Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pandemi dan Krisis Kepercayaan terhadap Tuhan

29 Mei 2020   11:56 Diperbarui: 29 Mei 2020   12:14 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat pandemi korona melanda dunia dan belum ditemukan obatnya, orang-orang mulai mempertanyakan eksistensi Tuhan. Mereka mempertanyakan hal itu disebabkan realitas semakin bertambahnya korban meninggal. Apakah Korona sengaja diturunkan Tuhan? jika ya, mengapa Tuhan menurunkan virus itu? bukankah Tuhan memiliki sifat Maha Kasih dan Maha Sayang.

Belakangan ini perdebatan pun terjadi, kelompok ateis kembali mempertegas ketiadaan Tuhan. Mereka mendesak kaum teis menghadirkan Tuhan jika memang Tuhan ada, sebagai bukti adanya Tuhan ketika pandemi melanda dunia. Jika tidak mampu, ateis dengan gagah berani mengatakan bahwa Tuhan itu hanya delusi. Tuhan itu hanya ada di pikiran manusia yang lemah, manusia yang tidak mampu mengatasi sendiri persoalan di dunia ini. Demikian kira-kira narasi yang disusun kaum ateis.

Bahkan ada pula yang mempertanyakan doa. Jika doa mampu menyembuhkan penyakit, mengapa Ibnu Sina bersusah payah membuat obat-obatan. Jika doa dapat mengatasi penyakit mengapa Nabi Muhammad mempekerjakan tabib dari negeri Tiongkok. Serangan beruntun dari ateisme sejatinya bukan hal yang baru. Perdebatan akal dan wahyu, keberadaan Tuhan dan ketiadaan Tuhan sudah sejak lama diperdebatkan.

Kini, ada beberapa orang yang sepenuhnya percaya pada kekuatan Tuhan dan menganggap remeh protokol kesehatan. Ada pula yang percaya sepenuhnya pada sains. Kelompok pertama dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa jika sudah ditakdirkan ya sakit termasuk meninggal dunia. Kelompok kedua yakin sains sebagai satu-satunya solusi, Tuhan tidak akan mampu membantu manusia mengatasi korona.

Perdebatan sains dan agama sejak dahulu kala kerap terjadi. Diskursus ini merupakan menu setiap era manusia. Masing-masing menyatakan argumennya sebagai argumen terbaik, paling benar. Padahal, keduanya tak perlu dipertentangkan, kedua dapat saling melengkapi. Harmonisasi keduanya merupakan 'kunci' sukses bagi manusia menghadapi korona. Kalaupun terjadi pertentangan, hal itu disebabkan kurang paham atas salah satunya.

Mereka yang memuja sains menganggap sepele agama terutama Islam, dikarenakan mereka tak benar-benar paham akan Islam. Mereka yang beragama dan membenci sains, dikarenakan mereka tak memiliki pehamanan tentang sains dengan benar. Islam tidak anti sains, dan sains juga tidak bertentangan dengan agama manapun. Manusialah yang salah menyikapi sains dan agama sehingga seolah-olah agama dan sains saling bermusuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun