Mohon tunggu...
Dommy Waas
Dommy Waas Mohon Tunggu... -

Seorang Ayah yang berharap agar anaknya dapat menghargai dan bangga akan pluralitas bangsanya. Senang mempelajari agama-agama lain selain agama yang diyakininya. Selain menuangkan 'kegundahan' lewat artikel juga lewat puisi. Lebih dari itu...masih belajar menulis dengan baik. :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

CAESAR

3 Desember 2014   19:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:08 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14175856861318366758

Koba        : “….Kera tidak membunuh kera…”

(Koba mencoba memanipulasi ‘hukum’ yang menjadi pegangan bangsa kera untuk keselamatan dirinya)

Caesar     : “…Koba bukanlah kera”

(Caesar melepaskan tangan Koba, hingga Koba jatuh meluncur dari atas puing menara)

Saat tengah menyaksikan film “Dawn Of The Planet Of The Apes” (2014), pada bagian pertengahan hingga akhir, di benak saya muncul semacam notes untuk membuat tulisan ini. Mungkin semacam ‘mind mapping’. Tergelitik dengan hirukpikuk perpolitikan di negeri ini pasca pilpres Juli dan Oktober 2014 yang lalu. Adanya DPR tandingan. DPRD DKI Jakarta yang gerah karena calon gubernurnya yang baru. Lalu ada ormas-ormas yang menolak gubernur DKI Jakarta, karena alasan-alasan yang cenderung bernuansa SARA. Isu-isu dan hasutan-hasutan bernada anti Cina dan anti dipimpin seorang non-Muslim, dilemparkan ke tengah publik secara telanjang serta tak lagi peduli pada konstitusi (UUD 1945). Dan FPI (beserta ormas-ormas dalam FUI) telah mengangkat seorang gubernur tandingan dengan mengatasnamakan rakyat Jakarta (GMJ). Gonjang-ganjing perpecahan di tubuh partai Golkar, partai beringin yang semakin rimbun, semakin ‘angker’, tapi sepertinya semakin sulit untuk mengikuti dinamika konteks kekinian yang dituntut oleh masyarakat, khususnya kaum muda Golkar. Mungkin beringin itu semakin kaku, tua dan rapuh. Entahlah.

Saya jadi ingat kisah Julius Caesar, tepatnya Gaius Julius Caesar (13 Juli 100 SM – 15 Maret 44 SM). Julius Caesar adalah seorang tokoh ternama, pemimpin militer dan politikus Romawi dalam jajaran Republik Romawi saat itu. Kita tahu, bahwa sebuah tragedi mengerikan harus dialami Julius Caesar. Ia tewas oleh rekayasa Brutus (Marcus Junius Brutus) dan beberapa senator Romawi dalam sebuah sidang senat. Yang menarik disimak adalah alasan Brutus dan para senator membunuh Caesar.  Mulanya, Brutus adalah kawan seperjuangan sekaligus sahabat dekat Caesar, namun ia dihasut oleh isu bahwa ada kemungkinan Caesar ditahbiskan menjadi Raja bagi Roma dan ‘sistem monarki absolut’ di Republik Roma. Para senator – tentu mereka tak menyukai Caesar - yang berjumlah 23 orang pun terhasut untuk membunuh Caesar. Brutus terprovokasi oleh hasutan sahabat sekaligus adik iparnya, Gaius Cassius Longinus, yang memiliki kedengkian, kecemburuan dan syahwat untuk berkuasa dan merebut kekuasaan itu dari Caesar. Hingga tibalah waktunya, pada tanggal 15 Maret 44SM, Caesar ditikam beramai-ramai oleh Brutus dan para senator yang telah menyembunyikan pisau belati di balik toganya masing-masing. Salah seorang senator bernama Publius Servilius Casca menarik lengan sang kaisar, lalu menikam lehernya dengan sebilah belati ketika Caesar tengah membacakan sebuah petisi di atas mimbar. Caesar berupaya melarikan diri, tapi tidak berhasil. Ada begitu banyak luka tusuk yang mengakibatkan Caesar tersungkur dan tewas tanpa perlawanan. Caesar telah ambruk. Dan peristiwa  ini pun menjadi pencetus perang saudara di Republik Romawi. Tanggal 15 Maret itu menjadi sebuah moment bersejarah yang disebut Ides of March.
Kisah yang nyaris serupa digambarkan dalam film “Dawn Of The Planet Of The Apes”. Pemimpin bangsa kera bernama Caesar pun nyaris mengalami nasib serupa Julius Caesar. Hanya saja ia lolos dari maut ketika peluru yang ditembakkan oleh Koba, sahabat sekaligus sosok penghasut bahwa Caesar lebih membela manusia ketimbang kera. Bahkan anak sulung Caesar pun terkena hasutan Koba. Rupanya Koba memiliki hasrat untuk menyingkirkan Caesar dan berkuasa atas bangsa kera. Koba menemukan gudang senjata milik manusia, mencuri pemantik api milik seorang manusia yang dibunuhnya (nantinya digunakan Koba untuk membakar desa kera, seolah manusia pelakunya), dan menembak Caesar ketika Caesar memergoki Koba di gudang senjata. Ketidaksukaan Koba pada Caesar semakin terakumulasi ketika Koba dan Caesar bertarung mempertahankan pendapat masing-masing mengenai keberadaan manusia. Dalam pertarungan itu Koba kalah, tapi dilepaskan oleh Caesar, karena prinsip dasar (atau konstitusi) yang dipegang Caesar dan bangsa kera, bahwa: “Kera tidak membunuh kera”. Tapi sepertinya Koba tak bisa menerima kekalahan itu. Ia menyimpan dendam dan ambisinya untuk menyingkirkan Caesar. Caesar yang pulih dari luka tembak, karena ditolong oleh manusia yang juga seorang dokter (Ellie), dipertemukan dengan anaknya. Lalu Caesar dan anaknya bertemu Koba dalam sebuah penyerangan bangsa kera kepada bangsa manusia yang dipimpin Koba. Koba dengan pongah menyatakan bahwa bangsa kera sudah dibawah kendali dan kuasa Koba, bukan Caesar. Caesar dan Koba pun kembali bertarung. Dan pasca peledakan menara, Koba dalam kondisi seperti telur di ujung tanduk. Koba meminta tolong Caesarmembantunya agar tidak terjatuh dari puing menara yang hancur akibat diledakan oleh salah satu dari bangsa manusia yang tak mau percaya pada jalan dialog dan menganggap bahwa Caesar dan kelompoknya hanyalah sekumpulan hewan yang mustahil tak menjadi penghalang bagi kelangsungan hidup manusia. Maka Koba pun mencoba mengingatkan Caesar pada ‘konstitusi’ itu. Koba 'mamanipulasi' konstitusi itu untuk kepentingan dirinya, karena sebelumnya ia pun melancarkan tembakan terhadap kera-kera yang pada dasarnya lebih mempercayai Caesar. Tapi Caesar justru melepaskan tangan Koba setelah berkata: “Koba bukanlah kera”.

Caesar sendiri memiliki ‘kedekatan’ dengan manusia (Malcolm). Caesar belajar menaruh percaya pada bangsa manusia yang berbeda dengan bangsa kera. Sedangkan Koba, yang adalah bagian dari bangsa kera, justru menolak mempercayai manusia, bahkan menghasut para kera lainnya untuk tak lagi mempercayai Caesar dan memerangi manusia.

Dari kisah tentang dua Caesar tersebut, kita bisa belajar beberapa hal. Bahwa perbedaan yang terjadi antara Caesar (kera) dan Malcolm (manusia) dalam film tersebut bukanlah penghalang bagi sebuah persahabatan dan kerjasama. Bahwa kenyataan kesamaan antara Caesar dan Koba sebagai bagian dari bangsa kera, tidak otomatis menjadikan mereka selalu sejalan. Bahkan seperti kisah persahabatan Brutus dan Julius Caesar, mereka pada akhirnya harus berhadap-hadapan menjadi rival dan berakhir dengan sangat dramatis. Caesar yang ada dalam kisah pertama tewas. Sedangkan Caesar dalam kisah kedua justru  terselamatkan, dan Koba , si penghasut menerima nasibnya, ia tewas. Kepercayaan yang terlalu berlebihan kepada seorang sahabat memang bisa membahayakan dan menjadi bumerang untuk diri kita sendiri. Dan dalam hirukpikuk perpolitikan – juga suburnya para penjual / pembajak agama - di negeri ini, nampaknya bermunculan para pemeran ‘Julius Caesar’. ‘Brutus’, ‘Caesar’, ‘Koba’, ‘Malcolm’, dsb.

(DW, 03 Desember 2014)

#MerayakanPerbedaan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun