Mohon tunggu...
dodi mulyana
dodi mulyana Mohon Tunggu... Freelancer - penulis

penulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar "Melawan" Megawati, Perjanjian Batu Tulis Kembali Terancam?

11 Juni 2020   13:46 Diperbarui: 11 Juni 2020   13:47 15893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Widodo (Jokowi) dan Ganjar Pranowo, Sumber: Kompas.com

Banyak yang mempertanyakan hasil survei baru-baru ini. Di mana hasil survei menunjukkan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melejit mendekati Prabowo Subianto yang justru anjlok signifikan. Sementara itu, kerja keras  Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyelamatkan ibu kota dari gempuran Covid-19 justru tidak berefek apa-apa. Malah, hasil survei yang dirilis Indikator Politik menunjukkan elektabilitas Anies justru jeblok.

Anomali hasil survei ini ditangkap oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin. Menurutnya, di balik kerja serius kepala daerah yang melawan Covid-19, justru yang mendapatkan apresiasi malah mereka-mereka yang tidak begitu terlihat tindak tanduknya. Meskipun demikian, Ujang tetap menghargai hasil survei dan berharap penilaian yang dilakukan oleh lembaga survei objektif dan memegang teguh prinsip-prinsip akademik.

Di balik itu semua, muncul beragam asumsi-asumsi terkait hasil survei Ganjar yang berupaya menyalip Prabowo Subianto. Santer berkembang, bahwa "kelompok" Ganjar sedang berupaya mengkudeta perjanjian Batu Tulis antara PDIP-Gerindra. Ada impossible hand  yang mencoba merubah skenario batu tulis seperti fenomena munculnya Jokowi sebagai calon Gubernur DKI dan calon Presiden pada tahun 2014 secara mengejutkan.

Perjanjian Batu Tulis 2009

Pada Pemilu 2009, ternyata pasangan calon presiden dan wakil presiden Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto membuat penrjanjian yang dimaksudkan sebagai skenario politik masa depan. Perjanjian itu disebut dengan perjanjian Batu Tulis. Perjanjian tersebut ditandatangani Megawati dan Prabowo pada 19 Mei 2009 dengan tujuh poin kesepakatan.

Berikut isi poin penting perjanjian Batu Tulis tersebut:

  1. PDIP dan Gerindra sepakat mencalonkan Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden dan Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden dalam Pilpres 2009.
  2. Prabowo Subianto sebagai wakil presiden, jika terpilih, mendapat penugasan untuk mengendalikan program dan kebijakan kebangkitan ekonomi Indonesia.
  3. Prabowo mendapatkan jatah menentukan 10 nama-nama menteri terkait poin nomor dua.
  4. Pemerintah yang terbentuk akan mendukung program kerakyatan PDIP dan 8 program aksi Gerindra.
  5. Pendanaan Pilpres ditanggung bersama dengan persentase 50:50.
  6. Tim sukses pemenangan Pilpres 2009 dibentuk bersama-sama dengan meilbatkan kader kedua partai dan unsur masyarakat.
  7. Megawati mendukung pencalonan Prabowo sebagai calon presiden pada Pilpres berikutnya (2014).

Flash Back Jokowi Menuju RI 1

Siapa yang mengenal Jokowi di bawah tahun 2012? Hampir bisa dipastikan, kiprah mantan Wali Kota Solo itu tidak terlalu menjadi perhatian elite politik nasional. Tapi menjelang tahun-tahun pergantian kepemimpinan nasional, 2011-2012, nama Jokowi mendobrak kancah nasional dengan digadang-gadangnya pengusaha mebel ini bisa mengatasi semua polemik di ibu kota. Hampir setiap media, baik itu media massa maupun media elektronik memberitakan sepak terjangnya. Dengan gaya dan pendekatan komunikasinya yang tak biasa, Jokowi sukses meluluhkan hati masyarakat urban ibu kota dan menjadi Gubernur DKI Jakarta didampingi Basuki Tjahja Purnama (Ahok).

Pasca menjadi Gubernur DKI, nama Jokowi dalam berbagai survei terus melejit, bahkan menjelang Pilpres 2014. Efeknya, muncul yang namanya Jokowi Effect. Di berbagai daerah terbentuk relawan-relawan Jokowi for presiden yang mendesak Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mengusung Jokowi di Pilpres 2014.

Megawati yang tak kuasa menahan bendungan dan tekanan publik untuk mengusung Jokowi, akhirnya terpaksa melupakan perjanjian Batu Tulis yang pernah dinukilkan bersama Prabowo. Kader-kader Gerindra yang kecewa saat itu melabeli Megawati dan partainya sebagai pengkhianat. Sejak saat itu, santer diberitakan bahwa hubungan antara Teuku Umar (PDIP) dan Kertanegara (Gerindra) merenggang.

Batu Tulis Jilid II dan "Perlawanan" Ganjar

Pasca Pilpres 2019, hubungan antara Megawati-Prabowo kembali mencair. Hal itu terlihat dari turunnya ego Prabowo dengan menjadi pembantu rivalnya di dua kali pemilihan presiden, Jokowi.  Di awal-awal banyak pihak yang berkeyakinan, perjanjian Batu Tulis akan terwujud di Pilpres 2024 dengan mengusung Prabowo-Puan.

Namun belakangan ini, munculnya nama Ganjar di dalam berbagai survei seakan The Djavu naik levelnya Jokowi menjadi elit nasional di tahun 2014. Jika "perlawanan" Ganjar tersebut tidak di intervensi secara dini oleh Megawati, maka kecelakaan sejarah dan "pengkhianatan" perjanjian Batu Tulis bisa saja kembali terjadi. Kegagalan perjanjian Batu Tulis untuk kedua kalinya, artinya tertutup sudah kemungkinan Prabowo untuk menjadi RI 1.

Perjalanan Ganjar untuk menjadi elite nasional bukan perkara mudah. Apalagi Ganjar disebut-sebut tersangkut dengan beberapa dugaan kasus korupsi, salah satunya kasus E-KTP. Salah kalkulasi, bisa saja membawa dampak buruk kepada Ganjar dan pengaruh negatif terhadap PDIP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun