Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membuka Usaha Kuliner untuk Menyambung Hidup

19 Agustus 2021   12:19 Diperbarui: 19 Agustus 2021   12:26 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Usaha kuliner rumahan (Dokpri)

Sebenarnya anak saya yang jualan, saya hanya membantu. Karena anak muda, namanya keren beef bowl factory. Nama itulah yang dicantumkan dalam Instagram (IG). Agar kekinian, maka masuk juga dalam lapak ojol. Silakan cari di google "beef bowl factory kelapa gading".

Usaha rumahan sih hanya butuh tempat kecil. Toh pengunjung tidak makan di tempat. Kalau lagi sepi order, saya dan anak saya bisa internetan. Bahkan menulis atau melakukan pekerjaan lain. Kemarin saya baru menyelesaikan tulisan untuk lomba jalur rempah. Siapa tahu terpilih. Kalau pun tidak terpilih, pasti tulisan tersebut bermanfaat.

Anak saya dibantu seorang temannya. Dia punya sepeda motor, jadi bertugas mengantar makanan untuk jangkauan terdekat. Kadang temannya itu beli timun, wortel, sambal, dan lain-lain untuk keperluan jualan.

Memasaknya cukup sederhana, dipanaskan dengan wadah gagang dari teflon (Dokpri)               
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Memasaknya cukup sederhana, dipanaskan dengan wadah gagang dari teflon (Dokpri) googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});

Daging sapi dibeli secara daring. Daging iris tipis dalam kondisi beku itu termasuk premium. Harganya cukup mahal dibandingkan daging untuk rendang, misalnya. Begitu pula beras yang dipakai, beras jepang. Tadinya memakai beras ramos yang harganya lebih murah. Namun atas saran konsumen, diganti beras jepang. Bukankah pembeli adalah raja? Yah, kami ikuti saja masukan mereka.

Usaha kuliner dalam masa pandemi jelas penuh persaingan. Saat ini banyak pilihan makanan, tentu sesuai selera masing-masing. Hidup memang penuh perjuangan, apalagi dalam bentuk usaha mandiri.

Selain dengan sesama orang terdampak pandemi, kita pun harus bersaing dengan pemodal kuat. Tapi karena hidup harus terus berlangsung, tentu kita harus berupaya semaksimal mungkin. Yang penting kuliner kita sesuai dengan lidah pembeli dan pelayanan kita memuaskan.

Masih butuh perjuangan untuk menekan jumlah pengangguran. Usaha mandiri tentu terhormat dan membanggakan. Di situlah kita tahu arti persaingan dan perjuangan.***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun