Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Hasil Penelitian Arkeologi Belum Menyebar ke Masyarakat

30 Agustus 2020   13:07 Diperbarui: 31 Agustus 2020   05:36 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggantian rangka cetakan tiruan Homo sapiens di Situs Goa Harimau, Desa Padang Bindu, Semidang Aji, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Pemasangan kerangka tiruan dilakukan sama seperti kondisi aslinya, sedangkan kerangka asli sebagian telah diangkat dan dipindahkan ke Museum Si Pahit Lidah di Desa Padang Bindu (Aloysius Budi Kurniawan/www.sains.kompas.com)

Menurut Pak Supratikno, selama ini arkeolog yang mampu menulis untuk publik seluas-luasnya sangat langka. Salah satunya Pak Bambang Budi Utomo atau Pak Tomi.

Tahun lalu Pak Tomi pensiun sebagai peneliti arkeologi dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Memang nama Pak Tomi banyak dikenal orang karena ia sering menulis di Kompas. Ia pun sering membagikan tulisan populer di Facebook, satu-satunya media sosial yang ia punya. Bahkan bukan hanya beberapa kali, tapi sering. Tulisan Pak Tomi banyak di-save oleh guru-guru sejarah sebagai bahan pengayaan.

Pada 17 Agustus 2020 Pak Tomi menulis tentang "Pemutakhiran Sejarah Indonesia". Menurut Pak Tomi, dalam kitab sejarah yang kita baca, isinya tidak lain tentang kerajaan-kerajaan dan kejayaannya, kecuali dari masa prasejarah diungkapkan mengenai peralatan dan sistem mata pencaharian hidup. 

Penulisan sejarah dari masa setelah masuknya kebudayaan India, jarang sekali ditemukan hal yang berkaitan dengan sistem mata pencaharian hidup dengan peralatannya, hubungan perdagangan antarwilayah dengan moda transportasinya, dan bagaimana masyarakat hidup dalam lingkungan alam yang berbeda-beda.

"Buku-buku sejarah Indonesia umumnya berisi tentang kerajaan-kerajaan di Nusntara, tahun-tahun pemerintahan raja yang berkuasa, dan tahun-tahun penting peristiwa sejarah. Inilah yang harus dihafal para peserta didik, sangat membosankan. Karena itulah mata pelajaran sejarah sangat tidak populer di kalangan peserta didik," tulis Pak Tomi.

Pak Tomi berharap, Indonesia adalah sebuah negara kepulauan (Archipelagic States) yang terbesar di dunia. Sebagai sebuah negara kepulauan, penulisan sejarah harus menggunakan pendekatan sejarah kebudayaan atau sejarah maritim. Dalam melakukan pendekatan kemaritiman, kita harus melihat laut sebagai pemersatu Nusntara, bukan memisahkan antarpulau.

Seandainya banyak arkeolog membagikan ilmu seperti Pak Tomi, saya yakin banyak masyarakat jadi cerdas. Saya lihat di Kompasiana baru Churmatin Nasoichah, peneliti Balai Arkeologi Sumatera Utara dan Wuri Handoko, Kepala Balai Arkeologi Sulawesi Utara, yang sudah memiliki banyak tulisan tentang arkeologi. Untuk menulis sebenarnya kuncinya hanya dua: mampu dan mau.***  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun