Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Editor - nalar sehat N mawas diri jadi kata kunci

RidaMu Kutuju

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Dengar Apa Kata Orang! Jadilah Diri Sendiri!

7 Maret 2020   08:30 Diperbarui: 7 Maret 2020   09:01 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik juga tulisan mbak Woro seto, sebuah nama unik karena "seto"-nya menggunakan huruf kecil, berjudul

Mengapa Setelah Menikah Tekanan Sosial soal Kekayaan Makin Tinggi?

Spirit dan pesan yang hendak disampaikan dalam tulisan tersebut, kalau tak salah, agar dalam menjalani hidup itu jadilah diri sendiri dalam arti jangan terpaku atau terlalu terpengaruh oleh sikap atau pendapat dan pandangan orang lain. Meskipun dalam agama Islam diajarkan atau dianjurkan agar dalam pergaulan antar manusia saling mengingatkan sebagaimana termaktub dalam Alquran.

"..dan saling berwasiatlah dengan kebenaran dan saling berwasiatlah agar bersabar".

Al-'Ashr 3

Memang mungkin sikap yang ideal adalah menemukan keseimbangan. Tidak melulu hanya mengikuti apa kata hati dan pikiran sendiri seraya tidak peduli alias "cuwek" dengan apa kata orang, akan tetapi dalam hal tertentu kadang omongan orang patut didengarkan dan direnungkan, karena boleh jadi ada benarnya. Bukankah salah satu makna dan hikmah dari kegiatan menulis dan membaca di kompasiana sesungguhnya terkandung unsur dan ajaran saling mengingatkan itu? 

Mengenai hal tersebut, dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Rakyat (SR), sekarang Sekolah Dasar (SD) ada sebuah buku bacaan salah satu isinya adalah cerita pendek gaya satire tentang "bapak, anak dan kuda".

Suatu hari seorang bapak dan anaknya yang tengah berangkat remaja bepergian dari rumahnya yang terletak di sebuah dusun ke dusun lain dengan menunggang kuda. Tampak sang anak duduk di atas pelana menunggang kuda, sementara sang bapak sembari memegang tali ikat leher menuntun kuda.

Ketika masuk ke sebuah dusun yang dilewati mereka  berpapasan dengan seseorang yang begitu melihat pemandangan tersebut berkata atau lebih tepatnya berkomentar: "Anak tidak tahu adat..! Dia enak-enak menunggang kuda, sementara orang tua (dibiarkan) berjalan kaki menuntun kuda". Mendengar celotehan orang tersebut sang bapak termenung dan berpikir "benar juga kata orang itu". Lalu sang bapak menyuruh anaknya turun dari atas pelana kuda dan giliran dia menunggang kuda.

Simak juga: Kisah Anjing yang Cerdas

Mereka pun melanjutkan perjalanan. Ketika tiba di sebuah dusun berikutnya mereka bersua dengan seseorang dan seperti tadi dari mulutnya keluar komentar: "Bapak tidak tahu malu..!  Masa dia enak-enak "nangkring" di atas punggung kuda, sementara anaknya disuruh berjalan dan menuntun kuda". Mendengar cemoohan tersebut sang ayah pun menyuruh anaknya naik dan mereka berdua bersama-sama menunggang kuda. Tentu sekarang sang kuda "lokal" yang tubuhnya tidak besar itu jalannya agak tertatih karena keberatan beban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun