Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Piringan Hitam: Dulu Disukai Karena Suaranya Jernih, Kini Menjadi Buruan Kolektor

28 Agustus 2017   19:36 Diperbarui: 29 Agustus 2017   09:34 7929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Piringan hitam produksi Irama Record (Dokpri)

Pada 1963 sebenarnya kaset sudah dikenal. Namun popularitas kaset masih belum mampu menggeser piringan hitam. Di toko-toko musik, piringan hitam masih dijual bersama dengan kaset. Namun karena alat pemutar piringan hitam lebih mahal, maka kaset lebih diminati masyarakat. Apalagi jumlah lagu pada kaset lebih banyak dibandingkan piringan hitam.

Piringan hitam bertanda tangan Presiden Soekarno (Dokpri)
Piringan hitam bertanda tangan Presiden Soekarno (Dokpri)
Sebagian masyarakat menganggap bentuk piringan hitam terbilang besar dan sedikit berat, sehingga merepotkan bila akan dibawa bepergian. Meskipun begitu piringan hitam banyak disukai para musisi hingga 1970-an.  Kelebihan dari piringan hitam adalah suara yang direkam akan terdengar lebih bagus dan tidak mudah rusak.

Piringan hitam mulai kalah pamor sejak adanya Compact Disc (CD) di awal 1980. Hal ini karena CD memiliki bentuk yang lebih kecil, praktis, dan suara yang lebih jernih.

Hingga saat ini penjualan piringan hitam masih marak karena banyak musisi luar negeri merilis album barunya dengan format piringan hitam. Sejak beberapa tahun lalu alat pemutar jadul dan piringan hitam menjadi buruan para kolektor.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun