Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menilik Cantik dari Neurosains dan Evolusi

25 Maret 2023   12:01 Diperbarui: 25 Maret 2023   13:10 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dreamstime.com/

Anjan Chatterjee, seorang profesor di bidang neurosains dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat menyampaikan pembicaraan yang menarik tentang bagaimana otak kita menentukan apa yang dianggap dengan cantik sebagaimana tayang di kanal Youtube TED pada tahun 2017.

Chattarjee mengawali pembicaraanya dengan mengutip peristiwa pada tahun 1878. Saat Sir Francis Galton memperkenalkan teknik menggabungkan foto-foto dan menghasilkan sebuah potret gabungan. Teknik ini dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis orang. Galton berpikir bahwa jika dia menggabungkan foto-foto penjahat kekerasan, dia akan menemukan 'wajah' kejahatan. Namun, kejutannya, menurut Chattarjee ternyata potret gabungan yang dia hasilkan ternyata sangat indah.

Temuan mengejutkan Galton ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita: Apa itu kecantikan? Mengapa konfigurasi garis, warna, dan bentuk tertentu begitu menarik bagi kita? Atau bahkan simpulan kelam ternyata kecantikan bisa menyembunyikan karakter sebaliknya.

Banyak percobaan, menurut Chattarjee, yang telah menunjukkan bahwa beberapa parameter dasar berkontribusi pada apa yang membuat wajah seseorang dikatakan menarik. Parameter tersebut adalah campuran, simetri, dan efek hormon.

Pertama, sebagaimana umumnya intuisi kebanyakan orang, seseorang dengan fitur campuran mewakili populasi yang berbeda, dan mungkin memiliki keragaman genetik dan adaptabilitas yang lebih besar terhadap lingkungan. Banyak orang menganggap individu dengan ras campuran menarik dan keluarga yang kawin sedarah kurang menarik. Kecendeungan ini secara naluriah lahir dari sifat kita sebagai makhluk sosial yang dipersiapkan untuk menjalani percaturan yang lebih mendunia. Bahwa kita adalah bagian dari ras besar manusia.

Faktor kedua yang berkontribusi pada kecantikan adalah simetri. Orang umumnya menemukan wajah simetris lebih menarik daripada yang tidak simetris. Kelainan perkembangan seringkali dikaitkan dengan ketidaksimetrisan. Dan pada tanaman, hewan, dan manusia, ketidaksimetrian sering muncul dari infeksi parasit. Simetri, ternyata, juga secara implisit menjadi indikator kesehatan, menurut Chattarjee.

Adapun faktor ketiga yang berkontribusi pada daya tarik wajah adalah efek hormon. Estrogen dan testosteron memainkan peran penting dalam membentuk fitur yang kita anggap menarik. Estrogen menghasilkan fitur yang menandakan kesuburan. Pria biasanya menemukan wanita yang memiliki dua elemen yang seolah bertentangan, yakni usia muda dan kedewasaan. Wajah yang terlalu mirip bayi menyiratkan ketidaksuburan. Untuk itu, pria cenderung mencari wanita yang bermata besar, bibir penuh, dan dagu yang lancip sebagai indikator keremajaan akan tetapi sekaligus mencari yang  bertulang pipi yang tinggi sebagai indikator kedewasaan. Jadi kecantikan adalah gabungan citra remaja sekaligus dewasa yang menyiratkan kesuburan.

Sementara testosteron, yang umumnya menghasilkan fitur yang kita anggap khas maskulin. Membentuk karakter alis yang lebih berat dan rahang yang lebih persegi. Hanya saja, ada ironi yang menarik di sini, ternyata testosteron menekan sistem kekebalan tubuh. Jadi, menurut Chattarjee, citra bahwa fitur yang diperkuat oleh testosteron adalah indikator kebugaran sebenarnya tidak begitu masuk akal. Di sini, logika dibalik. Alih-alih menjadi indikator kebugaran, ilmuwan mengajukan prinsip kekurangan. Contoh yang paling sering dikutip dari kekurangan adalah ekor merak jantan. Ekor yang indah tetapi merepotkan ini tidak benar-benar membantu merak jantan menghindari predator dan mendekati merak betina. Kecantikan ternyata adalah potensi alami untuk menutupi kekurangan yang ada pada pengagumnya.

Cantik dalam Perspektif Neurosains

Lalu, apa yang terjadi di otak kita saat melihat orang yang cantik? Chattarjee menjelaskan:

"Wajah yang menarik mengaktifkan bagian korteks visual di bagian belakang otak, sebuah area yang disebut gyrus fusiform yang khusus disesuaikan untuk memproses wajah dan area yang berdekatan yang disebut kompleks okcipital lateral yang khusus disesuaikan untuk memproses objek. Selain itu, wajah yang menarik juga mengaktifkan bagian-bagian pusat kenikmatan dan anugerah di depan dan dalam otak, dan ini termasuk area yang memiliki nama-nama yang rumit, seperti striatum ventral, korteks orbitofrontal, dan korteks prefrontal ventromedial.

Pusat pengolahan visual dalam otak kita berinteraksi dengan pusat kesenangan untuk mendukung pengalaman keindahan. Mengagumkan, sementara kita semua terlibat dalam keindahan, tanpa disadari keindahan juga terlibat dalam diri kita."

Hal yang menarik tidak hanya berhenti sampai di sini saja. Para ahli saraf menemukan adanya stereotipe 'keindahan adalah kebaikan' yang tertanam dalam otak. Di dalam korteks orbitofrontal, terdapat aktivitas saraf yang tumpang tindih dalam respons terhadap keindahan dan kebaikan, dan hal ini terjadi bahkan ketika orang tidak secara eksplisit memikirkan keindahan atau kebaikan.

Terlihat bahwa otak kita secara refleks mengaitkan keindahan dan kebaikan. Dan asosiasi refleks ini mungkin menjadi pemicu biologis untuk banyak efek sosial dari keindahan. Kondisi seperti ini, bila terlalu hitam putih, akan menyeret kepada simpulan umum bahwa ketidakcantikan dan ketidakindahan adalah buruk. Bila ini secara serampangan diyakini maka inilah yang sayangnya akan memaksa kita untuk menerima sisi buruk dari keindahan.

Kesadaran kita atas kecantikan setidaknya sudah ada sejak dua juta tahun pada masa Pleistosen. Pemahaman atas kecantikan seyogianya jauh lebih maju lagi. Bila menurut Chattarjee kemajuan medis dan teknologi modern sangat mempengaruhi esensi dari apa artinya tampil cantik, maka saya ingin menyisipkan agama yang sudah barang tentu akan menjadikan nilai-nilai kecantikan semakin luhur lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun