Mohon tunggu...
Doni Bastian
Doni Bastian Mohon Tunggu... Penulis - blog : www.donibastian.com

SEO Specialist | Web Designer | Koi Expert | WA 0821-1450-1965

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Analisis 'Sebelah Mata' dari Eep Saepulloh

27 April 2017   21:05 Diperbarui: 28 April 2017   06:00 3929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini lagi ada orang namanya Eep Saepulloh. Katanya dia dikenal sebagai konsultan politik Anies Sandi. Dia boleh menepuk dada karena yang dikonsultaninya itu menang Pilkada. Diapun juga termasuk golongan bunglon sekaligus kutu loncat. Dia pernah menjadi konsultan politik untuk pasangan Capres Jokowi-JK pada Pilpres lalu, tapi kini loncat ke kubu Prabowo.

Diapun dengan bangganya membuat analisis seolah dia sendiri yang paling hebat. Padahal analisisnya itu menurut saya tak lebih dari sampah berserakan. Bisa dibaca disinianalisisnya 

Kenapa demikian? Sebab apa yang disampaikannya itu sama sekali tidak mendekati apa yang benar terjadi.

Pertama terkait tulisannya "Pernyataan Ahok di Pulau Seribu soal Al Maidah 51 itu -- terlepas perdebatan bahwa itu penistaan agama atau bukan -- adalah cara yang 180 derajat bertolak belakang dengan kebutuhan untuk kreatif itu."

Dia berpikiran sama persis dengan kaum bumi datar, bahwa apa yang dikatakan AHOK terkait Al Maidah 51 sebagai awal dari semua persoalan. Padahal, yang terjadi, AHOK sebatas menyampaikan isu yang pernah dialaminya ketika dirinya sedang berkampanye untuk menjadi CaBup Belitung Timur bertahun silam. Tak bisa dipungkiri, bahwa ada sebagian kalangan yang memelintir ayat tersebut seolah menjadi senjata pemusnah bagi karir politik AHOK.

Hal itupun menurut Eep adalah sebagai pemicu kemarahan besar umat Islam. Padahal yang sesungguhnya terjadi bahwa adanya demo berjilid-jilid itu sabatas kendaraan yang ditumpangi para oknum untuk menjatuhkan pemerintahan Jokowi sekaligus membentuk negara Khilafah. Diantara pendemo itu yang murni termotivasi karena pernyataan AHOK tidak cukup signifikan jumlahnya, disamping ada pula diantaranya yang sekadar menumpahkan rasa bencinya kepada AHOK. Jadi apa yang dinyatakan Eep sebagai kemarahan umat Islam itu bukanlah seperti makna harafiahnya semata. Terlalu luas cakupannya dan sangat subyektif demi memuja pikirannya sendiri.


Selanjutnya diapun menyoroti kasus bagi-bagi sembako yang dilakukan oleh oknum berbaju kotak-kotak menjelang hari pencoblosan pada putaran kedua Pilkada DKI.

Kerdil sekali pemahamannya pada kasus itu. Apa dipikir jika pelakunya berbaju kotak-kotak, itu berarti inisiatif atau keinginan AHOK untuk meraih simpati warga?

Sama sekali tidak !, Justru AHOK sangat anti dengan kegiatan bagi-bagi barang semacam itu. Sejak awal berkampanye di BelTim dulupun, AHOK justru mengatakan 'Goblok' jika ada warga bersedia memilih calon karena telah menerima barang gratisan atau uang pada serangan fajar.

Menanggapi kasus ini, AHOK pun juga telah membantah keras, bahwa pelaku bagi-bagi sembako itu bukanlah bagian dari TimSes AHOK. Bahkan AHOK berniat melaporkan kepada yang berwenang agar ditindak.

Bukankah ini sudah jelas, bahwa kasus bagi-bagi sembako itu sekadar ulah pihak tertentu yang ingin menjatuhkan kredibilitas AHOK? Apakah Eep tak bisa atau tak mau melihat atau memang buta hatinya?

Terakhir dia katakan bahwa warga Jakarta menilai AHOK telah melayani warga namun dianggap tidak baik. Eep disini telah mencampuradukkan dua peristiwa yang tak sama konteksnya.

AHOK bersikap tidak baik, antara lain dengan berbicara keras dan kotor, menurutnya, tentu ada konteksnya, yaitu sebagai ungkapan kekesalannya kepada oknum pejabat yang suka melanggar hukum dan pelaku korupsi, Sebatas itu saja, dan menurut saya memang sudah sepantasnya jika para koruptor dan pelanggar hukum itu disebut dengan kata 'Bajingan', 'Bangsat' dlsb.

Coba saksikan sendiri melalui videonya, mana pernah AHOK memaki-maki orang yang berbuat baik dan benar? Justru AHOK menunjukkan hati yang mulia dengan membantu setiap warga miskin yang membutuhkan pertolongan. AHOK tak segan mengeluarkan uang pribadi untuk membantu warga, tanpa ada pamrihnya.

AHOKpun juga tak peduli kepada siapapun yang melanggar aturan, terutama para pejabat koruptor dan penyalahgunaan wewenang, Sudah pasti mereka akan didamprat olehnya. Itu memang karakter AHOK yang tegas dan tanpa kompromi kepada yang bersalah, dan membela pihak yang benar.

Pada penghujung tulisannya, Eep bahkan memberi analogi yang sungguh melenceng sbb :

"Analogi tentang Ahok yang melayani tapi tidak baik itu. Ahok punya kewajiban membuatkan sarapan buat saya, dan saya berhak mendapatkan sarapan yang dia siapkan. Saya duduk di meja menunggu sarapan saya. Ahok datang. Sambil meletakkan piring makanan dan gelas minuman di depan saya, sambil melotot Ahok membentak saya: "Bangsat! Maling! Itu sarapan kamu! Makan situ!"

Analogi ini aneh dan lucu menurut saya, bahkan kalau boleh saya katakan Eep hanya mengada-ada dan mencari-cari keburukan AHOK. Mana pernah AHOK melakukan perbuatan seperti yang dianalogikan oleh Eep tersebut?

Jadi, kesimpulannya, sejak awal hingga akhir dari apa yang ditulisnya itu, saya menilai Eep ini sebatas membela secara membabi buta demi kliennya semata. Sama sekali tidak mendidik dan seolah merasa dirinya adalah orang yang paling pintar.

Oleh sebab itu, jika saya katakan bahwa analisisnya adalah sebatas sampah yang berserakan, itu hal yang wajar saja..

#donibastian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun