Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berkoleksi Prangko Melatih Kesabaran, Bahkan Menuju Investasi

4 September 2017   03:03 Diperbarui: 4 September 2017   03:13 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Album prangko (Dokpri)

Hari Minggu saya merencanakan kesibukan di rumah. Berhubung lagi mau, beberapa barang yang bertebaran saya bereskan. Yang menjadi prioritas kali ini berbagai koleksi filateli yang saya miliki.

Ternyata dari tanggal yang tertera, tampak saya mulai mengoleksi prangko  sejak 1978. Waktu itu memang saya senang berkorespondensi dengan teman-teman di seluruh tanah air, bahkan mancanegara. Maklum anak sekolah yang ingin memperluas pergaulan. Sejak itulah jumlah prangko saya terus bertambah.

Saya ingat, saya dan beberapa teman sering mendatangi berbagai kedutaan besar. Dulu di sepanjang Jalan Diponegoro dan Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, banyak terdapat kantor kedutaan besar. Biasanya sih saya dapat beberapa keping prangko bekas. Lumayan berbagai prangko manca negara bergambar unik dan menarik buat saya.

Minta

Jauh sebelum era SMS memang surat-menyurat menjadi primadona dalam berkomunikasi. Untuk itulah saya menghubungi tante dan oom saya yang bekerja di kantor. Mereka sering memberi saya prangko-prangko dalam negeri dan luar negeri. Umumnya berupa potongan amplop. Kemudian potongan-potongan ini saya rendam dalam air hangat. Setelah itu saya kelupas sedikit demi sedikit dan diangin-anginkan.

Koleksi lembaran prangko dan sampul hari pertama (Dokpri)
Koleksi lembaran prangko dan sampul hari pertama (Dokpri)
Tidak disangka-sangka, prangko-prangko bekas yang saya peroleh semakin banyak. Supaya rapi, prangko-prangko tersebut saya pilah berdasarkan gambar. Saat ini beberapa topik yang sudah ada dalam album berupa tokoh, olahraga, pariwisata, flora, fauna, dan budaya. Saya punya sekitar sepuluh album.

Kepada teman-teman, saya juga sering minta. Yah lumayanlah untuk menambah perbendaharaan koleksi. Koleksi prangko yang dobel, saya sisihkan. Biasanya saya melakukan tukar-menukar dengan kawan yang memiliki hobi sama.

Langganan

Setelah bekerja, saya berlangganan benda-benda filateli di Kantor Filateli Jakarta.  Dengan mengirimkan uang Rp100.000, saya mendapat kiriman prangko-prangko baru. Juga sampul hari pertama dan carik kenangan. Waktu itu uang Rp100.000 cukup untuk satu tahun. Maklum biaya pos masih murah. Seingat saya, kartu pos menggunakan prangko Rp300, sementara surat biasa Rp1.000. Oh ya, dalam berlangganan, saya mendapat benda-benda filateli masing-masing dua set.

Sebagai kolektor, tentu saja saya hanya butuh masing-masing satu set. Saya sedang kumpulkan koleksi-koleksi yang berlebih itu. Pasti nanti saya jual untuk membeli koleksi-koleksi lain.

Obat stres

Benda-benda filateli yang saya kumpulkan, boleh dibilang tidak ada yang  istimewa. Memang kalau kita lihat katalogus, ada prangko yang berharga ratusan ribu hingga jutaan sekeping. Tujuan saya mengumpulkan koleksi filateli, yah semacam obat stres. Dengan merendam, melepas, memilah, dan memasukkan prangko ke dalam album, saya anggap berkoleksi prangko melatih kesabaran dan ketekunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun