Mohon tunggu...
Humor

LDR, Siapa Takut?

15 Februari 2019   19:09 Diperbarui: 15 Februari 2019   19:16 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Saya masih ingat dulu guru saya mengatakan, " kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok manusia yang mendasar dan harus dipenuhi. Yaitu, makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Apabila satu dari antara tiga kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka manusia tidak akan bisa melangsungkan kehidupannya dengan sebagaimana mestinya ". Itu adalah sebuah materi yang sampai sekarang juga pasti diajarkan  kepada semua siswa di Indonesia.

Namun melihat perkembangan jaman yang begitu pesat, rasanya tiga kebutuhan yang disebutkan diatas perlu ditambah ( bukan hendak menantang pendapat para ahli social, tapi pendapat ini hanya sebagai gurauan semata ). Menurut saya sebagai salah satu dari antara ribuan generasi milenial, kebutuhan primer manusia sekarang yaitu, " makanan, pakaian, tempat tinggal, telepon genggam dengan kemajuan teknologi android, dan cinta ".

Untuk perihal handphone dengan kemajuan teknologi android, saya tidak akan membahasnya dalam segment ini, mungkin akan saya bahas dalam tulisan-tulisan yang lain di waktu yang akan datang. Jadi dalam kesempatan ini mungkin kita bisa lebih santai untuk membahas sebuah zat yang membuat orang merasa bahagia atau sebaliknya merasakan sakit yang luar biasa.

Cinta! Apa itu cinta? Mungkin pertanyaan ini akan diungkapkan anak kecil di era 90-an apabila mendengar kata cinta. Namun jika cinta ditanya kepada anak-anak sekarang, kata cinta bukanlah hal asing di telinga mereka. Ya! Itulah pengaruh dari perkembang jaman. Kita juga mengenal yang namanya cinta monyet. Saya tidak tau dari mana asal kata cinta monyet terinspirasi darimana. Apakah terinspirasi dari dua ekor monyet kita juga kurang tau. Hahahaha.....itu sekedar gurauan saja, karna masih banyak istilah-istilah cinta yang kita dengar saat ini.

Seiring bertambahnya usia, setiap insan pasti menginginkan hubungan yang lebih serius dan tidak ingin bermain-main lagi seperti cinta yang dirasakannya ketika baru mengenal cinta. Itu karena setiap pasangan yang menjalin cinta pasti menginginkan hubungan mereka akan berlangsung ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. 

Cinta akan tumbuh semerbak bagai bunga ditaman dan menebarkan harumnya apabila cinta itu dipupuk sejak dini. Intensitas pertemuan yang relatif sering, canda tawa mewarnai perbincangan setiap pasangan, sikap saling memperhatikan satu sama lain, dan mungkin juga dukungan dari keluarga masing-masing dapat membuat cinta itu semakin tumbuh subur di hati kedua insan yang saling menjalin kasih tersebut.

Namun apabila cinta tersebut mempunyai sekat seperti jarak yang jauh, apa yang harus dilakukan? Ya! Dilema ini lah yang sering dialami setiap pasangan yang harus menjalin cinta kasih namun dibatasi oleh jarak. Lebih trend kita kenal dengan istilah masa kekinian, " LDR ".

LDR, " Long Distance Relationship ", begitulah sahabat saya yang dari Eropa menyebutnya. Sebuah status berpacaran yang dipisah oleh jarak dengan satuan kilometer ( km ). 

Dimana sepasang kekasih harus menahan rindu yang teramat menguras tenaga dan pikiran. Tidak ada kata yang lebih indah terlontar dari pita suara yang cenderung senyap terdengar dari speaker handphone selain kata, " mas aku rindu ", atau " adinda, abang ingin bertemu kamu ".

Banyaknya untaian pengharapan yang tak terhitung kalkulator selalu tersimpan di relung hati yang paling dalam. Di kala hendak membaringkan badan di tempat tidur, mata sayup memandang langit-langit kamar seraya membayangkan dan menerka-nerka si dia lagi apa di sana. 

Bahkan ketika raga sudah beristirahat sejenak di malam indah, bulir-bulir kerinduan memaksa memori otak untuk memutar film pendek bertajuk kemesraan antara kedua pasangan yang nyatanya pertemuan itu sudah setahun berlalu namun masih segar untuk diulang kembali di dalam mimpi. Di pagi hari kala ayam berkokok sontak tangan kanan meraba seluruh penjuru tempat tidur mencari si telepon genggam dan lekas membuka whatsapp dengan harapan jari si dia telah duluan mengetik dan mengirim pesan, " selamat pagi matahariku ", atau " selamat pagi penyejuk hatiku ". Sungguh itu semua adalah perjuangan prinsip yang butuh penghayatan panggilan hidup untuk mencintai si dia dengan jarak yang memisahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun