Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Surat Kepemilikan Museum Sumpah Pemuda Ditemukan Ahli Waris Sie Kong Lian

28 Oktober 2020   08:30 Diperbarui: 27 Oktober 2021   21:02 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya 106 (Foto: Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda)

Setiap menjelang atau saat Hari Sumpah Pemuda, kita selalu ingat rumah atau gedung bersejarah di Jalan Kramat Raya 106 sekarang. Orang-orang dulu menyebutnya Gedung di Djalan Keramat 106, Weltevreden. 

Di situlah pada 28 Oktober 1928 dibacakan keputusan Kongres Pemuda II, yang salah satu hasilnya dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Sehari sebelumnya, kongres berlangsung di Gedung Katholieke Sociale Bond (KSB) di kompleks Gereja Kathedral sekarang.

Dari kedua tempat itu, gedung di Jalan Kramat Raya 106 lebih dikenal karena di situlah pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman. Setelah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya pada 1972, Gedung Sumpah Pemuda dipugar. Peresmiannya oleh Gubernur Ali Sadikin pada 20 Mei 1973 dan oleh Presiden Soeharto pada 30 Mei 1974. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nugroho Notosusanto kemudian menjadikan gedung itu sebagai Museum Sumpah Pemuda pada 7 Februari 1983.  

Sie Kong Lian (sering ditulis Sie Kok Liong) masa muda dan masa tua (Foto: makalah Pak Udaya Halim)
Sie Kong Lian (sering ditulis Sie Kok Liong) masa muda dan masa tua (Foto: makalah Pak Udaya Halim)
Tempat kos

Dalam buku-buku sejarah rumah Kramat 106 disebutkan sebagai tempat kos. Pelajar STOVIA atau Sekolah Dokter Jawa banyak kos di sini. STOVIA terletak di Jalan Abdul Rahman Saleh sekarang. Jaraknya sekitar 1,3 kilometer. Cukup menyehatkan buat olahraga jalan kaki.

Pemilik rumah itu adalah Sie Kok Liong, begitulah menurut buku-buku sejarah.  Ada juga yang menyebutkan Sie Kong Liang. Namun baru akhir-akhir ini diketahui bahwa nama itu salah. Nama yang benar adalah Sie Kong Lian.

Beliau membeli rumah itu pada 1908. Semula banyak pelajar STOVIA kos di sini. Namun kemudian banyak pemuda juga kos di tempat itu. Bahkan pada 1927-1934 dihuni para pemuda pergerakan, terutama setelah Indische Club beraktivitas di sini.

Karena bergaul dengan mereka, Sie Kong Lian berangan-angan anaknya harus menjadi dokter. Akhirnya Sie Hok Liang (Yuliar Silman) berhasil lulus dari STOVIA. Beberapa cucu Sie Kong Lian juga menjadi dokter, seperti dr. Indra Silman, dr. Yanti Silman, dan dr. Erwin Silman.

Iklan di koran Bataviaasch Nieuwsblad 1925 (Foto: makalah Pak Udaya Halim)
Iklan di koran Bataviaasch Nieuwsblad 1925 (Foto: makalah Pak Udaya Halim)
Pedagang

Sie Kong Lian berprofesi sebagai pedagang ranjang/kasur dan berbagai kebutuhan tempat tidur. Menurut iklan di koran Bataviaasch Nieuwsblad 11 April 1925, toko beliau beralamat di Jalan Senen Raya no. 95. Beliau punya rumah lain di Jalan Senen Raya no. 40.

Ada pesan khusus Sie Kong Lian kepada ahli warisnya agar gedung itu tidak dijual karena meninggalkan kenangan buat beliau. "Bila tiba waktunya, hibahkan ke negara dan tinggalkan satu ruangan untuk saya," demikian kata Sie Kong Lian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun