Ini bukan plagiarisme, melainkan transformasi dan peningkatan. Akan tetapi, sistem pendidikan, alih-alih mendorong inovasi, justru menanamkan rasa takut untuk berkarya, berkembang, dan mengambil risiko.
Â
Sistem pendidikan cenderung mencetak "robot ranking" daripada manusia yang mampu memecahkan masalah. Â Karena kemampuan menyelesaikan soal ujian menjadi ukuran keberhasilan, maka kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan nyata tidak diajarkan.
Sekolah melatih siswa untuk patuh pada aturan, bukan untuk menciptakan aturan baru. Â Oleh sebab itu, kreativitas dan pemikiran kritis seringkali dianggap sebagai pembangkangan. Â Sistem ini dirancang agar siswa patuh, bukan menjadi pemimpin yang berani berpikir berbeda.
Â
Kurikulum pendidikan seringkali ketinggalan zaman. Â Meskipun kita berada di era kecerdasan buatan (AI), kita masih disibukkan dengan menghafal nama manusia purba. Â Pelajaran yang tidak relevan dengan kebutuhan zaman modern terus diajarkan, sementara keterampilan digital, public speaking, coding, dan personal branding keterampilan yang sangat dibutuhkan di abad ke-21 diabaikan.
Akibatnya, guru ditekan untuk mencapai target nilai siswa yang tinggi, dan siswa dipaksa mengejar angka, bukan pemahaman. Â Semua pihak terpaksa berakting demi memenuhi tuntutan sistem. Â Bahkan, guru juga menjadi korban sistem yang menekan mereka untuk mencapai target kelulusan siswa.
Â
Oleh karena itu, solusi bukanlah menghancurkan sistem pendidikan, melainkan mengubah polanya. Â Kita perlu berfokus pada pembelajaran bermakna, bukan sekadar menghafal. Â Mencontek, jika diikuti dengan inovasi, dapat menjadi keterampilan adaptasi.