Mohon tunggu...
Dona Tian Wardhana
Dona Tian Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiwa Universitas Negeri Semarang

Saya adalah mahasiswa S1 Psikologi di Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Merajut Ketenangan: Sosialisasi Strategi Penanganan Kecemasan Kematian pada Lansia di Desa Karangduren

30 April 2025   15:38 Diperbarui: 1 Juni 2025   11:31 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi bersama para lansia di Desa Karangduren

SEMARANG -Rabu (19/03/2025) Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang (UNNES) menunjukkan kepedulian mereka terhadap kesehatan mental para lansia dengan mengadakan kegiatan sosialisasi bertema "Merajut Ketenangan: Strategi Penanganan Kecemasan Kematian pada Lansia" di Desa Karangduren. Kegiatan ini menjadi bagian dari pengabdian mahasiswa kepada masyarakat, khususnya dalam membantu para lansia mengelola rasa takut dan cemas yang kerap muncul di usia senja. Sosialisasi yang menggunakan media visual berupa poster ini mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat, khususnya para lansia yang menjadi peserta utama dalam sesi edukatif tersebut. 

Dalam sosialisasi ini, Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang (UNNES) membahas secara mendalam mengenai fenomena kecemasan kematian atau death anxiety merupakan bentuk kegelisahan yang dialami seseorang ketika membayangkan atau menghadapi kemungkinan kematian. Hal ini bisa timbul karena ketidakpastian, ketakutan akan kesendirian, atau rasa belum siap secara spiritual maupun emosional. Bagi lansia, perasaan ini bisa menjadi beban psikologis yang cukup berat jika tidak ditangani dengan pendekatan yang tepat. Kondisi ini sangat rentan dialami oleh lansia akibat ketidakpastian dan kekhawatiran yang menyertai proses menuju akhir kehidupan.

Para peserta, yang mayoritas merupakan warga lanjut usia, tampak antusias mengikuti rangkaian kegiatan yang berlangsung dengan suasana hangat dan penuh empati. Mereka diajak memahami gejala-gejala umum dari kecemasan kematian, mulai dari detak jantung yang cepat, sulit tidur, hingga kecenderungan menghindari topik tentang kematian Setyowati, dkk (2025). Selain itu peserta juga diajak untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan apabila gangguan kecemasan akan kematian ini terus berlanjut. Dampak-dampaknya seringkali memicu berbagai reaksi psikologis seperti rasa gelisah, tegang, tidak nyaman, khawatir, dan adanya perasaan tertekan. Ningrum (dalam Setyowati dkk., 2025). 

Menurut Nurrahmi (dalam Firmansyah, dkk., 2023), faktor penyebab dari timbulnya perasaan cemas akan kematian ini bersumber dari kekhawatiran tentang kondisi keluarga yang akan ditinggalkan, merasa tidak puas dengan kualitas ibadah mereka akibat beban perasaan berdosa atau kesalahan masa lalu, serta ketakutan terhadap proses menjelang ajal dan kehidupan setelah mati. Selain itu, para lansia juga takut harus menderita sakit berkepanjangan atau meninggal dalam keadaan sendiri tanpa diketahui siapapun. 

Setelah membahas apa itu kecemasan kematian dan bagaimana gejalanya muncul pada lansia, para mahasiswa UNNES juga memberikan solusi yang bisa langsung dipraktikkan. Salah satu cara yang dikenalkan adalah dengan memadukan teknik pernapasan dalam secara perlahan (slow deep breathing) dan dikombinasikan dengan dzikir Asma'ul Husna. Metode ini dipercaya bisa membuat tubuh lebih rileks dan hati jadi lebih tenang. Sosialisasi ini juga mengajak peserta lansia untuk langsung mempraktikkan terapi tersebut. Para peserta tampak antusias mengikuti latihan pernapasan dan dzikir bersama, bahkan beberapa di antaranya mengaku merasakan ketenangan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kombinasi metode ini bertujuan untuk menenangkan pikiran sekaligus memberikan efek fisiologis yang menurunkan ketegangan tubuh. "Melalui pengulangan dzikir, pikiran negatif yang muncul karena rasa takut akan kematian bisa digantikan dengan makna-makna positif dan spiritual," ujar mahasiswa pemateri. 

Kombinasi Terapi Asma'ul Husna dengan Slow Deep Breathing dapat menjadi pendekatan yang efektif untuk mengatasi kecemasan akan kematian. Kedua metode ini bekerja secara sinergis dimana bacaan Asma'ul Husna menciptakan keadaan pasrah yang membawa ketenangan mental, sementara Slow Deep Breathing memengaruhi aspek fisiologis dengan menurunkan aktivitas metabolik tubuh, menghasilkan kondisi relaksasi yang optimal. Pengulangan dzikir dalam Terapi Asma'ul Husna berfungsi sebagai teknik meditasi yang membantu mengalihkan perhatian dari pikiran negatif ke makna positif yang terkandung dalam kalimat-kalimat suci. Proses ini secara efektif menggeser fokus mental dari kecemasan ke ketenangan spiritual. Sementara itu, Slow Deep Breathing merupakan teknik pernapasan terkontrol yang memengaruhi sistem saraf. Ketika seseorang melakukan pernapasan dalam dan lambat secara sadar (dikontrol oleh korteks serebri), tubuh melepaskan neurotransmitter endorfin yang mengurangi aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan respons parasimpatis. Perubahan keseimbangan sistem saraf ini menurunkan aktivitas metabolik tubuh dan menciptakan kondisi relaksasi yang mendalam.

Foto bersama Kades Desa Karangduren
Foto bersama Kades Desa Karangduren

Dengan adanya kegiatan ini, Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang (UNNES) berharap para lansia di Desa Karangduren, Kabupaten Semarang dapat menjalani hari-hari mereka dengan lebih tenang, damai, dan menerima proses kehidupan secara utuh. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wujud nyata kontribusi mahasiswa dalam menjawab kebutuhan psikososial masyarakat, khususnya kelompok usia lanjut yang sering terabaikan dalam aspek kesehatan mental.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun