Perbaikan dalam manajemen juga telah dilakukan. Sertifikasi ISO 9001:2015, ISO 14001:2015 dan OHSAS 18001:2007 untuk standar layanan dan standar mutu telah diperoleh. Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG) juga sudah diterapkan dan tahun ini rencananya akan dilakukan assessment oleh BPKP. Internal Control sudah diterapkan secara menyeluruh dan Manajemen Risiko sedang dibangun dengan target tahun ini memperoleh sertifikasi ISO 31000:2017 mengacu pada konsep PDCA.Â
Keterbukaan Informasi dengan membangun Knowledge Management berbasis web juga sudah dikembangkan perusahaan sesuai dengan Masterplan IT yang ada. (Perlu diingat bahwa industri pelayaran bukan bagian dari Revolusi Industri ke empat Digitalisasi, hal ini disebabkan tidak ada bagian dari jasa pelayaran yang dapat dikirim lewat internet. Kata mereka, kirim aja barang itu lewat computer.)
Perkembangan perusahaan saat ini membuat perusahaan sangat siap untuk memenuhi kewajiban melakukan buy back saham dimana pembayaran pertama akan dilakukan pada bulan Maret 2019. Verifikasi terhadap pemegang saham eks kreditur PKPU sudah dilakukan. Dana Sinking Fund untuk pembayaran tahun 2019 juga sudah disisihkan.Â
Hal ini membuat para pemegang saham eks kreditur PKPU lebih tenang. Kepercayaan bank juga sudah pulih, banyak bank yang menghampiri Djakarta Lloyd untuk membantu membiayai pengadaan kapal.
Langkah selanjutnya adalah mengembalikan kejayaan Djakarta Lloyd sebagai perusahaan pelayaran samudera seperti dulu lagi. Perusahaan perlu merintis pembukaan jalur container regular liner dari Jakarta ke Amsterdam. Dengan tag line "To Amsterdam with love" peran Djakarta Lloyd dalam mengangkut hasil produksi anak bangsa ke Eropa perlu didukung sepenuhnya.Â
Peran Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan sangat diharapkan baik berupa bantuan dana maupun bantuan logistic sehingga program Poros Maritim dalam membangun jalur sutera dapat terwujud.
==Dokday 2 Januari 2019
