Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Melihat Perjalanan Stasiun Televisi Lewat Pernak-Pernik Koleksi

4 September 2019   21:37 Diperbarui: 4 September 2019   21:51 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda bukti pembayaran iuran televisi berhadiah (Dokpri)

Kalau tidak ada event olahraga se-Asia atau Asian Games, mungkin TVRI atau Televisi Republik Indonesia, belum mengudara. Pertama kali TVRI menayangkan siaran pada 24 Agustus 1962. Siaran perdana hingga belasan tahun masih berupa format hitam putih. Ketika itu televisi berwarna belum dikenal. Seingat saya TVRI selalu menayangkan momen-momen penting, seperti peringatan 17 Agustus di istana. Siaran olahraga seperti Piala Thomas, Piala Uber, All England, dan kejuaraan tinju juga sering ditayangkan langsung. Belum lagi pertandingan sepakbola internasional yang diselenggarakan di Indonesia.

Setiap hari TVRI menayangkan siaran berita. Penyiar TVRI yang masih saya ingat Sambas, Tatiek Tito, Hasan Ashari Oramahi, dan Syam Amir. Pada awalnya siaran TVRI hanya dari sore hingga malam. Beberapa tahun kemudian baru dari pagi hingga tengah malam.

Selama bertahun-tahun TVRI menjadi satu-satunya stasiun televisi di Indonesia. TVRI bersifat nasional, jadi bisa ditangkap di seluruh Nusantara berkat adanya beberapa stasiun relay. Tentu saja ketika itu gangguan siaran selalu ada.

Beberapa selebriti sempat dikenal berkat TVRI, misalnya Titiek Puspa, Tan Tjeng Bok, hingga Warkop DKI. Ada beberapa acara yang tergolong favorit pemirsa, seperti Aneka Ria Safari dan Film Cerita Akhir Pekan. Acara-acara Cerdas Cermat dan kuis juga menjadi favorit pemirsa.

Buku iuran televisi 2001 (Dokpri)
Buku iuran televisi 2001 (Dokpri)
Berbayar

Pada awalnya TVRI mengandalkan iklan. Keberadaan iklan disisipkan di sela-sela acara. Baru pada masa kemudian siaran iklan memiliki slot sendiri. Kalau tidak salah selama 30 menit. Namun kemudian pada 1981 iklan dilarang. Maklum TVRI merupakan stasiun milik pemerintah. Jadi tidak boleh komersial.

Sebagai konsekuensinya, setiap pemilik televisi harus membayar pajak. Besarnya pajak tergantung ukuran televisi. Ketika itu ukuran terkecil 14 inch, sementara terbesar 21 inch. Pajak atau iuran televisi bisa dibayar di kantor pos terdekat.

Pada saat-saat tertentu ada razia. Para petugas mendatangi rumah-rumah yang kelihatan memiliki antena luar. Pada masa kemudian petugas memiliki alat khusus yang dapat mendeteksi sinyal. Pemilik yang menunggak dipaksa membayar tagihan.

Kartu pendaftaran pesawat penerima televisi 1989 (Dokpri)
Kartu pendaftaran pesawat penerima televisi 1989 (Dokpri)
Kompetitor

Mulai 1989 TVRI memiliki kompetitor. Ketika itu mulai berdiri stasiun televisi swasta RCTI di Jakarta dan setahun kemudian SCTV di Surabaya. Namun berbeda dengan TVRI, penonton RCTI dan SCTV diwajibkan membeli dekoder. Tanpa dekoder, siaran RCTI dan SCTV tidak tertangkap.

Stasiun TV swasta kemudian terus bermunculan. Sebut saja TPI, ANTV, dan Indosiar. Televisi berwarna mulai memasuki pasaran Indonesia. Peralatan dekoder mulai dihilangkan. Jadi masyarakat bisa menyaksikan stasiun-stasiun tersebut secara bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun