Namun kata sukses saja sepertinya tak cukup jika dilihat dari antusiasme masyarakat yang hadir langsung ke alun-alun selama dua hari tersebut. Tersulapnya alun-alun Kota Kraksaan menjadi lautan manusia menjadikan acara tersebut sangat sukses, spektakuler! Bahkan mungkin baru kali ini keramaian dan kepadatan semacam ini terjadi di alun-alun Kota Kraksaan. Warna hijau rumput alun-alun sama sekali tak terlihat karena tertutupi warna rambut dan pakaian penonton.
Namun untuk pesta rakyat selama dua hari ini, warga masyarakat suka rela datang dengan sendirinya. Tanpa tekanan, tanpa paksaan dan tentu saja tanpa harus melakukan pengerahan massa oleh lembaga, kelompok maupun ormas tertentu. Tak ada iming-iming hadiah undian, bingkisan apalagi jaminan makan minum ataupun snack bagi yang hadir.
Seni hiburan khususnya musik telah menjadi bahasa universal yang bisa dipahami siapa saja, berlaku dimana saja dan kapan saja. Tak heran jika yang datang tak dimonopoli kalangan tertentu dan tak terbatas kelompok umur. Semuanya jadi satu, tumpek blek membanjiri alun-alun Kota Kraksaan.
Sempat muncul kekhawatiran taman yang makin mempercantik alun-alun akan rusak setelah pagelaran berlangsung. Syukurlah usai acara kondisi taman masih seperti sedia kala meskipun ada sebagian kecil yang perlu dibenahi. Berkat kesadaran dan ketertiban penonton, tanaman hias di sekitar alun-alun masih terselamatkan dan nyaris tak ada rusak. Hanya warna rumput yang semula hijau segar kali ini nampak kecoklatan.
Banyaknya orang yang tak berkepentingan lalu lalang di belakang panggung cukup menggangu kenyamanan artis dan kerja para kru stasiun TV. Terlebih saat petinggi daerah hadir beserta rombongan, baik yang memang berkepentingan atau yang hanya ikut-ikutan. Banyak yang memanfaatkan kesempatan foto bersama idola, entah itu dengan suka rela atau sedikit memaksa. Beruntung pihak kru dan keamanan internal stasiun TV bisa maklum dan menyikapinya dengan profesional.
Dan satu hal lagi yang sempat terlewat dan nampak sepele yaitu penyebutan nama daerah “Probolinggo.” Mungkin demi efisiensi dan kemudahan pengucapan sehingga kata “Kabupaten” sengaja diabaikan. Namun hal ini cukup riskan jika tak ingin dibilang fatal. Mengapa? Sebab daerah dengan nama Probolinggo itu ada dua yaitu Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo. Sementara penyebutan “Probolinggo” saja bisa menjustifikasi pada Kota Probolinggo, terlebih bagi mereka yang minim pengetahuan IPS atau Geografinya.
Sementara presenter dan hampir semua artis yang tampil menyapa penonton dengan “Probolinggo" dan sangat minim menyebut “Kraksaan” sebagai Ibu Kota Kabupaten Probolinggo. Koreksi sebenarnya sudah disampaikan ke beberapa pihak yang berkepentingan, namun di hari kedua tak ada perbaikan signifikan pada penyebutan nama daerah. Bahkan saat segmen kuliner khas daerah, salah satu host sempat keliru menyebut “Kota Probolinggo.”
Semoga ini menjadi pelajaran dan bahan introspeksi ke depan terutama dalam nomenklatur dan penyebutan nama daerah, agar tak terjadi kerancuan antara Kabupaten Probolinggo dan Kota Probolinggo. Setidaknya hal ini membawa hikmah dan berkah bagi Kota Probolinggo yang ikut terangkat atau setidaknya tersenggol namanya berkat kesuksesan Karnaval Inbox tersebut.