Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anies dan Jokowi Tak Sepaham Soal Mall

30 Mei 2020   15:08 Diperbarui: 30 Mei 2020   15:06 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pada siang ini, saya datang ke Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Untuk memastikan pelaksanaan kesiapan kita dalam menuju ke sebuah tatanan baru, sebuah normal yang baru," kata Jokowi, di Mal Summarecon, Selasa (26/05/2020). Namun Rabu (27/05/20) Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan belum ada keputusan soal aturan mengenai berakhirnya masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta. Sehingga belum ada keputusan soal beroperasinya kembali mal di DKI Jakarta (CNBC Indonesia).

Menarik apabila kita saksikan dua politisi ini berbeda dalam melihat situasi hari ini. Bagaimana mereka masing-masing memiliki argumen yang rasional. Jokowi tentunya melihat krisis ekonomi akan sangat membahayakan negara ini, meski korona sejatinya masih mengancam. Anies melihat mal sebagai salah satu tempat yang berpotensi terjadinya penularan. Jika tidak dihentikan, penularan akan terus terjadi yang pada akhirnya akan menyebabkan krisis ekonomi lebih besar lagi.

Jelas terlihat cara pandang jangka panjang dan pendek yang saling tumpang tindih. Jokowi hanya berpikir jangka pendek, melihat kondisi ekonomi terkini dan dalam beberapa bulan ke depan. Sementara Anies lebih melihat jangka panjang yang efeknya jauh lebih berbahaya. Kalau kita baca pernyataan Jokowi beberapa waktu lalu yang heran mengapa PSBB tidak melandaikan korban terjangkit korona, harusnya Jokowi sadar bahwa dengan PSBB pun tingkat penularan belum menurunkan grafik, konon lagi kelonggaran. Kesannya Jokowi panik dengan kemajuan negara lain yang telah menurunkan mata rantai penularan.

Kepanikan itu mengakibatkan Jokowi ingin memutuskan sesuatu berdasarkan keputusan negara lain. Negara yang sudah turun grafik penularan maupun korban meninggal. Harusnya Jokowi mengevaluasi kegagalan PSBB di beberapa daerah, bukan mengambil kebijakan yang tampak indah namun penuh dengan resiko jangka panjang. Mengapa tidak mencontoh negara tentangga, Malaysia yang masih memperketat meski sehari tidak sampai 50 orang terjangkiti. Bandingkan dengan kita (Indonesia) yang masih di atas angka 500. Tentu butuh waktu lebih lama PSBB.

Sementara Anies yang mengambil kebijakan berdasarkan basis sains tampak tak ingin buru-buru. Kemarin Kompas mengabarkan Korea Selatan yang mencoba New Normal, kembali menerapkan pengetatan setelah gagal. Angka penularan bertambah. Padahal bila kita bandingkan mereka dengan Indonesia, masyarakat mereka lebih patuh dan peralatan medis mereka pastinya lebih baik dari kita. Dengan demikian, Korsel dapat dijadikan contoh betapa kita belum pantas untuk melakukan new normal. 

Karenanya, sekali lagi kita saksikan kualitas kepemimpinan yang memiliki visi dan pemimpin yang berpikir sesaat. Bahkan bukan mustahil pembukaan mal dengan segera merupakan keinginan para oligarki ekonomi di Indonesia. Sekali lagi, Anies harus bersiap diserang para menteri seperti kasus transportasi, data bantuan sosial, serta kebijakan Anies yang cerdas namun dianggap culas karena ia berseberangan dengan para elit politik negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun