Kemarin malam saya iseng googling dan mendapatkan peta ini. Dari peta tersebut terungkap satu alasan mengapa Israel dan Arab Saudi beserta negara-negara teluk (yang mayoritas merupakan sekutu Amerika Serikat) begitu khawatir atas menguatnya pengaruh Erdogan di Turki-Utara, Mursi di Mesir-Barat, Syiah di Timur-Iran. Iran di Timur, memang berbeda aliran dan ideologi dengan mayoritas negara teluk selama ratusan tahun. Pertentangan Sunni dan Syiah yang sangat sulit ditembus. Â Iran semakin mandiri dan percaya diri setelah Revolusi Islam dimulai 34 tahun lalu. Turki pun sekarang sudah lantang dan berani beda sejak dipimpin Erdogan, padahal posisinya di Utara begitu strategis sebagai penghubung dengan Benua Eropa dan anggota NATO. Mesir? Sekutu Arab yaitu Mubarak sudah tumbang dan berganti dengan pemerintahan sipil yang dipimpin Mursi. Mesir melengkapi isolasi geografis dan ideologis terhadap negara-negara teluk seperti Arab Saudi dan negara-negara lain yang lebih kecil sebagai follower dari kerajaan Saudi. Mesir yang menghubungkan Jazirah Arab dan Benua Afrika selama dua tahun ini melengkapi rasa tak nyaman para raja dan penguasa negara teluk. Ketiga negara besar yang mengapit negara teluk ini berani tampil beda. Ideologi mereka lebih muda dan lebih menggugah anak-anak muda Jazirah Arab. Letak geografisnya pun mengurung Israel di tengah-tengah, yang masih saja menjalankan penjajahannya atas Palestina. Jalur laut juga terkunci oleh ketiga negara besar ini. Padahal Amerika Serikat jelas memerlukan ketenangan air laut untuk membawa emas hitam dari tanah Arab melalui kapal-kapal tanker raksasa dan pipa minyak bawah laut yang sudah diinvestasikannya. Menyadari sulitnya mereka merongrong negeri mayoritas syiah (Iran) dan juga mengatasi kepiawaian diplomasi Erdogan, maka target termudah adalah Mesir dengan mengembalikan Mubarak dari penjara ke tampuk kepemimpinan. Bisa dipahami mengapa rakyat Mesir bertahan dalam demonstrasi damai berbulan-bulan pasca kudeta terhadap Presiden Mursi. Bisa dipahami juga mengapa jenderal Al-Sisi melakukan tindakan represi yang begitu sadis terhadap para demonstran yang begitu kukuh dalam sholat, doa, dan bacaan Qur'an. Bisa dipahami kemudian mengapa Raja Saudi mendukung tindakan pembantaian yang dilakukan Al-Sisi. Penguasa despotik di negara-negara sekutu Amerika Serikat tersebut sebentar lagi mendapati reformasi dan revolusi memasuki dinding-dinding istana mereka. Jika mereka menerimanya dengan ikhlas, maka revolusi akan berjalan damai. Jika tidak, maka manusia pun tak kuasa menghadang perubahan yang merupakan sebuah keniscayaan. Ini analisis alakadarnya saja memang :)
Makassar, 20 Agustus 2013 (11:55 PM)
(dr. Andi Khomeini Takdir Haruni)