Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Koleksi Benda-benda Kuno Museum Adam Malik Dijual oleh Ahli Waris

8 Juli 2020   09:20 Diperbarui: 8 Juli 2020   09:19 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Adam Malik (Foto: Pemandu Singkat Museum Adam Malik, 1989)

Pasti sebagian dari kita pernah mendengar nama Adam Malik. Beliau pernah menjadi duta besar, menteri luar negeri, bahkan Ketua MPR/DPR. Jabatan tertingginya adalah Wakil Presiden RI (1978-1983). Beliau lahir 22 Juli 1917 dan meninggal 5 September 1984.

Sepeninggal beliau, rumah dinasnya di Jalan Diponegoro No. 29, Jakarta, dijadikan museum. Peresmiannya dilakukan oleh Ibu Tien Soeharto pada 5 September 1985, tepat satu tahun setelah beliau meninggal. Museum Adam Malik berada di bawah naungan Yayasan Adam Malik.

Sayang kemudian pengelola Museum Adam Malik terkendala biaya operasional. Memang pernah meminta bantuan kepada pemerintah, tapi rupanya kurang ada respon positif. Akibatnya pada 2006 bangunan Museum Adam Malik dijual kepada pengusaha Hary Tanoesoedibjo.

Sejak itu ribuan koleksi museum dijual oleh ahli waris. Buku-buku dijual secara kiloan ke pedagang buku bekas di Pondok Pinang. Lukisan dijual ke pedagang antik di Jalan Surabaya. Mirisnya, berbagai tinggalan arkeologi dari abad ke-8 hingga ke-14 dijual ke Bali. Bahkan, dikabarkan Prasasti Sankhara dijual ke pedagang loak yang lewat depan rumah.

Tiket masuk Museum Adam Malik pada 1992 (Dokpri)
Tiket masuk Museum Adam Malik pada 1992 (Dokpri)
Koleksi

Museum Adam Malik memiliki 13 jenis koleksi yaitu lukisan, ikon Rusia, lukisan Cina, keramik, buku-buku, senjata tradisional, patung batu dan perunggu, ukiran kayu, batu permata, emas, tekstil, kristal, dan alat fotografi. Waktu itu belum semua koleksi dipamerkan. Ada kira-kira 30% yang masih tersimpan di dalam gudang.

Dulu saya pernah beberapa kali ke sana, sekitar 1987 kalau gak salah. Saya memotret beberapa tinggalan arkeologi untuk keperluan skripsi arkeologi seorang teman. Saya paling ingat arca  Ganesha,  arca Bhima, naskah Batak, keramik, batu giok, lukisan, dan kamera jadul.

Pak Adam Malik berminat sekali pada arkeologi dan sejarah. Beliau mengumpulkan benda-benda kuno yang sebagian besar ditemukan di Indonesia. Mengumpulkan keramik ditekuninya mulai 1960. Mulai 1974 beliau menyumbang sejumlah keramik kuno dan lukisan untuk Balai Seni Rupa, sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua Jakarta. Ibu Sumarah Adhyatman, asisten beliau yang juga kolektor keramik, pernah mengatakan ada 62 keramik yang telah disumbangkan kepada Museum Seni Rupa dan Keramik.

Dari kiri atas searah jarum jam: Arca Ganesha, Arca Bhima, Pustaha Laklak, dan Kamera jadul (Foto: Pemandu Singkat Museum Adam Malik)
Dari kiri atas searah jarum jam: Arca Ganesha, Arca Bhima, Pustaha Laklak, dan Kamera jadul (Foto: Pemandu Singkat Museum Adam Malik)
Pada 1970 beliau mensponsori ekskavasi (penggalian arkeologis) keramik di Sulawesi Selatan dan pada 1973 mendirikan Himpunan Keramik Indonesia di bawah Yayasan Derita Cita. Pada 1970 itu beliau menjadi Ketua Komite Proyek Penggalian dari Sulawesi Selatan, bekerja sama dengan "Yayasan Purbakala" dan sekelompok pencinta keramik.  

"Pak Adam Malik mendapat keramik yang bagus-bagus dari Sulawesi Selatan. Dibawanya dengan helikopter," begitu pernah dikatakan Pak Abu Ridho. Pak Abu adalah pakar keramik bertaraf internasional dari Museum Nasional. Ia guru dari Ibu Sumarah.

Pak Adam Malik/kiri (Foto: Koleksi Museum Kepresidenan Balai Kirti)
Pak Adam Malik/kiri (Foto: Koleksi Museum Kepresidenan Balai Kirti)
Mahal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun