Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Letusan Gunung Api Model untuk Penelitian Arkeologi

4 November 2017   06:38 Diperbarui: 4 November 2017   11:28 1459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi Sambisari pernah terkubur debu vulkanik sedalam beberapa meter (Foto: yogyakarta.co)

Dampak global letusan Gunung Toba jelas lebih mengerikan. Menurut catatan para arkeolog, keberadaan manusia di zaman itu terancam musnah. "Antara 70.000-80.000 tahun lalu, terjadi bencana yang memusnahkan banyak jenis makhluk hidup," demikian para arkeolog.

Musnahnya manusia lembah Neander di Eropa dan Homo erectusdi Asia diduga merupakan dampak dari letusan Gunung Toba itu. Konon setelah meletus, terjadi musim dingin selama enam tahun berturut-turut. Akibatnya banyak tanaman dan hewan mati. Pada gilirannya, manusia lembah Neander dan Homo erectusjuga kehilangan sumber makanannya sehingga mati kelaparan.

Para ahli geologi memerkirakan, jumlah populasi manusia purba di seluruh dunia ketika itu hanya tinggal beberapa puluh ribu. Teori bencana akibat letusan gunung api super inilah yang antara lain digunakan untuk menerangkan mengapa kode genetika manusia modern nyaris identik. Diduga, manusia modern yang hidup saat ini, berkembang dari beberapa orang nenek moyang saja.

Saat ini beberapa gunung api super yang ada di seluruh dunia belum dinyatakan mati. Di AS, terdapat gunung api super Yellowstone. Ukuran kaldera gunung ini jauh lebih kecil daripada Gunung Toba. Tapi gunung api super Yellowstone tetap dipantau hingga sekarang. Menurut pengukuran Robert Smith dari Universitas Utah, gunung api Yellowstone tetap hidup. Ditambahkan oleh Robert Christiansen, peneliti gunung api dari California, gunung api super Yellowstone meletus setiap 60.000 tahun.

Dunia ternyata masih dihantui ancaman besar. Tentu tak terbayangkan dampak yang ditimbulkannya, jika beberapa gunung api super meletus secara bersamaan di zaman modern ini.

Studi arkeologi

Letusan gunung api di Indonesia sebenarnya banyak memberikan arti untuk studi arkeologi. Pindahnya pusat kerajaan Mataram (Hindu) dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, jelas disebabkan letusan gunung berapi. Berbagai candi dan artefak kuno diketahui banyak tertimbun abu-abu vulkanik hingga kedalaman beberapa meter.

Situs arkeologi akibat keganasan gunung berapi paling nyata terdapat di situs Pompeii, Italia. Situs itu menjadi "harta karun" penelitian arkeologi. Bahkan sering dijadikan studi kasus atau studi perbandingan untuk mengetahui keadaan masa lampau.

Kota Pompeii terkubur abu dan lava Gunung Vesuvius pada 79 Masehi. Pompeii ditemukan kembali pada 1748. Namun baru pada 1860 di bawah pimpinan arkeolog Italia Guiseppe Fiorelli, ekskavasi dan pemulihan yang sistematis dimulai di situs tersebut. Diketahui situs Pompeii masih berada dalam keadaan asli seperti pada masa kehancurannya.

Reruntuhan kota Pompeii banyak memberi petunjuk tentang kehidupan masyarakat pada waktu terjadi letusan. Ada informasi tentang harga barang-barang saat itu, termasuk segala sesuatu yang disukai dan tidak disukai penduduk. Tempat penyeberangan para pejalan kaki pun masih jelas terlihat di sana.

Dulu rupanya Pompeii merupakan kota sibuk yang dipenuhi toko, restoran, dan permukiman. Pengrajin tembikar, pengrajin perunggu, tukang daging, tukang roti, penjual perkakas, dan pengrajin kulit banyak berdagang di kota itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun