Sudah lama sekali saya tidak berkunjung ke Museum Polri. Museum itu terletak di Jalan Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Cukup mudah mengunjungi museum itu. Waktu itu saya menggunakan bus Transjakarta jurusan Blok M. Dari Blok M saya berjalan kaki sekitar satu kilometer.
Dulu saya berkunjung untuk liputan bersama beberapa teman jurnalis. Kebetulan saya kenal dengan kepala museumnya. Jadi cukup mudah buat teman-teman jurnalis, termasuk videografer, mencari bahan penulisan dan tayangan di sana. Tentu sangat bermanfaat untuk mempromosikan Museum Polri.
Tampilan baru
Setelah lama tidak ke sana, ditambah musibah pandemi sejak Maret 2020, Mei 2022 lalu saya berkesempatan ke sana. Kebetulan saya diajak teman saya. Teman saya itu yang mengurus izin berkunjung. Saya ke sana bersama beberapa teman karena ingin melakukan silaturahim dengan Pusat Sejarah Polri.
Rencana pertemuan di lantai 3 Museum Polri. Jadi sambil lewat saya dipandu melihat-lihat isi museum di lantai 1 dan lantai 2. Ternyata museum sudah memiliki tampilan baru. Jauh berbeda dengan apa yang saya lihat pada beberapa kunjungan sebelumnya.
Revitalisasi museum, begitu istilah untuk renovasi, dilakukan pada masa pandemi. Ketika itu memang di mana-mana ada pembatasan kunjungan untuk meminimalisasi kerumunan. Bahkan banyak tempat harus ditutup total.
Tampilan baru dibuat kekinian atau instagramable. Narasi tetap ada, terutama tentang sejarah kepolisian sejak masa Kerajaan Majapahit terus berlanjut ke masa Hindia Belanda, masa pendudukan Jepang, dan masa kemerdekaan. Kapolri pertama hingga sekarang ikut dipajang.
Sebutan bhayangkara yang kita kenal sekarang, berasal dari kata bhayangkari, semacam pengawal raja. Pemimpin bhayangkari adalah Mahapatih Gajah Mada. Ia dipandang sebagai 'Kapolri' Kerajaan Majapahit. Namanya sudah terkenal sehingga sosoknya menjadi monumen untuk kepolisian dan militer.
Peralatan dijital
Narasi tentang kepolisian dibuat singkat. Sebagai panel informasi, pasti orang akan bosan membacanya kalau terlalu panjang. Singkat dan padat, itu yang terpenting. Panel informasi dibuat dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Tentu sangat membantu wisatawan asing.