Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perjanjian Damai Israel - UEA, Secercah Cahaya yang Segera Meredup.

14 Agustus 2020   22:33 Diperbarui: 15 Agustus 2020   10:18 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Timur Tengah (Sumber CRS, few research, CIA World Factbook)

Ditengah pergolakan yang terus menerus tanpa henti di Timur Tengah, kemarin, Kamis tanggal 13 Agustus 2020, setitik harapan perdamaian muncul disana. Setelah mengejutkan dunia dengan mendirikan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di semenanjung Arab, UEA kembali membuat Dunia tersenyum bahagia, negara ini kembali membuat berita gembira, UEA dan Israel resmi menandatangani perjanjian damai  dengan Israel.

Perjanjian damai UEA - Israel yang dimediasi oleh Donal Trump ini, memberikan harapan baru tercapainya perdamaian di kawasan ini. Dengan ditanda tanganinya Abraham Accord, UEA menyusul negara Mesir dan Jordania yang sudah lebih dulu menjalin hubungan diplomatik negara Israel.

Abraham Accord, nama perjanjian ini, merupakan upaya win-win solution yang ditempuh oleh UEA agar Israel menangguhkan pengambilan wilayah Tepi Barat Palestina. Israel sendiri berencana mengambil 30% wilayah Tepi Barat dan berencana mengajukannya ke parlemen untuk segera diformalkan dalam bentuk undang-undang.

Sampai dengan saat ini, belum ada penyataan resmi dari Liga Arab, tetapi melihat tradisi yang lazim terjadi di Timur Tengah, perjanjian damai UEA - Israel ini pasti akan menimbulkan pro dan kontra.

Kawasan Jazirah Arab ini memang unik, sejarah perjalanan negara-negara di kawasan ini selalu diwarnai pergolakan,  mulai dari perang antar suku, perang antar aliran agama sampai dengan perang antar negara.


Israel sendiri selalu berkonflik dengan negara-negara Arab. Konflik Israel dengan Liga Arab sudah dimulai sejak Israel memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948. Sejarah mencatat sudah beberapa kali terjadi konflik terbuka antara Israel dengan liga Arab, dimulai dari Perang Arab, Perang Yom Kippur sampai dengan konflik antara Israel dengan Libanon.

Terlepas dari keinginan negara-negara Arab untuk memerdekakan Palestina, faktanya, kekalahan demi kekalahan dalam perang dengan Israel yang dialami oleh Liga Arab membuat wilayah yang dikuasai oleh Palestina semakin menyusut.

Peta Palestina dan Israel dari masa ke masa (sumber foto : Twitter/wake@upaiman)
Peta Palestina dan Israel dari masa ke masa (sumber foto : Twitter/wake@upaiman)

Boleh dibilang, nasib Palestina sangat malang. Saat ini, Palestina hanya memiliki wilayah di Jalur Gaza -otoritas Fatah- dan Tepi Barat-otoritas Hamas-, dua wilayah yang malah terpisah, dipisahkan oleh daerah yang dikuasai Israel. Wilayah yang sangat kecil bila dibandingkan luasan wilayah Otoritas Palestina setelah kejatuhan Kesultanan Ottoman, yang mencakup  wilayah Jordania dan wilayah Israel saat ini.

Hamas tidak setuju dengan Abraham Accord

Meskipun perjanjian damai ini menangguhkan upaya Israel untuk mencaplok sebagian wilayah tepi Barat, seperti sudah diduga sebelumnya, Hamas, sebagai otoritas yang menguasai Tepi Barat langsung menyatakan penolakan terhadap perjanjian ini. Mereka ragu dan tidak percaya dengan kesepakatan perjanjian ini. Sejak awal, Hamas memang memilih jalan merebut kemerdekaan Palestina dengan perjuangan bersenjata.

Belajar dari sejarah, keraguan Hamas memang beralasan, sepeninggal Yitzhak Rabin (Perdana Menteri Israel yang dibunuh aktivis sayap kanan), Israel meninggalkan diplomasi yang bersahabat, berganti wajah dengan memilih kebijakan yang lebih keras terhadap Palestina. Hal ini dicerminkan denngan pencaplokan wilayah di Tepi Barat secara terus menerus. Sayangnya kebijakan ini juga didukung oleh sekutu terdekatnya, Amerika Serikat. 

Presiden Trump sudah pernah mengancam akan menghentikan bantuan keuangan terhadap Palestina, mendukung pencaplokan Tepi Barat untuk dijadikan kawasan pemukiman Yahudi dan terakhir, Trump malah menyetujui penetapan Yerusalem sebagai ibukota resmi Negara Israel.

Sikap Arab Saudi dan Iran

Nah, sikap kedua negara ini yang paling ditunggu. Sebagai 2 negara yang bersaing untuk menjadi pemimpin de facto di Timur Tengah, kelanjutan nasib perjanjian damai ini akan bergantung kepada dukungan kedua negara ini.

Iran sendiri sudah mengeluarkan pernyataan sikap menolak perjanjian damai ini.  Iran menganggap perjanjian ini hanya menguntungkan pihak Israel dan Amerika Serikat. 

Amerika Serikat memang diuntungkan dengan perjanjian ini. Dengan ditanda tanganinya perjanjian damai ini, akan menambah dukungan terhadap sikap keras Pemerintahan Trump terhadap Iran.

Arab Saudi sendiri, sampai saat ini  belum mengeluarkan pernyataan menanggapi perjanjian damai ini. Tetapi, berpegang pada pernyataan-pernyataan Raja Salman sebelumnya, yang berjanji akan selalu membela kepentingan Palestina,sepertinya Arab Saudi akan menolak perjanjian ini.

Melihat kondisi  ini, sepertinya kemerdekaan dan perdamaian masih menjadi mimpi bagi bangsa Palestina. Mereka pasti sangat merindukan suasana seperti yang terjadi di Indonesia saat ini, bersuka cita merayakan hari kemerdekaan setiap tahun.

Salam

Simak Ulasan dan informasi tentang sepakbola di laman donalprediction

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun