Mohon tunggu...
Wimpie Fernandez
Wimpie Fernandez Mohon Tunggu... Penulis - Tak harus kencang untuk berlari

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Belanda, Pernah Juara, Sempat Jatuh dan Kini Perlahan Bangkit

13 Juni 2021   22:23 Diperbarui: 13 Juni 2021   23:06 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Instagram @officialknvb

Timnas Belanda sembilan kali tampil di Piala Eropa. Satu diantaranya berhasil menjadi juara. Tepatnya di tahun 1988. Materi pemain yang mumpuni ditambah gaya bermain total football membuat penikmat bola berdecak kagum. Anak asuh Rinus Michels sukses mengalahkan Uni Soviet di final dengan skor 2-0. Negara Kincir Angin, untuk pertama kali mengangkat Henri Delaunay Trophy. 

Setelah juara Piala Eropa 1988, catatan apik itu berlanjut. Lima edisi berturut-turut (1992-2008), Belanda tampil konsisten. Selalu lolos dari fase grup. Tiga diantaranya, menembus semifinal. Sedangkan dua sisanya berhenti di perempat final.

Badai mulai menerpa skuad Der Oranje tahun 2012. Mereka tidak lolos fase grup. Empat tahun berselang, Timnas Belanda menambah catatan kelam. Tidak lolos kualifikasi Piala Eropa. Ada apa dengan Timnas Belanda? Negara yang dikenal akan permainan total footballnya  mendadak melempem. Tidak bergairah. Padahal, bibit-bibit pemain yang lahir di tubuh Timnas Belanda sangat berkualitas.  

Telat melakukan regenerasi. Seharusnya, kolaborasi pemain lawas dan anyar di tubuh Timnas Belanda dilakukan setelah Piala Dunia 2010. Pemain-pemain muda diberi kepercayaan dan waktu bermain yang lebih banyak. Hanya saja, asosiasi sepak bola Belanda (KNVB) urung bergerak. Mereka tetap kukuh menggunakan jasa Van Persie cs.

Akibatnya, tahun 2012 dan 2016, Timnas Belanda seperti ayam kehilangan induknya. Kelimpungan. Mereka tidak berdaya. Tenaga mereka sudah habis. Materi pemain lawas tidak sanggup meladeni negara-negara lain yang mulai memakai jasa pemain muda.

Beruntung ada Ronald Koeman. Pertengahan 2018, KNVB memanggil mantan punggawa Timnas Belanda era 80an itu. Dipercaya sebagai pelatih di tengah keterpurukan melanda skuad Der Oranje.

Benar saja, Koeman datang bak "juru selamat". Membenahi tim yang semrawut. Rombak habis-habisan. Hampir sebagian pemain lawas tidak dipanggil. Wajah baru siap mengisi skuad Oranje. Hanya beberapa pemain lawas yang dipertahankan. Sebut saja, Wijnaldum, Tim Krul, Marteen Stekelenburg, Memphis Depay, Ryan Babel, Daley blind dan Stevan De Virj. Sisanya, anak muda. Mereka melebur menjadi satu di bawah tangan dingin Ronald Koeman.

Memanfaatkan materi pemain seadanya tapi berkualitas. Ya, Koeman dikenal sebagai pelatih berkarakter cerdas, tegas sekaligus keras. Itu berlaku tidak bagi pemain saja, melainkan petinggi KNVB. Hal itu membuatnya disegani pemain dan petinggi KNVB.

Lebih lanjut, Koeman sosok pelatih yang sangat paham dengan kemampuan setiap pemainnya. Ia juga tidak ragu memilih sekaligus memberi kepercayaan kepada pemain pilihannya untuk bermain. Kepercayaan itu membawa dampak luar biasa bagi para pemain, utamanya bagi sebuah tim. Tak lupa, strategi yang digunakan pun cepat dipahami.

Hasilnya, ketika di lapangan, mereka bermain luwes dan spartan. Tentu dengan target, kemenangan. Hasil cukup baik pun diperoleh Koeman bagi Timnas Belanda. Lolos Piala Eropa 2020 dan menjadi Runner up Piala UEFA Nation League 2020. Luar biasa Meneer.

Hanya saja, di penghujung tahun 2020, para pemain Belanda serta fans Der Oranje gigit jari. Koeman hengkang. Ia memilih pinangan dari klub yang dulu sempat dibelanya, Barcelona. Alasannya sederhana, stress karena tak kunjung melatih akibat pandemi Covid-19. Sungguh menyebalkan.

Sejak kepergian Koeman, kolektivitas permainan Timnas Belanda tampak lesu. Mirip orang putus cinta. Susah move on. Perasaan sama juga dialami KNVB. Sambil menungu keputusan resmi, siapa pelatih yang cocok menukangi Timnas Belanda, KNVB menunjuk asisten pelatih Timnas Belanda, Dwight Lodeweges sebagai pelatih sementara.

Di bawah asuhan Dwight Lodeweges, permainan Belanda biasa-biasa saja. Tidak ada perubahan mencolok. Nyaris sama seperti Koeman. Hingga 22 November 2020, KNVB resmi menunjuk Frank De Boer sebagai pelatih Timnas Belanda. Mantan pelatih Ajax musim 2011 dan 2014 itu dikontrak hingga pertengahan 2022. Tepatnya sebelum Piala Dunia di Qatar.

Dipilihnya Frank De Boer sebagai pelatih, menuai komentar beragam. Fans Oranje agak pesimis, Timnas Belanda bakal tampil apik di bawah asuhan De Boer. Tetapi, keputusan KNVB sudah bulat. De Boer menemani Timnas Belanda tampil di berbagai ajang pertandingan inernasional, salah satunya Piala Eropa 2020.

Foto: https://iasbh.tmgrup.com.tr/
Foto: https://iasbh.tmgrup.com.tr/

Menanti Jurus De Boer di Euro 2020

Frank De Boer memulai debut kepelatihannya dengan kekalahan. Uji coba melawan Meksiko, Der Oranje dipaksa menyerah 0-1. Pertanda awal buruk bagi Frank De Boer. Namun, itu baru permulaan.

Total, De Boer menjalani 11 pertandingan bersama Timnas Belanda. Hasilnya, 5 kali menang, 2 kali kalah dan 4 kali seri. Statistik ini menunjukkan kiprah De Boer sebagai pelatih masih biasa-biasa saja.

Sadar dengan kemampuannya, De Boer tidak memasang target muluk-muluk di Euro 2020. Targetnya membawa Belanda ke babak perempat final. Maksimal, semifinal. Pengakuan yang patut diacungi jempol.

"Kami tentu ingin mencapai prestasi terbaik. Tapi, untuk bisa melakukan hal itu semuanya tentu harus berjalan dengan lancar," ungkap Frank de Boer kepada Algemeen Dagbla

Lebih lanjut, kualitas pemain Timnas Belanda yang dibawa De Boer cukup baik. Meski tidak diperkuat beberapa pemain andalannya. Van Dijk yang masih dalam masa pemulihan cedera. Lalu, kiper bernomor punggung satu, Jasper Cillesen dipaksa balik kanan akibat Covid-19.

Kemudian, pemain tengah Manchester United, Donny Van De Beek. Cedera paha mengubur mimpinya tampil di Piala Eropa untuk pertama kalinya. Terbaru, bek muda Matthijs de Light dikabarkan mengalami cedera pangkal paha saat menjalani pemusatan latihan di Faro, Portugal. "Matthijs de Light tidak masuk dalam seleksi," ungkap De Boer dikutip dari nos.nl

Situasi sulit dihadapi Frank De Boer. Mantan pemain Ajax itu harus bisa memaksilkan pemain yang ada dengan segala kemampuan. Sama seperti yang dilakukan Ronald Koeman kala itu.

Menghadapi Ukraina, (13/6) dini hari di stadion Johan Cruijff Arena, Amsterdam, pada Minggu (13/6), mantan pelatih Inter Milan itu menggunakan formasi 5-3-2. Pola bermain yang mengandalkan serangan balik cepat. Formasi ini sama seperti yang digunakan mantan pelatih Timnas Belanda saat tampil di Piala Dunia 2014, Louis Van Gaal.  

Formasi 5-3-2, De Boer bakal menurunkan banyak pemain muda ketika melawan anak asuh Andriy Shevchenko. Penjaga gawang milik Stekelenburg. Di jantung pertahanan, Dumfries, Timber, De Vrij, Blind. Lini tengah dihuni, Wijndaldum, F de Jong, De Roon. Sedangkan pemain depan mengandalkan, Depay dan Weghorst. "Saya yakin dengan sistem ini kami bisa mengeluarkan kualitas terbaik dari para pemain," tandas De Boer dikutip dari nos.nl.

Kini, semua penggemar Oranje tinggal menunggu penampilan Wijnaldum cs di Euro 2020. Apapun hasilnya, fans Oranje diharapkan tetap mendukung De Boer, termasuk Ruud Van Nistelrooy sebagai asisten pelatih serta 25 pemain lainnya. Salam olahraga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun