Mohon tunggu...
Sembodo Nugroho
Sembodo Nugroho Mohon Tunggu... Peternak - Master of Animal Science

Bersepeda adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya, dengannya bisa mendapatkan tubuh yang sehat, inspirasi baru untuk dibagikan dan menikmati kesegaran udara dengan bonus pemandangan nan indah...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maraknya Praktik Korupsi di Institusi Pendidikan Tinggi

13 Maret 2023   12:55 Diperbarui: 13 Maret 2023   12:55 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Pexels.com

Pendidikan tinggi adalah tahap pendidikan setelah pendidikan menengah yang biasanya mencakup program-program akademik dan profesional di universitas, perguruan tinggi, institut, atau sekolah tinggi lainnya. Tujuannya adalah untuk memberikan pendidikan yang lebih lanjut dalam bidang yang lebih spesifik dan mendalam, serta meningkatkan keterampilan dan pengetahuan seseorang dalam persiapan untuk karir atau profesi tertentu.

Pendidikan tinggi juga mencakup pengembangan keterampilan sosial, kemampuan berpikir kritis, serta kemampuan untuk memecahkan masalah dan berkomunikasi dengan baik. Dalam beberapa kasus, pendidikan tinggi juga dapat mencakup pelatihan praktis dan pengalaman kerja melalui magang, praktik kerja lapangan, atau proyek-proyek penelitian.

Pendidikan tinggi sangat penting dalam mempersiapkan seseorang untuk masa depan, baik secara pribadi maupun profesional. Selain itu, pendidikan tinggi juga memiliki dampak yang besar pada ekonomi dan perkembangan sosial di suatu negara.

Pendidikan tinggi memiliki potensi untuk melahirkan pemimpin masa depan, tetapi bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan. Pendidikan tinggi memberikan kesempatan bagi individu untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang diperlukan untuk memimpin dalam bidang mereka masing-masing.

Namun, menjadi seorang pemimpin yang efektif melibatkan lebih dari sekedar pendidikan tinggi. Seseorang juga perlu memiliki kemampuan kepemimpinan yang kuat, keterampilan komunikasi yang baik, kemampuan untuk memimpin dan bekerja sama dalam tim, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengambil keputusan yang tepat.


Selain itu, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi pemimpin masa depan, seperti pengalaman kerja, mentorship, kemampuan untuk berinovasi, dan kemampuan untuk mengatasi tantangan dan kegagalan.

Dengan demikian, sementara pendidikan tinggi dapat memberikan pondasi yang kuat untuk karir dan kepemimpinan masa depan, menjadi seorang pemimpin yang efektif melibatkan faktor-faktor lain yang melampaui tingkat pendidikan seseorang.

Kasus korupsi di institusi pendidikan tinggi sangat merugikan, baik bagi institusi itu sendiri maupun bagi masyarakat yang harus membayar biaya yang lebih tinggi dan mendapatkan pelayanan yang kurang berkualitas. Beberapa bentuk korupsi yang terjadi di institusi pendidikan tinggi antara lain:

  1. Korupsi dalam pengadaan barang dan jasa, misalnya melalui penggelembungan harga, penerimaan suap, atau permainan tender.
  2. Penyalahgunaan dana dan keuangan, misalnya penggunaan dana untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, atau memanipulasi laporan keuangan untuk mengelabui auditor dan pihak berwenang.
  3. Penerimaan suap dalam proses penerimaan mahasiswa atau karyawan, dengan memberikan keuntungan kepada calon mahasiswa atau karyawan tertentu.
  4. Penjualan gelar atau ijazah palsu, dimana seseorang membayar sejumlah uang untuk memperoleh gelar atau ijazah tanpa harus mengikuti proses pendidikan yang sebenarnya.

Korupsi di institusi pendidikan tinggi harus ditindak dengan tegas, baik oleh pihak internal institusi maupun oleh pihak berwenang. Institusi pendidikan tinggi harus memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana dan keuangan, serta melakukan pencegahan dan penanganan kasus korupsi secara proaktif. Selain itu, masyarakat juga harus memperhatikan integritas dan kredibilitas institusi pendidikan tinggi sebelum memutuskan untuk bergabung atau memilih institusi yang sesuai.

Terkait dengan kasus korupsi yang melibatkan rektor kampus negeri, ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya praktik korupsi tersebut. Beberapa faktor tersebut antara lain:

  1. Kesempatan: Sebagai pemegang posisi yang memiliki akses ke dana dan keuangan kampus, rektor memiliki kesempatan untuk melakukan praktik korupsi.
  2. Tekanan dari pihak lain: Rektor juga dapat merasa terpaksa melakukan praktik korupsi karena adanya tekanan dari pihak-pihak lain seperti pejabat pemerintah, pengusaha, atau kelompok kepentingan tertentu yang meminta jasa atau keuntungan tertentu.
  3. Tuntutan tugas yang berat: Sebagai pimpinan kampus, rektor memiliki tuntutan tugas yang berat dan memerlukan biaya yang besar, seperti pembangunan infrastruktur atau peningkatan kualitas pendidikan. Dalam beberapa kasus, rektor mungkin merasa bahwa praktik korupsi adalah cara terbaik untuk memenuhi tuntutan tersebut.
  4. Kehilangan nilai etika dan integritas: Terkadang, seiring dengan berjalannya waktu dan terpapar dengan lingkungan yang korup, rektor dapat kehilangan nilai etika dan integritasnya, dan melihat praktik korupsi sebagai hal yang lazim dan wajar dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun