Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Toko Buku Obor yang Mampu Bertahan Lebih dari Setengah Abad

23 Oktober 2016   11:59 Diperbarui: 23 Oktober 2016   17:27 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko Buku OBOR paling awal. Sumber: www.obormedia.com

Komentar selanjutnya diberikan oleh Bapak Frans Sutanto. “Sudah 57 tahun... tapi Bon ini masih tersimpan dengan sangat bagus. Luar biasa sekali Pak Djulianto Susantio ini. Saluuuut!!! Puji Tuhan.... kami boleh menjadi bagian dari sejarah dan karya Gereja yang luar biasa ini. Semoga OBOR semakin menyala, semakin menerangi banyak orang.... melayani kebutuhan umat beriman akan buku-buku dan benda-benda rohani. Terpujilah Tuhan!” demikian tulis Pak Frans.

Ikut juga memberikan komentar Bapak Floribertus Rahardi. Beliau menulis, “Romo, ini koleksi langka dan penting bagi Obor. Majalah Hidup lebih tua dua atau tiga tahun dari Obor. Kanisius lebih tua lagi karena didirikan dengan nama Canisius Drukkerij tahun 1922. Kemudian tahun 1926 di Ende berdiri percetakan Arnoldus. Uniknya Obor, lembaga ini justru lebih tua dibanding Sang Pemilik: (KWI), yang baru ada setelah Hirarki Gereja Katolik didirikan tahun 1960an”.

Berkat nota yang saya posting, saya mendapat kejutan yang saya anggap luar biasa. Bayangkan, tatap muka atau kenal saja belum—kecuali di Facebook—saya mendapat inbox dari Romo Agustinus, seperti demikian: 

Pak Djul.. mohon infokan alamat lengkap yah.. saya mau kirimi buku saya, biografi Kardinal Julius Darmaatmadja SJ. Semoga belum beli.. haha..Terima kasih..

Rasa penasaran membuat saya segera mencari sejarah toko buku tersebut. Dari laman ini, saya menemukan kisah singkatnya. Dikatakan, Penerbit & Toko Buku OBOR adalah sebuah lembaga yang bernaung di bawah KWI (Konferensi Waligereja Indonesia), yang bergerak di bidang pewartaan melalui penerbitan buku rohani Katolik dan pengadaan/penjualan aneka sarana devosi dan liturgi Gereja Katolik.

Karya ini bermula dari sebuah Toko Buku bernama “Glorieux”, yang didirikan pada tahun 1949, oleh Kongregasi Bruder Budi Mulia di Jalan Gunung Sahari No. 91, Jakarta Pusat. Pada tahun 1950, berganti nama OBOR (ketika dipimpin oleh J. C. Oostermeijer, sebagai cabang dari Penerbit & Toko Buku de Toorts di Belanda, yang didirikan oleh beberapa Penerbit Katolik & Kongregasi Religius di sana.

Kemudian, pada Desember 1957, P. A. Conterius SVD dan P. A. Soemandar SJ mendirikan Yayasan Ekapraya, dan membeli OBOR dari tangan NV OBOR. Investasi awalnya ditanggung oleh 4 ordo di Indonesia: SJ, SVD, OFMCap, dan MSC. Tahun 1979, Yayasan Ekapraya secara resmi diserahkan kepada MAWI (sekarang KWI) lengkap dengan unit usahanya: Penerbit & Toko Buku OBOR. Pada tahun 2002 dilakukan perubahan status badan hukum pengelolanya. Yayasan Ekapraya dibubarkan, kemudian didirikanlah Perkumpulan Rohani OBOR. Dengan demikian OBOR adalah satu-satunya lembaga resmi Penerbitan & Toko Rohani milik KWI.

Tiga buku hadiah dari Romo Agustinus (Dokpri)
Tiga buku hadiah dari Romo Agustinus (Dokpri)
Kini OBOR memang telah banyak berubah. Fisiknya semakin tinggi. Penampilannya semakin anggun. Fungsinya pun telah berkembang, toko buku dan penerbit. Yang paling kentara, tentu saja nomor teleponnya dari tiga digit menjadi tujuh digit. Saya yakin OBOR bisa bertahan lebih dari setengah abad karena idealisme para pengelolanya dan manajemen yang baik. Semoga OBOR itu masih tetap menerangi kita semua, keluarga besar OBOR dan masyarakat pengguna jasa OBOR.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun