Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mulai Hari Ini Saya Tidak Bisa Menonton TV

3 November 2022   14:48 Diperbarui: 3 November 2022   14:50 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Informasi TV digital (Sumber: siarandigital.kominfo.go.id)

Seperti biasanya setiap pagi saya mulai menonton televisi. Namun tadi pagi ada kejadian yang tidak biasa. Pada televisi saya ada tulisan "Tidak ada sinyal".

Saya cari tahu lewat berita-berita di internet. Ternyata siaran televisi analog Jabodetabek dan ratusan kota lainnya resmi dimatikan lewat program Analog Switch Off (ASO) mulai Rabu, 2 November 2022, tengah malam. 

Tak ada satu pun gambar yang muncul. Jadi hari ini saya tidak mendengar berita apa-apa.

Sebenarnya saya sudah lama tahu bahwa siaran tv analog akan digantikan tv digital. Pada awal Maret 2022 saya membeli Set Top Box (STB) berikut antena luar. Lewat STB ini tv saya hanya mampu menangkap empat channel, yang semuanya milik Kelompok MNC, yakni RCTI, MNC, Global, dan Inews. Meskipun cuma empat, lumayanlah untuk tahu berita.

Tregedi Kanjuruhan, kemudian tragedi jembatan putus di India dan tragedi halloween di Korea Selatan, misalnya, saya tahun lewat berita tv.  Memang tv bukan satu-satunya sumber berita. Masih ada koran cetak dan media daring. Namun lewat tv kita tentu bisa melihat peristiwa secara visual.  

TV tabung saya dan STB, antena ada di luar. Mulai hari ini 'tidak ada sinyal' (Dokpri)
TV tabung saya dan STB, antena ada di luar. Mulai hari ini 'tidak ada sinyal' (Dokpri)

Teknologi memang semakin maju. Begitu pun pesawat tv. Dulu berupa tv tabung yang berukuran cukup besar. Namun kemudian muncul tv LED yang tipis. Saya sendiri pernah membeli tv LED, namun usianya tidak lama. Sering ada gangguan. Karena bosan memanggil tukang servis, akhirnya tv LED itu saya kasih orang.

Sebaliknya tv tabung saya yang berukuran cukup besar, masih bertahan hingga sekarang. Tv itu saya beli pada 1990-an. Tahun pastinya saya lupa. Sampai sekarang tv itu masih berfungsi dan belum pernah diservis.

Sebelum membeli STB dan antena, saya berlangganan tv kabel berikut internet. Yang membuat kesal saya, iuran tv kabel dan internet, sering kali dinaikkan tanpa pemberitahuan kepada pelanggan. Saya, misalnya, pernah disisipi sebuah program. Ternyata iurannya Rp 25.000 sebulan. Karena kurang teliti, saya bayar saja tagihan itu setiap bulan. Baru belakangan saya ngeh bahwa saya tidak pernah memesan program itu. Akibatnya saya harus membayar tagihan Rp 600 ribu lebih setiap bulan. Padahal nonton tv cuma berita dari tv lokal. Memakai internet pun termasuk jarang. Akhirnya yah berhenti.

Setelah berhenti berlangganan, saya membeli STB dan antena itu. Untuk internet, saya membeli modem dengan sistem kuota, bukan internet unlimitted sebagaimana tv kabel itu. Memang ada penghematan jauh dibandingkan dengan biaya tagihan Rp 600 ribu lebih. Paling-paling saya keluar Rp 200 ribu sebulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun