Mohon tunggu...
Dokter Kusmanto
Dokter Kusmanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - .

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dahlan Iskan Sudah Benar Dan Harus

10 November 2012   04:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:41 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pro dan Kontra adalah wajar.
Yang tidak wajar apabila kenyataan dibulak balik untuk menjadi pro dan kontra.

Sebelumnya saya tidak mengenal bapak Dahlan Iskan, yang ternyata boss besar, pengusaha media cetak. Dan sekarang menjadi pejabat nagara. Saya suka merenungkan, untuk apa lagi, susah susah. Sudah kaya dan kecukupan apapun masih mau jadi bulan bulanan mayoritas masyarakat yang mudah di provokasi.

Apakah bapak Dahlan Iskan memang cari pencitraan ?
Sudah lah jangan pikirkan hal seperti itu.
Sangat mudah bikin pencitraan, sungguh mudah.
Lihat saja raja media eletronik atau media cetak lainnya.
Ada uang ada citra….
Mudah lah….. apa seehh yang tidak bisa di koar koarkan oleh media modern ?

Saya tergugah menulis artikel ini karena saya yakin dan paham bahwa Dahlan Iskan Sudah Benar Dan Harus Demikian.
Saat sebagai pemimpin PLN, kemudian menjadi pemimpin BUMN, saya yakin itulah yang harus dilakukan sebagai pengusaha dan sebagai professional.

Saya adalah dokter yang mempunyai usaha sangat sangat dan sangat kecil di bandingkan bapak Dahlan Iskan. Dan ada sebagian sikap Dahlan Iskan yang saya pahami. Walaupun ada juga yang saya tidak saya setuju dalam tindakan akhirnya.

Sikap Dahlan Iskan yang saya benarkan dan memang harus demikian:
Saya punya usaha membutuhkan GAS ELPIJI tabung 50 kg maupun GAS ALAM.
Disaat krisis ekonomi saya paham bahwa GAS dijual dengan harga murah sekali ke China.
Pemerintah RI lebih fokus menjaga stabiltas keuangan negara dari pada memikirkan nasib pengusaha.
Tetapi apa juga yang akan terjadi bila negara hancur ? Pasti juga pengusaha hancur.
Bukan ini yang kita bahas. Tidak ada kaitannya dengan Dahlan Iskan.

Efek dari tidak adanya GAS ELPIJI dan GAS ALAM, kami industi kecil menengah mati duluan.
Tiba tiba gas menjadi langka dan depo pertamina tutup kirim GAS?
Bayangkan ! Depo pertamina tutup kirim GAS tabung 50 kg. Kejadian ini tiba tiba.

Saat itu kami binggung, tenaga kerja dan pemberi order kerja  tidak mau tahu masalah GAS.
Dianggapnya kami tidak bisa produksi. Terpaksa kami beli GAS dengan harga tunai dan mahal sekali. Tetapi besoknya GAS yang harga mahal juga tidak ada stock.

Terus terusan kami harus cari GAS…. Kami yang dari daerah industri luar kota Jakarta, merambah ke Jakarta Utara mencari GAS. Dan ketemu… namanya Juga Jakarta…. Apapun harus ada…. Termasuk GAS ada di Jakarta.
Kami beli dalam banyak tabung…. Tetapi tidak di ijinkan karena jatah untuk Jakarta.
Alias GAS tidak boleh keluar dari Jakarta. Maka kami cari lagi di Serang dan sekitarnya.

Akhirnya tidak bisa kami selamatkan lagi. Produksi harus stop dan mesin harus dimatikan. Buruh harus di umumkan stop produksi dan kerja harian tidak perlu datang lagi untuk kerja.
Termasuk juga GAS ELPIJI dan GAS ALAM, stop total.
Di jaman itu, termasuk pabrik besar seperti pabrik keramik, juga harus stop produksinya akibat tidak ada gas.

Tidak ada GAS ELPJI maupun tidak adanya GAS ALAM untuk industri.
Kami taunya GAS telah dijual ke negara China dengan Harga murah.
Dalam hati saja…. Gila ini pemerintah, banyak pabrik menjadi bangkrut karena tidak ada GAS.
Termasuk pabrik saya stop produksi untuk sekitar 5 bulanan.
Dan semua kontrak harus nego ulang demi tidak terjadinya WANPRESTASI dalam bisnis dan denda yang akan menrugikan kita semua.
Artinya, usaha yang mengunakan GAS, pasti terjadi WANPRESTASI terhadap rekan bisnis nya.

Sikap Dahlan Iskan sebagai pengusaha dan pejabat sudah benar !
Pertanyaan saya, bila pabrik industri stop produksi sekitar 5 bulanan, maka apa kata dunia bila ibukota Jakarta mati lampu.
Saya sebagai pengusaha sudah kesal dan marah terhadap sikap pemerintah.
Tetapi saya lebih pasrah dalam kondisi tidak ada GAS untuk stop produksi daripada kota Jakarta gelap gulita.
hahaha… Jakarta gelap gulita…. Ingat tanggal 18 Agustus 2005 ?
Pulau Jawa mati lampu 24 jam dan ibu Kota Jakarta macet 36 jam.
hahaha…. Apa kata dunia bila Jakarta … anggap saja Jakarta mati lampu 7 hari saja….
Siapa yang akan berkoar koar di gedung DPR ? Karena listri Jakarta mati ?

Itulah sikap yang benar dan tepat, walaupun kami pengusaha menjadi menderita.
Masih ingat kejadian tahun 2005 juga ? Bensin naik 100 persen lebih ?, Bensin sulit juga ?
hahaha… memang pengusaha Indonesia itu sakti.
Tanpa bantuan pemerintah, pengusaha di Indonesia bisa bangkit sendiri dan maju lagi.

Yang saya tidak setuju dalam tindakan akhirnya Dahlan Iskan
Bila saja tiap BUMN menjadi profit center sendiri sendiri, maka PLN harus mampu dan bisa dan berani melakukan sikap WANPRESTASI nya PERTAMINA selaku pemasok GAS.
Jadinya, Dahlan Iskan harus menuntut perdata kepada pihak Pertamina.
Harus ada gugatan hukum antara dua BUMN itu, yaitu PLN menuntut Pertamina.

Tetapi apa yang terjadi bila Dahlan Iskan tuntut Pertamina ?
Hayaaaa…. Apa lagi yang akan dikatakan dunia ? Bila BUMN saja saling serang dan saling gugat.

Karena itu….
Wajarlah bila ada yang berkoar koar dan membulak balikan fakta dan untuk menjatuhkan Dahlan Iskan dari jabatan Pemimpin BUMN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun