Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Museum Kebangkitan Nasional Mengedukasi Masyarakat Lewat Kegiatan BBM

28 Juli 2020   12:09 Diperbarui: 29 Juli 2020   16:07 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian kegiatan BBM di Instagram (Dokpri)

Di antara sejumlah museum, Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas) tampaknya paling sering menyelenggarakan kegiatan untuk masyarakat. Kegiatan itu tentu saja bersifat edukasi. Masyarakat tidak dikenakan biaya, cukup membayar karcis masuk. Biaya masuk Muskitnas tergolong murah, hanya Rp 2.000. Muskitnas terletak di Jalan Abdurahman Saleh Nomor 26, Jakarta Pusat. Tepat di sebelah RSPAD Gatot Subroto.

Andalan kegiatan Muskitnas disebut BBM atau Belajar Bersama Muskitnas. Tahun lalu acara BBM dilaksanakan secara luring (luar jaringan). Ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Latihan menari tradisional didukung Yayasan Belantara Budaya. Selain itu ada kepemanduan museum, kepenulisan populer, merajut, menggambar, membuat vlog, dan membuat janur.

Sayang kemudian ada wabah pandemi Covid-19 sehingga kegiatan terhenti. Namun lewat program daring (dalam jaringan), kegiatan BBM tetap terlaksana. Pada tahap pertama, kegiatan dilaksanakan lewat video di Instagram. Kegiatan BBM mencakup menari, membuat vlog, merajut, menulis populer, menggambar, pemanduan museum, dan membuat janur. Masing-masing kegiatan dilaksanakan selama empat kali, dilanjutkan dengan tantangan. Pada "Tantangan", masyarakat, terutama yang pernah berpartisipasi baik langsung di Muskitnas maupun Instagram, diminta membuat karya. Lima karya terbaik akan mendapat cendera mata dari Muskitnas.

Kegiatan menulis pada BBM (Dokpri)
Kegiatan menulis pada BBM (Dokpri)
BBM II

BBM tahap II kembali diselenggarakan mulai Agustus 2020. Kali ini menggunakan aplikasi Google Meet. Karena menyangkut teknis, maka merajut dan membuat janur ditiadakan. Bidang-bidang lain tetap seperti BBM I. Hanya kepenulisan populer ditingkatkan menjadi 'komunikasi populer'. Perlu diketahui, komunikasi menyangkut dua bidang, yakni komunikasi langsung (berbicara) dan komunikasi tidak langsung (menulis) atau bahasa lisan dan bahasa tulis.

BBM bersifat ringan dan praktis. Tidak ada teori yang jlimet. Maklum, para peserta BBM masyarakat awam, yang sebagian besar didominasi generasi milenial. Pada kegiatan lokakarya berbicara dan menulis, Sabtu, 25 Juli 2020 lalu, peserta yang hadir sekitar 40. Kebanyakan para siswa SMK bidang pariwisata.

Masyarakat umum peserta kegiatan BBM lewat Google Meet (Foto: Muskitnas)
Masyarakat umum peserta kegiatan BBM lewat Google Meet (Foto: Muskitnas)
Praktisi

Kalau webinar diikuti banyak peserta, BBM cukup diikuti sedikit peserta. Kalau webinar memakan waktu sekitar dua jam, BBM cukup satu jam. Para pengajar kegiatan BBM pun bukan orang-orang berpendidikan akademis tinggi. Tidak ada yang bergelar doktor atau profesor. Cukup orang-orang berpengalaman lapangan atau praktisi. Bahkan orang idealis.

Para pemberi materi umumnya bergerak di komunitas, seperti Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI), Ikatan Pemandu Museum Indonesia (IPMI), dan Komunitas Belantara Budaya (KBB).  Sebelumnya dalam BBM lalu, malah ada dua ibu, yang dikenal sebagai Ibu Kembar memberi pelajaran merajut. Ibu Kembar dikenal sebagai pengajar di sekolah kolong jalan tol.

Kita harapkan dengan adanya kegiatan BBM, Muskitnas dan museum-museum lain, menjadi sahabat masyarakat yang paling diakrabi. Museum telah berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal. Bahkan mampu mengedukasi masyarakat dengan biaya murah.

Kita harapkan juga setelah pandemi usai, museum-museum pemerintah---karena mendapat dana APBN atau APBD---tetap bisa melakukan kegiatan secara daring sebagai pembelajaran kepada masyarakat Indonesia di mana pun. Jadi jangkauan museum semakin luas, tidak hanya lokal sebagaimana kegiatan tatap muka, namun semakin ke arah regional bahkan internasional.***  

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun