicara padaku seperti bicara kepada 6,000 orang karyawannya. Ku nyalakan rokok kretek ku dan kuhisap pelan. Sambil mengeluar asap sedikit demi sedikit , perlahan aku bertanya;
“Apa yang aku cari?” .
Sambil bangkit dari tempat duduknya , melangkah kearah pintu keluar dan berkata “ Cukup laporkan saja” sambil menutup pintu..
Pekerjaan ini memang sudah menjadi profesiku lebih dari 15 tahun . Mengundurkan diri dari dinas kepolisian setelah mengabdi selama 10 tahun hanya karena tidak mau diperintah orang lagi. Senang bekerja sendiri. Bebas.
Aku mendirikan Biro Penyelidik Swasta. Klienku lebih banyak perusahaan asuransi yang curiga jika ada klaim yang berbau kriminal. Temanku banyak juga yang menggunakan jasaku untuk mendapatkan informasi apa saja. Mulai dari apa kesukaan para pejabat supaya mereka mengetahui dan bisa masuk kedalam jaringan mereka dan mudah mendapatkan tender pemerintah sampai dengan istri yang cemburu dan curiga suaminya memiliki selingkuhan.
Tak sampai sebulan aku sudah mengetahui apa yang harus ku cari. Ternyata istri temanku memiliki pacar gelap. Aku tidak begitu mengenali siapa pacarnya . Hanya dalam kurun waktu seminggu sejak kami bertemu, aku pernah melihat mereka makan malam bersama dan perilaku mereka seperti pasangan yang berpacaran di usia 17 tahun . Pacarnya masih sangat muda sekali . Bekerja di perusahaan Joint Venture, karena pintar dan cantik, karirnya melesat cepat sekali . Dengan posisi saat ini sebagai General Manager, dia sering melakukan perjalanan dinas keluar negeri bersama anak buahnya yang rata rata masih para anak anak muda yang baru lulus kuliah. Dia selalu membawa salah seorang anak buahnya jika melakukan perjalanan dinas. Mungkin waktu perjalanan bersama anak buahnya yang masih muda muda dan juga bertemu dengan klien klien bule yang bertampang seperti para pemain bola diliga Itali juga telah membuat hati istri temanku berpaling.
Malam semakin dingin. Teman ku sudah tiga hari mengungsi di apartmenku. Menuruti rencanaku , dia bilang ke istrinya pergi ke Beijing selama dua minggu untuk menghadiri rapat antar beberapa pengusaha garmen dari Indonesia dan China. Istrinya tidak bertanya lebih lanjut dan mengiyakan . Perkiraan ku benar. Setelah hari pertama dan hari kedua tidak ada sesuatu yang khusus, Istrinya kemudian mengajak pacar gelapnya menginap di rumah pada hari ketiga. Memiliki rumah di real estate yang penghuni kompleknya nya tidak pernah kelihatan dan tidak memiliki anak memudahkan hasrat liar itu menyatu. Hanya pembantu , tukang kebun dan adik laki laki temanku yang masih kuliah semester akhir sedang menyelesaikan skripsinya dirumah.
Jam sudah menunjukkan pukul 4:30 WIB pagi. Kami berdiri persis diluar depan kamar tidurnya. Pembantu dan Tukang Kebun sudah lama terlelap dikamar mereka masing masing . Azan subuh sudah berkumandang. Anto tidak kunjung bergerak dari tempatnya , terpaku setelah melihat liukan liar tubuh istrinya dengan matanya yang tidak terpejam. Istrinya kemudian berbaring dipelukan pemuda yang tubuhnya basah berkeringat. . Erangan istrinya tadi seolah masih terdengar jelas. Aku melihat kilatan bening dimatanya sesaat sebelum hujan turun menyamarkan air matanya.
“Ayo Man” katanya setelah beberapa lama .Setelah istrinya tertidur pulas diatas dada pacar gelapnya. “Mari kita pergi dari sini” sambungnya . Kami berjalan kembali dengan tumit tidak dijejakkan. Gerimis sudah berganti hujan dan semakin deras. Aku bertanya kepadanya “Apa yang akan kau lakukan?” sambil teringat dulunya dia juga seorang preman dan jagoan.
Dia menghela nafas panjang..dan sambil membuang muka dia berkata pelan dan bergetar . “Apa yang akan kulakukan ? Kalau kuturuti kata hatiku , harusnya mereka besok sudah tinggal nama. Tapi mengapa aku tidak membunuh mereka ? Bagaimana mungkin aku akan membunuh istriku dan adik kandungku sendiri? Apa yang harus kukatakan kepada Ibuku jika aku yang membunuh orang yang dilahirkannya setelah diriku? Adi……. . Kalimatnya tidak selesai.
Kami berjalan terus dengan tumit tidak dijejakkan. Hujan sudah berhenti. Aku tidak berkata apa apa lagi.