Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sialnya Pendukung Prabowo Saat Pilpres

20 Juni 2020   15:03 Diperbarui: 20 Juni 2020   14:55 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana kebatinan para pendukung Prabowo mulai berbeda ketika ada tanda Prabowo merapat ke Jokowi. Meski ada di antara mereka yang percaya atau dipaksa percaya dengan teori Prabowo sedang mengubah strategi. Mereka masih percaya sedang berusaha menjadi orang di balik pemerintahan Jokowi.

Para pendukung saat pilpres masih yakin dengan ucapan Prabowo bahwa ia akan selalu bersama pendukungnya. Itu artinya menjadi menteri dalam kabinet Jokowi hanyalah bagian dari strategi guna menjadikan Jokowi 'boneka'. Teori ini awalnya dipercayai para pendukung Prabowo, namun seiring perjalanan waktu, teori itu mulai dianggap sebagai dongeng.

Belakangan, Prabowo bersama orang-orang dekatnya semakin menunjukkan jati dirinya. Narasi baru disusun, sikap Prabowo dianggap sudah benar. Bersama dalam pemerintahan, Prabowo dianggap akan melakukan visi dan misinya. Tak perlu menjadi presiden selama dapat menjalankan visi dan misinya. Narasi ini sekilas tampak logis dan mulia. 

Tentu saja narasi itu sejauh ini masih sukses. Masih ada para pendukung Prabowo yang percaya dan mereka tetap mendukung Prabowo bahkan untuk pilpres 2024. Namun berbeda dengan PKS dan simpatisannya. Mereka punya narasi sendiri soal sikap Prabowo selama ini. Prabowo dianggap pengkhianat, bahkan dianggap sosok oportunis. Hal itu tergambar dari sikap saling sindir di media sosial.

Saya melihat fenomena politik ini sebagai hal yang biasa. Politik memang begitu. Sayangnya banyak pendukung Prabowo saat pilpres belum memahaminya. Tidak all-out enemy di dalam politik. Namun bagi kebanyakan pendukung maupun simpatisan politik, harus hitam-putih. Akibatnya mereka kecewa dan beberapa bahkan trauma hingga gemar mencaci di media sosial.

Sial memang nasib mereka. Jagoan kalah dalam pilpres, kini sang jagoan malah menjadi menteri dalam kabinet lawan politik. Mereka terlalu polos, mereka membawa perasaan dalam politik. Mereka saat ini mereka kehilangan arah, tanpa leader mereka semakin tak memahami arah perjuangan. Lihatlah reaksi mereka yang kerap salah. Contoh kasus dalam kritik RUU HIP.

Mereka menyerang pemerintah padahal pengusulnya DPR. Setelah tahu DPR pengusul, mereka menyerang partai yang didirikan Prabowo (Gerindra). Padahal masih ada PDIP, PAN, dan partai lain kecuali PKS. Secara politik RUU HIP sangat menguntungkan pemerintah, kini netijen menyerang Gerindra dan kawan-kawan. Sejatinya, parlemen pendukung RUU HIP adalah pendukung pemerintah. Artinya 'sandiwara' mereka sebenarnya mudah ditebak.

Sialnya para pendukung Prabowo maupun pendukung Jokowi kini sama-sama tak paham. Akibatnya mereka saling serang sementara para elite tersenyum riang gembira. Tentu saja lebih sial para pendukung Prabowo, sudah kalah dalam pilpres kini harus berjuang tanpa arah termasuk dengan sikap Prabowo yang banyak diam.

Dalam KBBI kata 'sial' bermakna tidak mujur dan segala usahanya selalu tidak berhasil (seperti sukar mendapat rezeki, sukar mendapat jodoh). Makna kedua siala dalam KBBI ialah malang; celaka; buruk nasibnya. Sejauh ini begitu nasib pendukung Prabowo pasca pilpres. Saran dari saya, tinggalkan Prabowo dan partainya. Saatnya belajar menganalisa lebih dalam, lihatlah gambaran besarnya. 

Politik bukan milik Jokowi, Prabowo, Ahok, Anies dan elite politik lainnya. Mulailah menumbuhkan sikap kritis bukan sinis. Mulailah membekali diri dengan ilmu, selalu melihat dari beragam sudut pandang agar tidak cepat-cepat merespon sesuatu. Sikap kritis harus dibangun dengan ilmu bukan oleh perasaan, jangan korbankan perasaan demi elite yang jarang menggunakan perasaan dalam pengambilan sikap politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun