Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mausoleum OG Khouw di Petamburan, Termegah Tapi Terlantar

1 Juli 2018   21:40 Diperbarui: 1 Juli 2018   21:42 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi milenial peserta diskusi, blusukan, dan bersih-bersih mausoleum (Dokpri)

Diskusi bisa dilakukan di mana saja. Hotel merupakan pilihan utama. Kalau tidak ada anggaran, kita bisa meminjam ruangan museum. Biasanya museum-museum pemerintah menyediakan tempat secara gratis. Pilihan lain, nah ini yang unik, diskusi di pemakaman umum. Itulah hajatan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) pada Minggu, 1 Juli 2018. Kali ini KPBMI bekerja sama dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, serta Komunitas Love Our Heritage (LOH).

Diskusi dan blusukan Mausoleum OG Khouw, begitulah tema yang diambil. Kegiatan berlangsung di TPU Petamburan di Jalan KS Tubun, Slipi. Sekitar 50 orang hadir dalam diskusi itu. Pemateri adalah Adjie Hadipriawan dari Komunitas LOH dan Dhanu Wibowo (Ketua KPBMI). Para peserta diskusi berasal dari kalangan mahasiswa dan komunitas, seperti UPN, Uhamka, Utirta Serang, UIN Jakarta, dan UI.

Diskusi mausoleum (Dokpri)
Diskusi mausoleum (Dokpri)
Orang kaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, arti mausoleum adalah bangunan makam yang luas dan megah; monumen makam. Memang kalau dilihat di kompleks TPU Petamburan, Mausoleum OG Khouw paling luas. Bangunan makam lain terbilang biasa-biasa saja.

Lalu siapakah OG Khouw itu? Menurut Adjie, nama lengkap OG Khouw adalah Oen Giok Khouw. Khouw merupakan nama salah satu marga di kalangan Tionghoa. Ia lahir pada 1874, meninggal pada 1927 di Swiss. Khouw merupakan seorang kaya pada zaman itu.   

Sebenarnya kalau menurut aturan Tionghoa, namanya yang benar adalah Khouw Oen Giok. Namun karena ia meminta persamaan hak dengan bangsa Eropa, namanya lebih sering disebut OG Khouw. Persamaan hak itu antara lain naik kereta api kelas 1. Maka keluarganya pun membuatkan mausoleum yang megah melebihi kalangan Eropa.

Adjie menjelaskan, Khouw adalah tuan tanah dari Tambun. Ia memiliki perkebunan tebu, bank bernama Than Kie Bank di Jalan Pintu Besi, dan penyandang dana Rumah Sakit Jang Seng Ie (sekarang RS Husada).

Khouw juga mempunyai rumah di Jalan Pinangsia yang dijadikan sekolah Hollandsche Chineesche School (HCS) pertama di Batavia pada 1908. Sayang, Khouw tidak mempunyai keturunan.

Bersih-bersih patung di areal mausoleum (Dokpri)
Bersih-bersih patung di areal mausoleum (Dokpri)
Marmer

Mausoleum OG Khouw terbuat dari marmer hitam Italia.  Biaya membuat makam super luas nan mewah itu diperkirakan 200.000 gulden, namun hingga peresmiannya pada 1932 jumlah dana yang digelontorkan mencapai 500.000 gulden. Pemborongnya dari Italia yang berkantor di Krekot.

Adjie bercerita, pada masa-masa awal di Petamburan baru ada makam Khouw. Di bagian dalam mausoleum ada patung besar dari marmer putih. Sayang bagian hidung patung itu somplak karena ulah tangan jahil. Di bagian bawah, ada makam istri Khouw, Lim Sha Nio, yang meninggal pada 1957. Terlihat ada dua buah tangga batu di kiri kanan mausoleum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun