Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Editor - nalar sehat N mawas diri jadi kata kunci

RidaMu Kutuju

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Cara Mutakhir Membasmi Tikus di Rumah

16 Februari 2020   14:10 Diperbarui: 16 Februari 2020   15:42 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun yang lalu di media ini juga saya menurunkan artikel tentang Membongkar Ilmu "Mistik" Tikus, tetapi spiritnya lebih pada perspektif politik. Inspirasinya terdorong oleh rasa keprihatinan atas tak kunjung habisnya koruptor dan tindak pidana korupsi yang membelit negeri ini, sekalipun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah berupaya dan bekerja ekstra keras untuk melaksanakan 'mission sacre"-nya. (Simak juga: Jurus Ampuh Memberantas Korupsi). 

Bahkan dalam perkembangannya sebahagian masyarakat semakin skeptis ketika UU KPK telah berhasil direvisi. Di Indonesia koruptor biasanya dianalogikan sebagai hewan tikus, karena cara kerjanya yang sama, yakni "menggerogoti". Bedanya hanya pada obyek yang digerogoti. Kalau koruptor menggerogoti uang negara alias uang rakyat. Sedangkan tikus menggerogoti apa saja, termasuk sabun mandi, jika di rumah tidak ditemukan makanan yang biasa dimakan manusia. 

Lebih merepotkan lagi jika tikus bersarang lalu beranak pinak di dalam rumah, maka tak ada pilihan lain kecuali penghuni rumah harus siap "berperang" melawan "musuh" yang sangat gesit dan cerdas tersebut. Jika beberapa hari lalu saya menyajikan artikel Cara Membasmi Nyamuk di Rumah, maka kali ini saya sajikan artikel tentang Cara Membasmi Tikus di Rumah dan benar-benar ditinjau dari segi teknis.

Baiklah, pada umumnya orang membasmi tikus di rumah menempuh cara serta alat yang mudah dan murah ditemukan di pasaran dengan memilih satu di antara dua alat perangkap tikus, yakni (1) berbentuk lem (perekat) dan (2) berbentuk jepitan atau jepretan. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya. Di sini, menggunakan racun tikus tidak direkomendasikan, karena berbahaya untuk anak-anak dan atau hewan peliharaan. Apalagi beberapa jenis tikus telah membangun ketahanan diri terhadap racun seperti warfarin atau arsenik. 

Cara lain yang aman dan alamiah sermah ramah lingkungan adalah dengan memelihara kucing, Tetapi tidak sembarang suka berburu tikus, sehingga tikus pun tidak takut. Jenis kucing yang suka dan sigap berburu tikus adalah kucing kampung jenis kelamin betina yang masih remaja dengan ekor panjang dan moncong berbentuk lonjong serta warna bulu putih polos. 

Itulah jenis kucing nan gesit rajin menangkap sekaligus ditakuti tikus, karena dalam posisi sedang tidur (an) atau berbaring pun, jika terlihat ada tikus berani mendekat dan lewat, maka dalam sekejap dan secepat kilat ia dapat bangkit dan menyergap "sang koruptor", dan berhasil..!! Jenis kucing itulah lawan yang tangguh bagi tikus yang gesit dan cerdas. Sehingga lagu anak-anak yang kini sudah tak terdengar lagi dapat berkumandang lagi: "Bila tikus tidak di rumah..., kucing-kucing bersorak sorai..!". Ehh..terbalik, ya?


Jika memilih untuk menggunakan jenis lem atau perekat, maka satu hal yang harus dipertimbangkan adalah risiko yang merepotkan (Simak: Anjuran Gus Dur), yaitu bila tikus sudah terkena jerat lem namun masih dapat melepaskan diri dan kabur lalu bersembunyi di dalam lingkungan rumah. Jika akhirnya dia mati dan membusuk di tempat yang sulit dijangkau, maka bisa dibayangkan apa jadinya.

Sedangkan perangkap tikus model "jepretan" memang memiliki kelebihan, antara lain praktis, efektf, efisien, tahan lama, ramah lingkungan, membuat tikus harus ekstra hati-hati dan tidak 'arogan' di dalam rumah. Tetapi Perangkap Tikus model "jepretan" mempunyai kelemahan, yakni seringkali hanya berhasil menjebak atau menangkap satu atau dua ekor tikus. 

Sesudah itu, setiap perangkap dipasang kembali hampir tidak pernah lagi mendapatkan hasil. Malah kerapkali terjadi, umpan yang dipasang di alat perangkat raib, mungkin dimakan tikus, sementara sang tikus menghilang tanpa meninggalkan jejak. Sepertinya dia sudah mengetahui tengah dijebak. 

Fakta ini mengingatkan satu hal bahwa sejauh ini banyak koruptor terjerat Operasi Tangan Tangan (OTT), karena mereka tidak (mau) berguru pada tikus. Kalau sudah demikian, sang pemilik rumah pun biasanya terpaksa menyerah dan tidak bernafsu untuk melanjutkan lagi berburu tikus. Padahal cara tersebut masih dapat dilakukan, jika ia mengetahui tips dan trik sederhana untuk mengatasinya sebagaimana berikut ini.

CUCILAH HINGGA BERSIH BEKAS BERCAK DARAH YANG MENEMPEL ATAU MENGENAI ALAT PERANGKAP TIKUS, SEBELUM DISIAPKAN UNTUK DIPASANG KEMBALI..! Lagi-lagi inilah bukti kecerdasan dan kepiawaian tikus. Karena jika ia mengendus bau bekas bercak darah temannya yang telah "gugur" sebagai 'martir' (tumbal), --bukan kerusuhan 21-22 Mei 2019 di depan Bawaslu saja yang mengenal martir--, maka ia tak akan pernah mau lagi mendekati alat perangkap tersebut.

Semoga bermanfaat. Selamat mencoba

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun