Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alat Pengiris Otak dan Gergaji Pemotong Tulang di Museum Kesehatan Jiwa

14 Desember 2017   17:00 Diperbarui: 15 Desember 2017   00:08 2503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan Museum Kesehatan Jiwa (Dokumentasi Pribadi)

Mendengar nama rumah sakit jiwa pasti anda merinding. Namun bagaimana kalau mendengar nama Museum Kesehatan Jiwa?  Memang namanya rada aneh, tapi ada loh. Museum Kesehatan Jiwa merupakan bagian dari Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat, Lawang. Berlokasi di Kota Malang, Jawa Timur.

Rumah Sakit Jiwa itu berusia lebih dari seratus tahun. Sebelumnya bernama RSJ Sumberporong, didirikan berdasarkan Surat Keputusan Kerajaan Belanda tertanggal 30 Desember 1865. RSJ Sumberporong dibuka secara resmi dengan nama Krankzinigen Gesticht te Lawang pada 23 Juni 1902. Seabad kemudian pada 23 Juni 2002 namanya berubah menjadi RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.

Alat pengiris otak untuk penelitian medis (Dokumentasi Pribadi)
Alat pengiris otak untuk penelitian medis (Dokumentasi Pribadi)
Rumah dinas

Museum Kesehatan Jiwa diresmikan pada 23 Juni 2009. Bangunan yang digunakan merupakan rumah dinas peninggalan zaman Belanda. Ada lebih dari seratus koleksi yang terpajang di sini.

Koleksi-koleksi tersebut dikumpulkan dari keluarga besar RSJ. Dari benda-benda dan dokumen-dokumen lama, paling tidak dapat diketahui perjalanan sejarah tentang kesehatan jiwa di Indonesia.

Saya sempat berbincang dengan Ibu Ngesti dan Pak Kasturi. Menurut mereka, museum tersebut merupakan wahana dan pembelajaran perkembangan sejarah dunia medis, khususnya kejiwaan. Juga dinamika sejarah jiwa dari kurun waktu penjajahan Belanda, Jepang, hingga tonggak sejarah RI.

Alat untuk terapi perendaman (Dokumentasi Pribadi)
Alat untuk terapi perendaman (Dokumentasi Pribadi)
Alat pengiris otak

Karena bekas rumah dinas, ukuran bangunan tidak begitu besar. Di bagian depan ada info tentang sejarah pendirian RSJ dilengkapi foto tokoh psikiatri Prof. Slamet Iman Santoso. Alur cerita dimulai dari bagian kanan, berupa meja kerja buatan zaman Belanda. Di ruangan ini ada buku-buku berbahasa Belanda, telepon kuno, dan mesin tik kuno.

Penanganan pasien sebelum mengenal pengobatan modern ternyata sudah dilakukan dengan terapi yang dianggap bisa menenteramkan. Misalnya dengan perendaman (permanete baden) dan dibungkus (straight jacket). Kedua peninggalan masih bisa disaksikan, meskipun kondisi keduanya tidak lagi bagus.

Saya terkesan dengan alat kecil yang terpajang. Setelah saya baca, dulu pernah berfungsi sebagai alat pengiris otak. Pasien yang meninggal dikeluarkan otaknya. Setelah itu diiris, tentu saja untuk penelitian medis. Memang kita akan merinding mendengar hal itu. Di dekatnya ada alat pemotong daging dan gergaji tulang. Hiiiii, serammm.

Di bagian seberang ada rangka manusia. Koleksi ini mengingatkan saya akan koleksi sejenis di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta.

Alat gergaji tulang (Dokumentasi Pribadi)
Alat gergaji tulang (Dokumentasi Pribadi)
Sarana rehabilitasi

Buat orang yang tidak mengerti, mungkin ada kebingungan karena museum memajang proyektor film, piringan hitam, piano, dan meja biliar. Ternyata koleksi itu berfungsi sebagai sarana rehabilitasi dan hiburan bagi penderita yang digunakan pada 1950-an hingga 1970-an.

Karya lukis pasien pun terpajang di sana. Yang menarik ada lukisan Basoeki Abdullah pada salah satu dinding. Rupanya si pasien meniru lukisan asli Basoeki Abdullah dari buku yang diberikan terapis. Namun sarana yang digunakan bukan kanvas tapi tripleks. Saat ini kondisi tripleks tersebut sudah kurang baik.

Menjelang pintu keluar ada dua bilah batangan pohon. Itulah yang disebut alat pasung. Karena ketidaktahuan masyarakat, kaki si penderita dijepit kedua batang pohon itu. Ada juga rantai besi. Biasanya untuk mengikat kaki penderita, terutama yang sering mengamuk atau merusakkan barang. Beberapa alat kedokteran umum untuk menilai kondisi pasien, bisa juga dilihat di sana.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Koleksi buku-buku kesehatan melengkapi museum. Buku-buku itu boleh dibaca di tempat. Biasanya yang membaca adalah mahasiswa kedokteran.  

Boleh dibilang Museum Kesehatan Jiwa termasuk jenis langka. Sayang pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, kurang sungguh-sungguh memperhatikan sarana edukasi tersebut. Saat ini museum hanya ditangani dua tenaga. Beberapa bulan lagi seorang petugas akan pensiun.

Museum Kesehatan Jiwa hanya buka selama hari kerja. Senin hingga Kamis buka pukul 08.00-16.00 dan Jumat pukul 08.00-11.00 lanjut pukul 13.00-16.30.

Alamat museum ini Jalan A. Yani, Lawang, Malang, Jawa Timur 65208. Nomor kontak yang bisa dihubungi 0341-426015 dan 0341-429067 (telepon) serta 0341-423785 (faksimili). Selain itu bisa melalui surat elektronik rsjlawangmalang@yahoo.co.id dan www.rsjlawang.com .***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun