Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Nilai Tambah pada Koleksi Uang Kertas Rp 100

19 Agustus 2022   07:12 Diperbarui: 19 Agustus 2022   07:20 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa koleksi uang kertas Rp 100 (Dokpri)

Bagi kolektor uang atau numismatis, bukan hanya uang kuno yang menarik. Uang yang berumur muda, bahkan yang masih beredar pun, sering kali menjadi bagian dari koleksi mereka. Uang kertas menjadi perhatian numismatis karena unsur-unsur di dalamnya. Yang utama berupa nomor seri unik, misalnya angka awal 0 (contoh 000001), angka akhir 0 (contoh 100000), angka sama (contoh 777777), angka menaik berurutan (contoh 123456), dan angka menurun berurutan (contoh 654321).

Yang juga menjadi perhatian adalah variasi. Misalnya tanda tangan pejabat dan tahun pencetakan. Tanda tangan pejabat mudah dilihat karena berukuran cukup besar. Yang agak susah dilihat adalah tahun pencetakan. Tahun pencetakan berada di kanan bawah, perhatikan bagian putih yang bertuliskan merah: PERUM PERCETAKAN UANG RI IMP 1992, dst.

Contoh variasi tahun pencetakan pada uang kertas Rp 100 (Dokpri)
Contoh variasi tahun pencetakan pada uang kertas Rp 100 (Dokpri)

Pinisi

Uang kertas Rp 100 bergambar pinisi, pertama kali dikeluarkan pada 1992. Hati-hati ada manusia kreatif yang mengubah nama 'perahu pinisi' menjadi 'perahu layar', sekaligus angka 1992 menjadi 1991. Boleh dibilang itu uang rekayasa dan sering ditawarkan dengan harga cukup mahal.

Selanjutnya uang kertas Rp 100 dikeluarkan pada 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1999, dan 2000.

Umumnya kolektor cukup memiliki satu saja. Tidak peduli dikeluarkan tahun berapa. Yang penting gambarnya sama. Mencari satu set uang perahu pinisi memang cukup sukar. Selain itu memakan waktu cukup lama. Kehati-hatian dan kesabaran menjadi modal utama kolektor.

Adanya variasi pada uang kertas menjadi perhatian atau nilai tambah buat kolektor sejak lama. Ini karena mata uang tidak beredar saban tahun sebagaimana halnya prangko. Jadi agar perbendaharaan koleksi numismatik bertambah, maka dicarilah 'akal'. Ketemulah model variasi itu.

Koleksi yang saya miliki ini boleh dibilang termasuk Uncirculated, yang sering disingkat Unc. Grade atau tingkat kondisi seperti ini, paling diminati kolektor. Dalam Bahasa Indonesia termasuk 'bagus sekali'. Grade di bawahnya ada 'bagus', 'cukup bagus', dan 'kurang bagus'.

Kalau mengikuti skala Sheldon dari angka 1 hingga 70, kemungkinan koleksi saya berada pada angka 65. Tentu jauh lebih bagus daripada hanya memiliki koleksi berangka 40 atau 50.

Inilah yang sering tidak diketahui masyarakat awam bahwa harga koleksi tergantung grade. Perlu diperhatikan pula, tidak semua uang kuno berharga mahal.***

 

   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun