Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Candi Bubrah, Contoh Toleransi Beragama di Kawasan Candi Prambanan

15 Desember 2019   10:35 Diperbarui: 12 April 2022   22:43 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi Bubrah yang sudah megah, 2017 (Foto: Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah)

Pada 1980 saya pertama kali ke Candi Sewu dan sekitarnya, termasuk ke Candi Prambanan. Saya lihat beberapa candi masih berantakan. Banyak batu candi berserakan di halaman. Di sekitar Candi Sewu ada yang namanya Candi Asu.

Dalam bahasa Jawa, Asu (anjing). Sebenarnya ini kekeliruan masyarakat. Di sana terdapat arca Nandi (=lembu). Arca itulah yang dikira berujud anjing.

Selain Candi Asu, ada lagi Candi Bubrah. Itu pula nama pemberian masyarakat. Dalam bahasa Jawa, bubrah kira-kira bermakna hancur berantakan atau rusak.

Tujuh tahun kemudian saya kembali ke sana. Kali ini untuk tugas liputan. Candi Bubrah tetap dalam kondisi 'amburadul' sebagaimana terlihat pada foto. Jelas, karena batu-batu candinya masih belum lengkap benar.

Candi Bubrah pada 1987 (Dokpri)
Candi Bubrah pada 1987 (Dokpri)
Purna pugar
Berkat kerja keras, akhirnya purna pugar Candi Bubrah diresmikan pada akhir 2017. Candi Bubrah terletak di kawasan Candi Prambanan, yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia. Purna pugar Candi Bubrah diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy.

Entah sejak kapan keberadaan Candi Bubrah diketahui masyarakat. Kalau mengacu kepada penemuan Candi Prambanan pada abad ke-17, tentu sekitar masa-masa itu penemuan Candi Bubrah. Kemungkinan besar candi-candi di sekitar Prambanan rusak karena gempa bumi akibat letusan gunung Merapi.

Selama bertahun-tahun Candi Bubrah dan candi-candi lain terbengkalai. Dalam masa-masa rawan itu, sejumlah kepala arca telah hilang. Kemungkinan digondol orang-orang tidak bertanggung jawab.

Selama bertahun-tahun para juru pugar, termasuk para zoeker dan steller, bekerja keras. Zoeker dan steller merupakan sebutan untuk pencari dan penyetel batu candi. Populernya "ahli menjodohkan batu candi". Maklum, batu-batu candi berbentuk khas.

Antara kanan-kiri dan atas-bawah ada semacam pengait. Jadi bukan seperti batu bata masa sekarang yang berbentuk rata. Itulah pekerjaan tersulit dan terlama. Jangan heran kalau biaya pemugaran sebuah candi sangat besar.

Candi Bubrah mulai intensif dipugar pada 2011. Tentu melalui anggaran pemerintah dengan skala prioritas per tahun. Mulai akhir 2017, masyarakat dapat menikmati keindahan arsitektur dan mempelajari teknologi nenek moyang dalam mendirikan sebuah bangunan yang megah dan kokoh. 

Arca tanpa kepala (Foto: tarabuwana.blogspot.com)
Arca tanpa kepala (Foto: tarabuwana.blogspot.com)
Buddha
Sekarang kita dengan pasti dapat mengatakan Candi Bubrah bercirikan agama Buddha. Ciri itu dapat dilihat pada bentuk stupa. Ada juga sejumlah relung berisi Dhyanni Buddha. Diperkirakan Candi Bubrah dibangun sekitar abad ke-9 pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini berkaitan erat dengan Candi Sewu dan Candi Lumbung, yang juga bercirikan Buddhisme.

Secara administratif, Candi Bubrah terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Candi Bubrah terbuat dari batu andesit, berdenah persegi panjang, dan berukuran 12 meter 12 meter. Saat ditemukan candi hanya tersisa reruntuhan setinggi dua meter. Itu sebabnya masyarakat menyebutnya sebagai Candi Bubrah.

Candi Bubrah baru disebut agak jelas di Rapporten Oudheidkundige Dienst (ROD). Laporan tersebut mengatakan Candi Bubrah dalam keadaan runtuh berserakan. Saat ini  Candi Bubrah berukuran 18,10 meter x 18,10 meter dengan tinggi total 20,55 meter. Candi itu menghadap ke timur. Demikian menurut laporan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.

Candi Bubrah yang saat ini berada di bawah tanggung jawab BPCB Jawa Tengah, memiliki keunikan yang tidak dimiliki candi-candi Buddha lain, antara lain motif hiasan taman teratai yang mengisi lapik di bawah padmasana pada Dhyanni Buddha. Satu motif hias yang khas Candi Bubrah adalah hiasan ceplok bunga yang mengisi pagar langkan sisi luar.

Candi Bubrah pada 2009 (Foto: tarabuwana.blogspot.com)
Candi Bubrah pada 2009 (Foto: tarabuwana.blogspot.com)
Nilai penting
Candi Bubrah sekarang menjadi contoh kerja keras para arkeolog dan jajarannya. Dari kondisi rusak 'disulap' menjadi megah. Banyak nilai penting yang diperoleh dari kawasan Prambanan ini. 

Candi Sewu, Lumbung, dan Bubrah bersifat Buddha. Candi-candi lain di kawasan Prambanan bersifat Hindu. Jadi toleransi beragama berjalan berdampingan sejak berabad-abad lampau.

Banyak nilai penting yang diperoleh dari sini. Yang jelas, pelestarian harus tetap dilakukan. Agar candi yang sudah berdiri megah ini mampu bertahan selama mungkin. 

Tujuan akhir pemugaran memang agar dapat dinikmati generasi masa sekarang dan masa kemudian. Untuk itu pariwisata harus terkontrol dan terencana dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun