Sebenarnya anak saya yang jualan, saya hanya membantu. Karena anak muda, namanya keren beef bowl factory. Nama itulah yang dicantumkan dalam Instagram (IG). Agar kekinian, maka masuk juga dalam lapak ojol. Silakan cari di google "beef bowl factory kelapa gading".
Usaha rumahan sih hanya butuh tempat kecil. Toh pengunjung tidak makan di tempat. Kalau lagi sepi order, saya dan anak saya bisa internetan. Bahkan menulis atau melakukan pekerjaan lain. Kemarin saya baru menyelesaikan tulisan untuk lomba jalur rempah. Siapa tahu terpilih. Kalau pun tidak terpilih, pasti tulisan tersebut bermanfaat.
Anak saya dibantu seorang temannya. Dia punya sepeda motor, jadi bertugas mengantar makanan untuk jangkauan terdekat. Kadang temannya itu beli timun, wortel, sambal, dan lain-lain untuk keperluan jualan.
Daging sapi dibeli secara daring. Daging iris tipis dalam kondisi beku itu termasuk premium. Harganya cukup mahal dibandingkan daging untuk rendang, misalnya. Begitu pula beras yang dipakai, beras jepang. Tadinya memakai beras ramos yang harganya lebih murah. Namun atas saran konsumen, diganti beras jepang. Bukankah pembeli adalah raja? Yah, kami ikuti saja masukan mereka.
Usaha kuliner dalam masa pandemi jelas penuh persaingan. Saat ini banyak pilihan makanan, tentu sesuai selera masing-masing. Hidup memang penuh perjuangan, apalagi dalam bentuk usaha mandiri.
Selain dengan sesama orang terdampak pandemi, kita pun harus bersaing dengan pemodal kuat. Tapi karena hidup harus terus berlangsung, tentu kita harus berupaya semaksimal mungkin. Yang penting kuliner kita sesuai dengan lidah pembeli dan pelayanan kita memuaskan.
Masih butuh perjuangan untuk menekan jumlah pengangguran. Usaha mandiri tentu terhormat dan membanggakan. Di situlah kita tahu arti persaingan dan perjuangan.***
Â