Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memaknai Hari Bumi 2022

22 April 2022   15:52 Diperbarui: 24 April 2022   03:21 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih tentang Bumi kita. Takanori Sasaki, dari Universitas Kyoto sebagaimana dalam tulisannya When a Day Lasted Only 4 Hours (Ketika Sehari Hanya Lamanya Hanya 4 Jam) menyebutkan bahwa sehari tidak selamanya 24 jam. Kenyataannya, lama hari itu pernah hanya 4 jam saja. Sasaki mengatakan bahwa terbentuknya Bumi dan Bulan itu terjadi 4.5 milyar tahun lalu, dan pengaruh Bulan terhadap Bumilah yang menentukan variasi lama hari dan bulan sepanjang sejarah planet Bumi. Menurutnya, hipotesis yang paling diterima tentang terbentuknya bulan terjadi akibat tabrakan besar antara planet seukuran Mars dengan planet yang kemudian kita kenal sebagai purwa-Bumi.

"Tabrakan tersebut telah menghasilkan sejumlah besar serpihan di sekitar Bumi, yang kemudian menyatu dan melahirkan Bulan pada orbit yang hanya sedikit di atas ambang Roche (jarak minimum dari pusat sebuah planet agar satelitnya dapat mengorbit tanpa diremukkan oleh kekuatan gravitasinya). Ambang tersebut sejauh tiga kali jari-jari Bumi, namun kini Bulan berada sejauh 60 kali dari jari-jari Bumi, dan akan berhenti menjauh saat jaraknya mencapai 80 kali lipat dalam jangka waktu milyaran tahun," ungkap Sasaki.

Bulan ternyata memang menjauhi Bumi dari waktu ke waktu. Para ahli mengukur jarak Bumi dan Bulan dengan cara menembakkan sinar laser, dipantulkan dan kembali sampai di Bumi. Dengan menggunakan metode ini, pada tahun 1969, diputuskan bahwa Bulan berjarak 384,400 km dari Bumi. Lalu percobaan membuktikan hal yang mengejutkan bahwa hasil analisis dari Januari 1992 sampai April 2001, para peneliti menemukan bahwa Bulan bergerak menjauh 3.8 cm per tahunnya.

Lalu bagaimana Bulan mempengaruhi lamanya hari dan bulan? Sasaki menjelaskan:

"Bulan menarik masa air dan hal ini mengurangi kecepatan rotasi Bumi. Pada saat yang sama, perubahan pasang-surut akibat rotasi Bumi menarik Bulan, menghasilkan momentum sudut dan secara perlahan menjauh. Bulan pun melambat, mengurangi lama waktu suatu bulan."

Ketika Bulan hanya berjarak tiga kali jari-jari Bumi, lama satu hari di Bumi hanya 4 jam. Seiring waktu, 30.000 tahun setelahnya, durasi hari bertambah menjadi 6 jam. Setelah Bulan berusia 60 juta tahun, satu hari di Bumi lamanya menjadi 10 jam. Dan saat leluhur manusia pertama muncul 4 juta tahun lalu, lama satu hari sudah mendekati 24 jam.

Posisi Bulan semakin penting saat kita menjalani bulan Ramadan. Ia menjadi penanda bermula dan berakhirnya bulan Agung yang kini kita berada di ujung puluhan keduanya.

Ibu Pertiwi dan Ibu Menara Kura-Kura

Pertiwi, nama lain Bumi, berasal dari kata Sanskerta Prithvi. Menurut Weda ia merupakan istri dari Dyaus Pita, dewa langit. Membaca Dyaus Pita mengingatkan kita kepada Zeus Pater alias Jupiter. Sementara menurut Purana, Prithvi adalah istri dari Varaha. Varaha adalah avatar yang dilukiskan sebagai babi hutan yang membawa planet bumi dengan kedua-dua taringnya dan meletakkannya di atas hidung, di depan mata. Kadangkala dilukiskan sebagai manusia berkepala babi hutan, dengan dua taring menyangga bola dunia, bertangan empat, masing-masing membawa: cakeram, terompet dari kulit kerang, teratai, dan gada.

Perkenalan saya dengan Bumi berawal dari buku paket bahasa Sunda, Taman Pamekar, yang di dalamnya ada dongeng bahwa Bumi berada di atas tanduk seekor sapi. Saya masih ingat saat SD dulu menatap lekat-lekat ilustrasi planet yang saya tinggali berada di ujung tanduk seekor sapi. Sepuluh tahun kemudian, saya membaca buku Stephen Hawking (1942-2018) A Brief History of Time (Riwayat Sang Kala). Ia mengisahkan dengan jenaka pengalaman Bertrand Russell (1872-1970) saat 'disemprot' seorang ibu sehabis kuliah umumnya tentang kosmologi. Si ibu dengan semangat mengatakan bahwa Bumi itu datar berada di atas punggung seekor kura-kura dan bukan seperti yang sang filosuf Inggris tadi uraikan.

Saat dengan penuh keyakinan Russell balik bertanya, "Ibu yang baik, kura-kura tadi berdiri di atas apa, ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun