Mohon tunggu...
Doni Putra Hidayat
Doni Putra Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa psikologi islam Universitas Muhammadiyah Riau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kewarganegaraan

28 Oktober 2020   08:46 Diperbarui: 28 Oktober 2020   09:01 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nama : Doni Putra Hidayat

Nim : 190802017

Prodi : Psikologi Islam

BERBAHASA YANG SATU BAHASA INDONESIA

Penulis artikel ini dilakukan untuk mengetahui dan memperdalam mengenai fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia resmi digunakan sebagai bahasa nasional adalah sejak diikrarkannya sumpah pemuda. Sejak saat itu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Pembahasan

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keragaman bahasa daerah yang sangat banyak. Keragaman bahasa ini menjadikan salah satu negara yang memiliki bahasa daerah terbanyak. Dahulu sebelum bahasa Indonesia disahkan sebagai bahasa resmi, bangsa Indonesia menggunakan bahasa daerah masing-masing untuk berkomunikasi. Jiwa nasionalisme masih terpecah belah karena kendala bahasa.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dari seluruh Indonesia mengambil sumpah yang dikenal dengan nama sumpah pemuda. Sejak saat itu bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Tetapi meskipun bahasa nasional adalah bahasa Indonesia, ahasa daerah tetap digunakan oleh masing-masing suku untuk menjaga keragaman bahasa yang ada.

Namun bagaimana dengan persoalan berbahasa? Bangsa ini masih kurang memedulikan kehadiran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Banyak dari kita terutama kalangan kelas atas termasuk pejabat yang senang mengobral kosa kata asing (baca: bahasa Inggris) pada tiap kesempatan berbicara di depan publik. Seolah jika tidak memakai istilah asing serasa kurang afdol, Mereka ingin dianggap pintar dan berkelas. Cara pandang seperti ini merupakan peninggalan perilaku dan sikap feodalistik yang mengakar sejak dulu. Media massa tidak ketinggalan sangat ke inggris-inggrisan, Seakan-akan kita berada di Negara asing. Dengan perilaku seperti ini bagaimana kita bisa disebut sebagai orang yang menghargai bahasanya sendiri. 

Dan tidak hanya kalang kelas atas saja namun beberapa tahun belakangan, Ada juga yang dikenal dengan bahasa anak jaksel, Dimana dalam bahasa anak jaksel sendiri bahasa Indonesia dicampur dengan bahasa Inggris. Ada beberapa pandang yang mengggap bahasa anak jaksel ini buruk karena merubah bahasa yang resmi dicampur dengan bahasa dari negara lain. pencampuran bahasa ini secara tak langsung akan membuat orang asing di Indonesia jadi malas belajar bahasa indonesia.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun