Di jantung Provinsi Gorontalo, berdirilah IAIN Gorontalo, sebuah perguruan tinggi keagamaan yang menyimpan asa dan cita.
Di tahun ini, kampus tersebut tengah menjalani prosesi sakral pemilihan rektor, bukan sekadar pergantian kepemimpinan melainkan pertaruhan masa depan.
Sebuah persimpangan jalan menuju kemajuan atau stagnasi di tengah hiruk pikuk kampanye dan janji-janji manis sebuah pertanyaan filosofis menggema, bagaimana memilih pemimpin yang bukan hanya pandai merangkai kata dalam visi dan misi, melainkan yang mampu menerjemahkannya ke dalam realitas?
Â
Sebelas kandidat berdiri tegak, masing-masing membawa narasi kemajuan yang terpatri dalam lembaran-lembaran proposal.
Kata-kata indah bertebaran, menjanjikan langit yang cerah bagi IAIN Gorontalo. Namun, di balik keindahan retorika, tersimpan ujian pelik bagi Kementerian Agama sebagai penentu akhir.
Bagaimana membedakan janji-janji surgawi dari komitmen bumi yang nyata?
Â
Proses seleksi bukan sekadar kekuatan lobi dan power yang kuat hingga di tingkat nasional, ia adalah sebuah perenungan mendalam, sebuah prosesi pencarian jati diri bagi IAIN Gorontalo. Â