Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bedug, Perkembangan dari Nekara/Moko ataukah Berasal dari Tiongkok?

10 April 2022   08:27 Diperbarui: 29 Mei 2022   19:26 2521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi nekara dan moko di dalam museum/kiri/travel.detik.com dan bedug yang digantung/kanan/timesindonesia.co.id

Tabuhan semacam bedug di kui Jepang (Sumber: fun-japan.jp)
Tabuhan semacam bedug di kui Jepang (Sumber: fun-japan.jp)

Akulturasi budaya

Bedug juga terdapat di negara-negara Asia Timur, seperti Tiongkok, Korea, dan Jepang. Di sana bedug terdapat di kuil yang berfungsi sebagai alat komunikasi dalam ritual keagamaan.

Nah, inilah jeleknya benda budaya yang dikaitkan dengan politik. Bedug pernah dikeluarkan dari masjid karena dianggap produk non-Muslim. Lantas bedug digantikan pengeras suara. Seingat saya, seorang teroris yang divonis mati, pernah menghancurkan bedug di sebuah masjid.

Namun banyak warga Muslim masih tetap mempertahankan keberadaan bedug. Sebagai benda hasil akulturasi budaya tentu saja bedug menjadi ciri khas di banyak daerah. Bahkan festival bedug kerap diadakan di banyak tempat.

Bedug terbesar di dunia berada di dalam Masjid Darul Muttaqien, Purworejo. Pembuatan bedug  diperintahkan oleh Adipati Tjokronagoro I, Bupati Purworejo pertama. Bedug dibuat pada 1762 Jawa atau 1834 Masehi dan diberi nama Kyai Bagelen. Bayangkan, panjang 292 cm, dengan diameter depan 194 cm dan diameter belakang 180 cm. Kulit bedug berasal dari kulit banteng.***

 

Sumber bacaan:

https://id.wikipedia.org

https://republika.co.id

Mengenal Kebudayaan Islam (Taufiq. H. Idris, 1983)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun