Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoal Posisi NU dan Ahok

28 Oktober 2019   08:22 Diperbarui: 28 Oktober 2019   08:29 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabinet pemerintahan Jokowi-Maruf telah diumumkan. Begitu pula dengan wakil menteri yang katanya membantu kerja-kerja para menteri terkait. Meski sangat berpotensi akan terjadi dualisme kepemimpinan. Namun keputusan telah dibuat oleh Jokowi sebagai orang yang paling berhak. Kecewa? kabarnya ada yang kecewa dengan susunan kabinet tahun ini.

Sejatinya wajar saja apabila NU misalnya kecewa dengan susunan kabinet Jokowi-Maruf. Bukan hanya posisi kemenag yang biasanya diisi kader NU, akan tetapi beberapa pos menteri lainnya harusnya diisi kader NU. 

Mahfud MD meski merupakan kader NU namun dianggap bukanlah representatif ormas Islam tersebut. Padahal NU merupakan ormas yang paling berandil atas kemenangan Jokowi-Maruf.

Kemenangan Jokowi-Maruf di Jateng dan Jatim tak bisa dipungkiri merupakan andil nyata dari NU. Meski secara organisasi NU menyatakan netral dalam pilpres namun kader-kader NU di kedua daerah tersebut memperjuangkan kemenangan Jokowi-Maruf. 

Apalagi Maruf Amin merupakan tokoh NU. Sayangnya andil besar yang dilakukan NU tidak sewajarnya dibalas Jokowi sebagai pemegang hak preogratif. 

Nasib NU nampaknya dapat disejajarkan dengan Ahok. Sahabat Jokowi yang sudah terlupakan. Sejak divonis hingga masuk PDIP, Ahok sepertinya tidak masuk dalam rencana Jokowi. Belum ada tanda-tanda Ahok akan dilirik Jokowi. 

Padahal Ahok salah seorang sahabat sekaligus tokoh yang ikut membesarkan Jokowi. Masih ingat ketika Ahok lebih memilih Jokowi ketimbang Prabowo dalam pilpres 2014. Padahal saat itu Ahok merupakan kader Gerindra.

Setelah pilpres Ahok keluar dari parpol yang mengusungnya dalam pilkada DKI Jakarta (2012). Loyalitas Ahok terhadap Jokowi tidak perlu diragukan lagi. Sayangnya loyalitasnya hingga kini belum dibayar Jokowi. 

Sehingga wajar apabila para pendukung Ahok meragukan Jokowi akan membalas loyalitas Ahok. Padahal, bila diberi kesempatan, Ahok dapat menaikkan pamor Jokowi. Bukan hanya itu, Ahok dapat membantu Jokowi dalam percepatan pembangunan ibu kota baru.

Ada pendapat Ahok sedang dipersiapkan sebagai cagub di ibu kota baru. Katanya karena kinerja Ahok selama menjadi Gubernur Jakarta dinilai baik. Apakah ini hanya 'obat' pelipur lara? Ah sudahlah. 

Harusnya NU, Muhammadiyah maupun Ahok tidak perlu kecewa apabila tidak mendapat posisi dalam pemerintahan. Politik memang begitu, tidak ada kepastian karena yang pasti dalam politik adalah ketidakpastian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun