Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Museum Kota Tanjungpinang Ada Uang Topi, Uang Ikan, dan Uang Petik

12 November 2021   15:58 Diperbarui: 12 November 2021   16:25 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang Topi, uang petik, dan uang ikan di Museum Kota Tanjungpinang (Sumber: Buku Keramologika, Numismatika, dan Heraldika, 2015)

Selama ini kita mengenal dua jenis mata uang berdasarkan bahan dasar pembuatan, yakni uang kertas dan uang logam (koin). Dulu malah dikenal uang dari batu, tulang, kacang-kacangan, biji-bijian, dll.

Sebelum Republik Indonesia terbentuk, negara kita terdiri atas berbagai kerajaan atau kesultanan. Kerajaan atau kesultanan ini memiliki mata uang sendiri. Memang itu salah satu ciri 'negara' berdaulat. Buat kita yang hidup pada masa sekarang, mata uang yang dikeluarkan kerajaan atau kesultanan itu tergolong unik.

Uang topi, uang petik, dan uang ikan dalam lemari pajangan museum (Dokpri)
Uang topi, uang petik, dan uang ikan dalam lemari pajangan museum (Dokpri)

Uang topi, uang ikan, dan uang petik

Beberapa tahun lalu saya pernah berkunjung ke Museum Kota Tanjungpinang, namanya  Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Di museum itu saya melihat ada tiga mata uang yang lain dari biasanya.

Uang topi, nah dari nama saja sudah kelihatan unik. Uang topi berbahan dasar nikel. Bentuknya seperti topi, maka disebut uang topi. Bentuk uang topi segiempat dengan bagian atas menonjol. Uang topi menjadi alat tukar lokal di Kerajaan Johor-Riau-Lingga-Pahang sekitar abad ke-17 M.

Mungkin tidak banyak lembaga atau individu yang memiliki uang topi. Bisa saja ada sejumlah individu, terutama yang menggeluti numismatik, memiliki koin seperti ini. Namun tentu saja koleksi mereka untuk konsumsi pribadi atau orang-orang terdekat saja. Bukan untuk kalangan umum seperti halnya museum.

Ada lagi uang ikan, bentuknya seperti tulang ikan. Bahan dasarnya juga nikel. Dulu menjadi alat tukar antara masyarakat setempat di wilayah Kerajaan Melayu yang berpusat di Kota Lama, Hulu Riau, sekitar abad ke-17 M. 

Uang unik lainnya disebut uang petik atau uang pohon. Apabila belum digunakan, uang ini berbentuk ranting pohon. Apabila akan digunakan harus dipetik atau dipatahkan satu per satu. Pada salah satu sisi permukaan koin terdapat tulisan Arab Melayu. Uang ini pun menjadi uang lokal yang berlaku pada masa Kerajaan Melayu di Hulu Riau.

Lihat tulisan saya [di sini].

Pameran temporer di Museum Kota Tanjungpinang bekerja sama dengan Museum Nasional Jakarta (Sumber: tanjungpinangkota.go.id)
Pameran temporer di Museum Kota Tanjungpinang bekerja sama dengan Museum Nasional Jakarta (Sumber: tanjungpinangkota.go.id)

Masa kolonial

Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota Tanjungpinang memberikan ruang yang luas kepada seluruh masyarakat untuk mengetahui dan mempelajari benda koleksi yang dipamerkan di museum. Museum ini cukup ramai dikunjungi karena di Tanjungpinang minim objek wisata.  

Museum menempati eks gedung pertama Sekolah Tingkat Dasar masa kolonial atau Hollandsch-Inlandsche School (HIS/1918), yang pada zaman Jepang diganti Futsuko Gakko. Pada zaman kemerdekaan gedung ini tetap difungsikan sebagai Sekolah Rakyat dan akhirnya dijadikan SD 01 sampai 2004. Mengingat gedung ini memiliki nilai penting bagi sejarah awal mula pendidikan di Tanjungpinang, maka direkomendasikan untuk dijadikan Museum Kota Tanjungpinang dengan nama Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah.

Selain mata uang, yang terdapat pada bagian Numismatika dan Heraldika, museum kota juga memiliki berbagai jenis koleksi lain. Yang cukup banyak koleksi Etnografi dan Keramologika. Sesuai pembidangan dalam museum, ada lagi koleksi Teknologika, Historika, dan Filologika.

Jika ada waktu senggang silakan berkunjung ke Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Jl. Ketapang no. 2, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Sebelumnya cari informasi terlebih dulu lewat internet karena sekarang kita cukup mudah mengakses informasi.***

(Sumber: Brosur Museum Kota Tanjungpinang dan buku Keramogika, Numismatika, dan Heraldika)    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun