Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tokoh Proklamator Bung Hatta, Kalau Berenang Memakai Baju dan Sepatu

3 Oktober 2017   17:29 Diperbarui: 3 Oktober 2017   22:00 1677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemateri seminar (Dokpri)

Salah seorang yang kemudian dikenal sebagai Tokoh Proklamator, Moh. Hatta, pernah diasingkan ke Pulau Banda. Karena Moh. Hatta tidak bisa hidup tanpa buku, tentu saja ia memerlukan rumah besar. Di Pulau Banda ia mendiami sebuah rumah yang dinilai amat menyeramkan. Kalau malam ada bunyi pintu terbuka, kadang ada suara seperti peti mati.

Di Pulau Banda, Hatta senang bergaul dengan siapa saja. Ia rajin sembahyang. Yang unik, Hatta sering berenang dengan cara yang aneh. Kalau orang-orang Banda berenang tanpa alas kaki dan bertelanjang dada, Hatta berenang memakai baju dan sepatu. Demikian sepenggal kisah dari salah seorang putri Moh. Hatta, Gemala, dalam seminar bertajuk "Banda dan Pala: Dulu, Kini, dan Esok" yang diselenggarakan di Galeri Nasional, Selasa, 3 Oktober 2017.

Jalur Rempah
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Nadjamuddin Ramly, berbicara pertama. Ia menyoroti tentang orang-orang Eropa yang mengambil pala di Bandaneira. Dari mengambil rempah, maka kemudian timbul kolonialisme.

Ia mencontohkan Pemerintah Tiongkok sangat antusias memelopori Jalur Sutera dengan biaya sangat besar. Harusnya, kata Nadjamuddin, Indonesia juga memiliki Jalur Rempah. Adanya Jalur Rempah tidak bisa dilepaskan dari jalur maritim.

Nadjamuddin kemudian mengutip ucapan Presiden Soekarno. Kira-kira begini: usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Bukan sekadar menjadi jongos di kapal.

Sebagai negara kepulauan terbesar, sebenarnya Indonesia memiliki potensi besar menjadi poros maritim dunia. Sayangnya hingga kini kita masih memiliki masalah besar berupa pencurian ikan. Karena kapal kita tidak canggih dan sumberdaya manusia masih kurang, maka kita kecolongan 365 Triliun rupiah. "Mudah-mudahan Bandaneira bisa diusulkan menjadi Warisan Alam dan Warisan Budaya kepada UNESCO," demikian Nadjamuddin.

Pulau Run koleksi Taya Alwi (Dokpri)
Pulau Run koleksi Taya Alwi (Dokpri)
Direktur Kesenian, Restu Gunawan, yang juga pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia melihat Banda dari rempah dan seni. Menurut Restu, masyarakat luar datang ke Nusantara sebagai "para pencari Tuhan". Mereka dari India dan Tiongkok. Ada juga para pengelana terpelajar. Mereka berhubungan dengan ilmu pengetahuan, seperti budaya dan alam. Selanjutnya pemburu rempah-rempah. Mereka sengaja mencari rempah-rempah untuk tujuan perdagangan.

Rempah, menurut Restu, banyak menjadi inspirasi sastrawan dan ilmuwan. Kunjungan Amitav Ghost (2015) menghasilkan tulisan di Majalah Outlook edisi Januari 2017. Judulnya "In Meluku, East of Eden".

Lubang hidung Fir'aun di Mesir, kabarnya ditutup dengan rempah. Bagitu pula pembalseman mayat di Bizantium. Namun tentu saja, perlu diteliti apakah rempahnya berasal dari Nusantara atau negara lain.

Ada lagi cerita menarik tentang rempah sebagaimana dikemukakan Restu. Dalam buku Pulau Run yang ditulis Giles Milton, dikatakan para pedagang pala memasukkan pasir ke dalam rempah agar beratnya naik. Ternyata tipu-menipu konsumen sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu yah.

Ikut berbicara dalam seminar itu Sejarawan Sri Margono, Ketua Yayasan Banda Neira Tanya Alwi, seniman Titarubi, dan Sejarawan muda Bonnie Triyana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun