Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Barang Jadul yang Sudah Hilang Ditelan Waktu Bisa Dilihat di Dalam Museum

9 Maret 2021   10:46 Diperbarui: 10 Maret 2021   10:55 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karcis tol, sekarang berupa karcis elektronik (Dokpri)

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi demikian pesat. Dampaknya sangat dirasakan di seluruh dunia. Ada 'sesuatu' yang hilang, ada pula 'sesuatu' yang muncul. Pekerjaan yang dulu dilakukan secara manual, misalnya, kini dilakukan secara elektrik. Bukan saja semakin cepat, tetapi semakin rapi dan indah.

Tadinya pekerjaan kantor menggunakan mesin tik manual, lalu mesin tik elektrik, kini digantikan komputer dengan segala perlengkapan dan kecanggihannya. Hingga saat ini komputer dengan berbagai fitur terus saja bermunculan. Di balik itu mesin tik manual dan mesin tik elektrik semakin ditinggalkan. Bisa dipastikan tidak lama lagi generasi mendatang tidak bakal mengenal lagi mesin tik.

Pada 1970-an yang namanya poswesel amat ditunggu-tunggu para mahasiswa. Lewat poswesel inilah para mahasiswa perantauan menggantungkan nasib. Poswesel adalah layanan dari kantor pos untuk pengiriman/penerimaan uang. Biasanya kiriman akan sampai ke si penerima sekitar 2-3 hari, bahkan lebih. Tergantung layanan biasa atau kilat. Untuk mengambil uang, si penerima harus menunjukkan kartu identitas dan menuju kantor pos yang tertera. 

Kini jarang sekali adanya layanan poswesel karena sudah digantikan layanan yang lebih cepat dan praktis, yakni transfer lewat bank. Bahkan kemudian orang tidak perlu lagi mendatangi bank, tetapi cukup menggunakan internet banking lewat telepon pintar kapan saja, oleh siapa saja, dan dari mana saja.

Mesin tik dan poswesel lambat-laun akan menjadi cerita dari masa lalu. Kedua jenis benda itu tidak akan dikenal oleh generasi milenial sampai generasi z dan generasi-generasi selanjutnya.

Dulu kalau mengirim uang menggunakan poswesel seperti ini (Dokpri)
Dulu kalau mengirim uang menggunakan poswesel seperti ini (Dokpri)
Museum

Namun mesin tik dan poswesel tidak akan hilang dari peredaran. Selain di tangan kolektor yang bersifat pribadi, mesin tik dan poswesel tentu saja akan bisa dijumpai di dalam museum. Museum memang sering didefinisikan sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno. Namun sesungguhnya museum merupakan lembaga pelestarian. Di dalam museum, berbagai koleksi dirawat dan dipamerkan, lengkap dengan informasi benda-benda tersebut. Lewat museumlah masyarakat bisa mengetahui informasi dan melihat benda masa lalu, termasuk mesin tik dan poswesel. 

Museum sendiri didefinisikan sebagai lembaga tetap, nirlaba, melayani kebutuhan masyarakat, dan bersifat terbuka dengan cara melakukan pengumpulan, perawatan, penelitian, komunikasi, dan pameran benda koleksi untuk kebutuhan studi (riset), pendidikan (edukasi), dan kesenangan (rekreasi). 

Lebih lanjut definisi museum ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66/2015, yakni lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. Menurut peraturan tersebut, koleksi museum terdiri atas cagar budaya dan noncagar budaya. Istilah cagar budaya sendiri mencakup benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan struktur cagar budaya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata.

Ratusan tahun lalu museum menjadi tempat untuk menyimpan koleksi milik individu, keluarga, atau institusi kaya. Umumnya benda-benda yang disimpan merupakan karya seni, benda-benda unik atau langka, benda-benda alam, dan benda-benda arkeologi. Benda-benda tersebut diperoleh dari tempat yang jauh, yang tidak ada di tempat asal si kolektor. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, koleksi yang tadinya hanya diperlihatkan kepada kerabat terdekat, kemudian bisa disaksikan oleh masyarakat umum.

Bukti pendaftaran pesawat televisi (Dokpri)
Bukti pendaftaran pesawat televisi (Dokpri)
Tipe dan kategori museum

Museum memiliki beragam tipe, luas, kategori, ukuran, sifat, dan sebagainya sesuai penyelenggara atau pemilik museum. Tentu saja berdasarkan kemampuan keuangan yang mereka miliki. Sementara itu kepemilikan museum terbagi dua, yakni museum pemerintah dan museum swasta/pribadi. Berdasarkan tema koleksi, ada banyak kategori museum, seperti museum arkeologi, museum seni, museum sejarah, museum biografi atau tokoh, museum etnografi, museum rumah bersejarah, museum maritim, museum militer, museum sains, dan museum religi. 

Kehidupan masing-masing museum tergantung anggaran dan kreativitas pengelola museum. Buat museum-museum pemerintah sebenarnya anggaran tidak menjadi masalah. Sejak awal, museum-museum pemerintah tergantung dari APBN atau APBD. Lain halnya dengan museum swasta/pribadi yang menghidupi museumnya berdasarkan kreativitas, seperti mengadakan kegiatan berbayar. Beruntung, kalau si pemilik museum termasuk orang yang "gila museum" sehingga mampu menggelontorkan dana lumayan besar.

Istilah museum sendiri memiliki dua pandangan, yakni negatif dan positif. Banyak orang berpandangan negatif, misalnya museum itu kotor, gelap, dan menyeramkan. Bahkan museum menjadi tempat buangan orang-orang yang bermasalah, sebagaimana tergambar dari istilah "dimuseumkan". Segelintir instansi juga rupanya "alergi" terhadap istilah museum, terbukti dari sebutan yang mereka pakai, Smart Building atau Pusat Peragaan.

Namun sebaliknya beberapa institusi justru memakai nama museum karena dianggap bergengsi, meskipun sebenarnya bukanlah museum sesungguhnya. Museum seperti itu dihubungkan dengan generasi milenial yang senang narsis atau foto yang "instagramable". Museum Trick Art dan Museum Tiga Dimensi atau dengan nama lain, ada di beberapa kota. Koleksi museum seperti itu hanya gambar-gambar tiga dimensi sehingga pengunjung seolah-olah berada di atas permadani terbang dan di puncak tugu Monas, misalnya.

Kartu langganan trem masa 1950-an (Dokpri)
Kartu langganan trem masa 1950-an (Dokpri)
Peran museum

Kita bukan hanya akan 'kehilangan' mesin tik dan poswesel. Di era kecerdasan buatan ini tentu banyak hal akan hilang dan muncul. Contoh lain, tahun ini saya sudah dua kali cek tensi darah dengan alat elektrik. Bahkan bisa dilakukan sendiri dengan memasukkan tangan dan hanya memencet tombol. Setelah menunggu beberapa detik, hasilnya tertera pada alat tersebut. Cepat dan praktis. Tensimeter dengan selang panjang, beberapa tahun lagi pasti akan menjadi barang jadul. Karcis manual sekarang hampir tidak ada lagi karena digantikan uang elektronik.

Sudah saatnya peran museum ditingkatkan. Hilangnya barang-barang jadul karena dampak teknologi tentu harus diantisipasi sebaik mungkin. Museumlah yang bertanggung jawab melestarikan sekaligus memamerkan benda-benda yang sudah hilang ditelan waktu kepada anak cucu. Dengan demikian  generasi masa kini dan masa mendatang bisa mengetahui bagaimana penciptaan dan pencapaian benda-benda yang sudah sirna itu lewat museum.

Membicarakan museum tak ubahnya soal kecerdasan dan kepedulian kepada generasi masa kini dan generasi masa mendatang. Museum bukan hanya menjadi bagian dari pemerintah atau pemilik/pengelola museum. Tetapi juga menjadi tanggung jawab kita bersama, yakni asosiasi museum, komunitas museum, pemerhati museum, dan peminat museum. Kita harus bersinergi. Sinergi kuat, nama museum terangkat.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun