Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Pejabat Otoritas Veteriner

Dokter Hewan | Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Optimalisasi Peran Kesehatan Masyarakat Veteriner dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

3 Oktober 2025   06:07 Diperbarui: 3 Oktober 2025   06:07 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa hari terakhir, publik dikejutkan oleh serangkaian kasus keracunan massal yang terjadi di sejumlah wilayah akibat konsumsi makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah. 

Ironisnya, sebagian besar kasus keracunan ini bersumber dari pangan asal hewan seperti daging ayam dan telur, yang seharusnya menjadi sumber protein utama dalam program ini.

Kejadian ini memunculkan pertanyaan krusial, sejauh mana peran dan pengawasan kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet) dijalankan dalam rantai penyediaan pangan MBG?

Pentingnya Peran Kesehatan Masyarakat Veteriner

Kesehatan masyarakat veteriner merupakan salah satu pilar penting dalam sistem kesehatan masyarakat secara umum, terutama dalam menjamin keamanan pangan asal hewan. 

Menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH/OIE), kesmavet berfungsi untuk melindungi masyarakat dari risiko zoonosis dan kontaminasi pangan, dengan fokus pada pengawasan, inspeksi, dan sertifikasi produk hewan dari hulu ke hilir.

Dalam konteks MBG, di mana makanan diberikan secara massal kepada anak-anak sekolah, kelompok yang sangat rentan terhadap penyakit bawaan makanan, pengawasan oleh tenaga kesmavet menjadi mutlak. 

Mulai dari pemilihan bahan baku, proses penyimpanan, pengolahan hingga distribusi makanan harus memenuhi standar keamanan pangan yang ketat.

Tanpa pengawasan kesmavet yang memadai, sangat mungkin terjadi kontaminasi bakteri patogen seperti Salmonella, E. coli, atau Listeria monocytogenes, yang merupakan penyebab utama keracunan makanan. 

Data dari Kementerian Kesehatan (2022) menyebutkan bahwa 51% dari total kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia disebabkan oleh pangan asal hewan yang tidak memenuhi syarat.

Ketimpangan Kelembagaan di Daerah

Namun, di sinilah letak persoalan mendasar yang selama ini luput dari perhatian. Kegiatan pengawasan kesmavet di daerah berada di bawah organisasi perangkat daerah (OPD) yang membidangi urusan peternakan dan kesehatan hewan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun