Mohon tunggu...
Jalu Wintang
Jalu Wintang Mohon Tunggu... Lainnya - A man who always thirst for knowledge

Tuliskan setiap jejak langkah dalam hidupmu atau kau akan hilang dalam pusaran zaman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mencoba Ikut Konferensi International Model United Nations: Why Not ? (Day 1)

29 Juli 2021   21:54 Diperbarui: 9 Agustus 2021   14:51 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

"Mohon maaf kak, tadi kepencet"

"Iya, nggak papa, kok" jawabku singkat dan agak sok manis.

 Dan sejurus kemudian, aku pun mulai sedikit berbasa-basi.

"Namanya siapa ya ?"

 " Namaku Fiki, kak. Kalau kakak siapa ?"

Percakapan tersebut kami jalankan sepanjang sesi training IMUN. Kami saling menanyakan identitas, kesiapan menjelang konferensi, pengalaman kami dan masih banyak lagi. Fiki berasal dari Solo dan pada waktu itu ternyata dia juga satu committee (UNESCO) dengan saya. Kebetulan dia menjadi delegasi negara Belize. Dia terlihat cukup pintar dan juga cakap. Belakangan saya tahu bahwa dia adalah mahasiswa S2 dan surprisingly, dia juga baru pertama kali mengikuti program IMUN ini.  Dari perkenalan yang accidentally ini, kami berdua sering berdiskusi dan berbagi pandangan atas segala topik permasalahan yang diangkat dalam sesi sidang yang berlangsung selama dua hari ke depan.

Setelah kegiatan training selesai (sekitar pukul 16.00), kami bersiap untuk memasuki sesi diskusi/Committee Session. Sesi inilah yang menjadi inti dari program IMUN dan pastinya  ditunggu-tunggu oleh setiap delegasi. Awalnya setiap peserta akan digiring ke Breakout Room Zoom yang berbeda sesuai committee yang kita tempati. Room untuk UNHRC sendiri, UNESCO sendiri, dan begitu pula dengan committee-committee yang lain. Committee Session dibuka oleh seorang Head Chair (Pimpinan Sidang) untuk memulai sesi sidang pada hari itu. Head Chair juga dibantu oleh Co-Chair (Wakil Pimpinan Sidang) selama berlangsungnya sidang dalam hal pengecekan delegasi/peserta, absensi, pengatur waktu speech, dan masih banyak lagi. Satu hal yang perlu diketahui dalam sidang ini adalah bahwa seluruh prosesi sidang dari awal hingga akhir semuanya FULL ENGLISH. Jadi, semua delegasi diwajibkan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, baik dalam menyampaikan speech (pidato), bertanya, berkomentar/menyanggah, maupun menjawab pertanyaan.

Setelah dibuka oleh Head Chair, sesi selanjutnya adalah GSL (General Speakers' List). Di sesi ini, seluruh peserta diminta untuk menyampaikan pidato tentang pandangan dan sikapnya  sebagai delegasi suatu negara terhadap topik permasalahan yang diangkat dalam sidang. Setiap delegasi juga akan dibatasi waktu selama 1 menit setiap kali berbicara/berpidato. Di peraturannya, setiap peserta di sesi GSL wajib untuk berpidato dalam satu persidangan. Namun kenyataannya, tidak semua delegasi mendapat kesempatan untuk berpidato. Mungkin karena waktunya sangat terbatas sedangkan jumlah delegasinya bejibun. Bisa-bisa nanti delegasinya saling tenggelam dalam mimpi. Ngantuk ndegerin orang pidato satu-satu wkwkwk.

Untuk mendapatkan kesempatan berbicara, setiap delegasi harus mengangkat tangan (dengan cara menggunakan fitur Raise Hand di Zoom) agar Head Chair dapat menentukan delegasi yang akan mendapat kesempatan berbicara. Berdasarkan pengalaman saya kemarin, slot delegasi yang dapat kesempatan berbicara umumnya sebanyak 20 slot. Jika mendapat kesempatan belakangan, akan dipersilakan untuk berbicara di lain sesi atau keesokan harinya.

Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi
Sesi GSL telah terlewati. Sekarang waktunya kita memasuki sesi Committee Session lagi. Di sesi ini, kita baru benar-benar saling berdebat, berdiskusi, maupun menyampaikan berbagai macam pandangan. Committee Session bisa dilaksanakan lebih dari satu kali dalam sehari (Pengalaman saya kemarin sehari ada 3-4 kali Committee Session). Perbedaannya dengan sesi GSL sebelumnya adalah pemilihan mosi/topik debatnya. Topik yang diangkat tentunya tidak terlalu melenceng dari topik utama dalam konferensi ("Ensuring quality education and Increasing Accessibility to E-Learning for Children"). Jika dalam GSL kita hanya fokus untuk menyiapkan pidato secara umum, di sesi committee ini, delegasi diberi hak untuk menentukan mosi/topik yang akan didiskusikan dalam forum.

Pertama-tama, Head Chair akan "memancing" setiap delegasi agar mau aktif dalam mengangkat/memilih mosi, seperti bertanya "Is there any motion on the floor ?" (Apakah ada mosi yang mau diangkat ?). Lalu, Head Chair akan mempersilakan 3 delegasi untuk mengusulkan mosi debat, menentukan mode debat (nanti akan saya jelaskan maksudnya apa), serta durasi bicara setiap delegasi. Setelah itu, setiap delegasi akan melakukan voting untuk memilih mosi mana yang akan didiskusikan. Mosi yang mendapat suara terbanyak akan diloloskan ("passed") oleh Head Chair untuk menjadi topik diskusi di sesi ini. Selain itu, delegasi yang mengusulkan mosi tersebut juga diberi hak istimewa untuk menjadi speaker pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun