Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wajah Baru Museum Polri

18 September 2022   08:22 Diperbarui: 18 September 2022   08:24 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panel informasi Museum Polri, ada panel dinding dan ada layar sentuh (Dokpri)

Sudah lama sekali saya tidak berkunjung ke Museum Polri. Museum itu terletak di Jalan Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Cukup mudah mengunjungi museum itu. Waktu itu saya menggunakan bus Transjakarta jurusan Blok M. Dari Blok M saya berjalan kaki sekitar satu kilometer.

Dulu saya berkunjung untuk liputan bersama beberapa teman jurnalis. Kebetulan saya kenal dengan kepala museumnya. Jadi cukup mudah buat teman-teman jurnalis, termasuk videografer, mencari bahan penulisan dan tayangan di sana. Tentu sangat bermanfaat untuk mempromosikan Museum Polri.

Museum Polri saya foto dari luar halaman (Dokpri)
Museum Polri saya foto dari luar halaman (Dokpri)

Tampilan baru

Setelah lama tidak ke sana, ditambah musibah pandemi sejak Maret 2020, Mei 2022 lalu saya berkesempatan ke sana. Kebetulan saya diajak teman saya. Teman saya itu yang mengurus izin berkunjung. Saya ke sana bersama beberapa teman karena ingin melakukan silaturahim dengan Pusat Sejarah Polri.

Rencana pertemuan di lantai 3 Museum Polri. Jadi sambil lewat saya dipandu melihat-lihat isi museum di lantai 1 dan lantai 2. Ternyata museum sudah memiliki tampilan baru. Jauh berbeda dengan apa yang saya lihat pada beberapa kunjungan sebelumnya.

Revitalisasi museum, begitu istilah untuk renovasi, dilakukan pada masa pandemi. Ketika itu memang di mana-mana ada pembatasan kunjungan untuk meminimalisasi kerumunan. Bahkan banyak tempat harus ditutup total.

Tampilan baru dibuat kekinian atau instagramable. Narasi tetap ada, terutama tentang sejarah kepolisian sejak masa Kerajaan Majapahit terus berlanjut ke masa Hindia Belanda, masa pendudukan Jepang, dan masa kemerdekaan. Kapolri pertama hingga sekarang ikut dipajang.

Sebutan bhayangkara yang kita kenal sekarang, berasal dari kata bhayangkari, semacam pengawal raja. Pemimpin bhayangkari adalah Mahapatih Gajah Mada. Ia dipandang sebagai 'Kapolri' Kerajaan Majapahit. Namanya sudah terkenal sehingga sosoknya menjadi monumen untuk kepolisian dan militer.

Alat untuk mendeteksi apakah pengunjung bermasker atau tidak (Dokpri)
Alat untuk mendeteksi apakah pengunjung bermasker atau tidak (Dokpri)

Peralatan dijital

Narasi tentang kepolisian dibuat singkat. Sebagai panel informasi, pasti orang akan bosan membacanya kalau terlalu panjang. Singkat dan padat, itu yang terpenting. Panel informasi dibuat dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Tentu sangat membantu wisatawan asing.

Dibandingkan kunjungan saya sebelumnya, dalam kunjungan ini saya melihat museum sudah dilengkapi peralatan dijital. Misalnya alat untuk mendeteksi apakah pengunjung memakai masker atau tidak. Kita berdiri saja di depan layar. Saya sempat mencoba alat itu.

Selain informasi pada panel dinding, ada pula informasi lewat layar sentuh. Ada berbagai pilihan di sana. Kalau kita belum mahir, ada pemandu museum yang akan membantu.

Kalau kita ingin berfoto untuk kenang-kenangan, ada sebuah alat yang dilengkapi dengan beberapa pilihan. Nanti foto kita akan didampingi oleh penjinak bom, pilot pesawat, dsb.

Saya di dekat patung Kapolri pertama Pak Sukanto (Dokpri)
Saya di dekat patung Kapolri pertama Pak Sukanto (Dokpri)

Ruang untuk anak-anak tersedia di Museum Polri. Ciri khas ruangan ini berwarna-warni. Anak-anak bisa menjadi polisi cilik. Seragam polisi dalam berbagai ukuran tersedia di ruang itu.

Perpustakaan menjadi pelengkap museum. Buku-buku tentang kepolisian dan umum tersedia di perpustakaan.

Selain tangga, museum dilengkapi dengan lift. Jadi memudahkan pengunjung disabilitas. Toilet pun begitu.

Selain pameran tetap, Museum Polri juga menyelenggarakan pameran temporer. Pada September-Oktober pameran temporer bertema penanganan Covid-19. Selanjutnya November-Desember bertema Brigade Mobil atau Brimob. Ada lagi kunjungan virtual. Tapi rasanya kurang sreg kalau kita tidak melihat langsung.

Panduan ruangan koleksi di Museum Polri (Dokpri)
Panduan ruangan koleksi di Museum Polri (Dokpri)

Museum Polri tidak mengenakan tarif masuk alias gratis. Sebelum berkunjung, silakan cari informasi terlebih dulu. Museum Polri memiliki website. Juga medsos macam Instagram dan Facebook. Ini yang memudahkan kita atau pengunjung mencari informasi.

Saat ini pemerintah telah melakukan banyak kelonggaran terkait pandemi. Silakan mengenal sejarah kepolisian lewat wajah baru Museum Polri.***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun