Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pada Masa Lalu Tokoh yang Mencapai Popularitas Sering Difitnah Komunis

8 Mei 2018   22:15 Diperbarui: 9 Mei 2018   22:15 2884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iwa Kusumasumantri, salah satu tokoh yang terkena isu komunis. Sumber gambar: istimewa

Setiap 20 Mei kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Perayaan itu berdasar pada pendirian organisasi pergerakan nasional Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Tahun ini, merupakan peringatan 110 tahun Kebangkitan Nasional. Pada awalnya, Presiden Sukarno menyebut Kebangkitan Nasional sebagai Kebangunan Nasional (1946), yaitu peristiwa terbangunnya rasa berbangsa (etno-nasionalisme) dari berbagai etnis, seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Islamieten Bond, dan Jong Sumatra Bond.

Seminar 110 tahun Kebangkitan Nasional berlangsung 8 Mei 2018 di Museum Kebangkitan Nasional. Hadir empat pembicara, yakni Dr. Bondan Kanumoyoso, Prof. Nina Herlina, Prof. Suhartono Wiryopranoto, dan Dr. Dri Arbaningsih. Kegiatan seminar dibuka oleh Kepala Museum Kebangkitan Nasional Mardi Thesianto. Peserta yang hadir sekitar 200 orang, berasal dari guru, mahasiswa, pelajar, komunitas, pemerhati, dan keluarga Budi Utomo.

Tiga kekuatan
Setelah berdirinya Budi Utomo, yang dipandang organisasi modern tempat berkumpulnya para pemuda, berkembang berbagai bentuk gerakan sosial dan politik yang bertujuan untuk memajukan masyarakat dan mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Tiga ideologi atau kekuatan utama yang menghidupkan dunia pergerakan, seperti dikatakan Sukarno pada artikel yang ditulisnya 1926, adalah nasionalisme atau kebangsaan, Islam, dan marxisme atau komunisme.

Demikian dikatakan Bondan Kanumoyoso. Lebih lanjut menurut Bondan, kaum komunis muncul sebagai kekuatan politik yang resmi hanya sampai 1926. Pada tahun tersebut mereka mengadakan perlawanan terhadap pemerintah kolonial sehingga PKI dilarang di Hindia-Belanda. Sementara itu kekuatan Islam mencapai masa kejayaan bersamaan dengan semakin besarnya Sarekat Islam. Sayang pada 1921 kekuatan Islam mengalami perpecahan karena disusupi oleh kaum komunis.

Sebaliknya, lanjut Bondan, kaum nasionalis dapat terus mewarnai dunia pergerakan dengan kekuatan yang kurang lebih sama hingga akhir masa kolonial. Penahanan Sukarno dan pembubaran PNI pada 1931 tidak menghancurkan kaum nasionalis.

Difitnah komunis
Nina Herlina dalam kesempatan itu membahas tokoh Iwa Kusuma Sumantri (1899-1971). Ia aktif di organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang kelak menjadi Jong Java. Satu hal yang patut dicontoh dari Iwa, kata Nina, ia memutuskan sekolah lagi ke Belanda tidak menggunakan fasilitas bea siswa dari Pemerintah Hindia-Belanda, melainkan dengan biaya sendiri.

Seminar 110 Tahun Kebangkitan Nasional (Dokpri)
Seminar 110 Tahun Kebangkitan Nasional (Dokpri)
Semasa menjadi mahasiswa di Leiden, Iwa terjun secara aktif di dunia pergerakan nasional melalui organisasi Indische Vereeniging, yang kemudian diubah menjadi Indonesische Vereeniging, selanjutnya diganti Perhimpunan Indonesia.

Nina menuturkan, di samping sebagai pengacara yang membela kepentingan rakyat, Iwa memimpin surat kabar di Medan, Mata Hari Indonesia. Ia sering menkritik pemerintah Hindia-Belanda melalui tulisan. Iwa juga aktif di organisasi kepanduan.

Dalam perjalanan hidupnya, Iwa pernah menjadi tahanan politik. Bahkan pernah difitnah sebagai komunis dan dituduh ingin menggulingkan pemerintahan yang sah. Ternyata pada masa lalu pun tokoh yang sedang mencapai popularitas sering kali dijelek-jelekkan.

Iwa pernah menjadi Rektor Universitas Padjadjaran. Pada 2002 Iwa mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Momen penting
Menurut Suhartono, peringatan Kebangkitan Nasional merupakan momen penting yang diperlukan masyarakat guna melanjutkan penyegaran terhadap peristiwa historis. Berdirinya Budi Utomo mempunyai kandungan nilai yang luar biasa tinggi dan kegunaan bagi kesatuan dan kemerdekaan bangsa.

"Generasi milenial sebagai penerus bangsa harus menyikapi dengan arif dan bijak. Jagalah republik ini supaya tetap lestari dan berwibawa di mata internasional," demikian Suhartono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun