Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kutukan Prasasti Kuno di Jawa Paling Mengerikan, "...Belah Kepalanya, Makan Dagingnya, Minum Darahnya..."

17 Februari 2022   09:43 Diperbarui: 17 Februari 2022   09:51 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi prasasti yang ditulis dengan aksara kuno (Sumber: Buku Prasasti Batu I, Museum Nasional Indonesia, 2016)

"10....tidak melihat ke samping, berkelahi berhadapan, memukul dari sisi kiri dan kanan, kemudian menghancurkan, belah kepalanya, robekkan dan potong ususnya, keluarkan

11. dalamnya, tusuk hatinya makan dagingnya, minum darahnya, kemudian akhirnya melengkapi kematian, jika masuk ke hutan jadi makanannya harimau, dipatuk ular, dipilin oleh dewa

12. manyu?, jika pergi ke ladang akan disambar petir, dihancurkan raksasa, makanannya raksasa,...................Hyang Kucira Garggametri Kurusya pelindung, sebelah (utara?)

13. sebelah selatan barat timur, buanglah dalam/ke......dihancurkan oleh Hyang semua, jatuhkan dalam mahasamudera, tenggelamkan dalam bendungan, disambar Sang Hyang ......."

Demikian terjemahan Prasasti Kampak yang bisa dilihat di wikipedia.  Prasasti Kampak ditemukan di Jawa Timur. Beraksara dan berbahasa Jawa Kuno. Prasasti ini berasal dari masa pemerintahan Mpu Sindok abad ke-9---10.

Beberapa aksara telah rusak atau aus. Mungkin karena ketidaksengajaan. Atau mungkin akibat pengaruh cuaca selama bertahun-tahun. Maklum prasasti batu tersebut ditempatkan di alam terbuka. Pada setiap pembacaan prasasti, bagian yang aus atau rusak diberi tanda . (titik), sementara bacaan yang meragukan diberi ? (tanda tanya).  

Melihat sebagian isinya, boleh dikatakan mirip dengan temuan prasasti kuno dari Situs Gemekan, Mojokerto, beberapa hari lalu. Lihat tulisannya [di sini].

Prasasti Gemekan (nama sementara) tersebut belum dibaca secara lengkap. Namun sebagian isinya berupa kutukan. Mirip dengan Prasasti Kampak di atas.

Alihaksara Prasasti Kampak, perhatikan nomor 10 sampai 14 berisi kutukan (Sumber: Buku Prasasti Batu II, Museum Nasional Indonesia, 2019)
Alihaksara Prasasti Kampak, perhatikan nomor 10 sampai 14 berisi kutukan (Sumber: Buku Prasasti Batu II, Museum Nasional Indonesia, 2019)

Sima

Prasasti yang berisi kutukan atau sumpah, sering kali didapati pada prasasti tentang peresmian sima. Sima adalah tanah yang dilindungi oleh kerajaan karena masyarakat desa tersebut dianggap berjasa kepada raja atau kerajaan.

Bagian isi prasasti yang berisi kutukan disebut sapatha. Sapatha dituliskan pada bagian akhir. Bagian awal biasanya berisi tarikh, yakni kapan prasasti tersebut dikeluarkan. Lalu disebutkan pejabat yang hadir pada upacara peresmian sima.

Pada masa ratusan tahun lalu, memang banyak orang takut kualat. Mereka benar-benar menaati isi prasasti. Tujuan kutukan tentu saja untuk melindungi desa tersebut dari perbuatan jahat para warga. Misalnya berkelahi, mencuri, membunuh, dan perbuatan kriminal lain. Para arkeolog, menemukan banyak prasasti sima yang sebagian berisi kutukan. Dari masa Mpu Sindok, ada beberapa yang berisi demikian.

Agar diketahui warga, prasasti tersebut ditempatkan di lokasi strategis. Tentu agar mudah dibaca. Ketika itu peran dewa amat penting sehingga warga takut sekali kalau dikutuk dewa.   

Prasasti Kampak/kiri dan Prasasti Telaga Batu/kanan (Sumber: Buku Prasasti Batu II, Museum Nasional Indonesia, 2019)
Prasasti Kampak/kiri dan Prasasti Telaga Batu/kanan (Sumber: Buku Prasasti Batu II, Museum Nasional Indonesia, 2019)

Sriwijaya

Beberapa prasasti kutukan juga terdapat di Sumatera, berasal dari masa Kerajaan Sriwijaya. Namun umumnya berisi kutukan kepada siapa saja yang tidak taat kepada raja. Tentu untuk melanggengkan kekuasan raja.

Prasasti yang paling dikenal bernama Telaga Batu, berasal dari abad ke-7. Seperti halnya Prasasti Kampak, Prasasti Telaga Batu kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Ancaman itu ditujukan kepada siapa pun, seperti keluarga raja, pejabat kerajaan, dan para pekerja. Bahkan masyarakat awam.

Lihat saja terjemahan bebas prasasti tersebut,

"... -para putra raja, para pemimpin, para komandan tentara, para nyaka, para pratiaya, para hakim, para pemimpin (?), pengamat para buruh, para pengamat kasta-kasta yang rendah, para pembuat pisau, para kumrmtya, para cthabhata, para adhikaraa ... (?). para juru tulis, para pemahat, para kapten bahari, para pedagang, para komandan ... (?), dan engkau- para tukang cuci dan ini, apabila kalian tidak setia kepadaku, kalian akan mati oleh kutukan ini".

(Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id).

Sebenarnya banyak prasasti menarik dikaji. Mungkin saja ada relevansinya dengan kehidupan sekarang. Ada prasasti tentang persoalan hukum dan utang-piutang. Ada prasasti sebagai tanda kemenangan. Pokoknya banyak jenis prasasti dan info di dalamnya.

Namun banyak prasasti masih perlu pembacaan ulang. Mungkin saja ada masalah dengan persoalan budaya. Maklum dulu pembaca prasasti adalah bule-bule Eropa. Ironisnya, banyak prasasti sudah terpenggal, aus/rusak, bahkan ada yang dirusak dengan sengaja.

Kita harapkan makin banyak masyarakat Indonesia yang menggeluti dunia epigrafi, yakni pengetahuan yang mempelajari prasasti. Soalnya banyak prasasti ditulis dalam aksara dan bahasa kuno, seperti Jawa Kuno, Sunda Kuno, Bali Kuno, Sumatera Kuno, belum lagi Pallawa dan Prenagari. Tentu perlu pakar alihaksara, alihbahasa, dan penafsiran. Maklum, bahasa-bahasa tersebut tersebut sekarang sudah menjadi bahasa mati.***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun